❤CHAPTER 32 ❤

213 4 0
                                    

Setelah semua orang pergi dari pemakaman tersebut, datanglah seorang perempuan dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam serta membawa sebuket bunga, ia lalu berjalan ke arah makam roy yang masih segar itu.

"R-roy, maafin aku. Maaf udah buat kamu k-kayak gini!" Eluh perempuan itu.

"Aku janji gak akan ngelanjutin rencana ini, aku bakal berubah demi kamu. Biar kamu bahagia. Oh ya papa ku juga menjodohkan ku dengan anak teman bisnis papaku, maafkan aku roy, tapi ini jalan terbaik buat anakmu yang ada dikandunganku." Jelasnya. "Semoga kamu bahagia ya, aku mau pulang dulu." Pamit citra lalu pergi beranjak dari tempat itu.

☆☆☆☆☆☆

Sudah seminggu atas kepergian roy, dan orang-orang terdekatnya sudah menjalani aktivitas seperti biasanya.

"Aaakk dong sayang, aku juga mau." Rendy yang sekarang berada di warung batagor itu pun membujuk reyna untuk menyuapinya. "Ih! Kakak kan udah punya sendiri, soalnya punya ku pedes banget nanti kakak sakit gimanam" jelas reyna.

Rendy yang mendengar ucapan reyna lantas menatapnya dengan datar dan seakan alarm bahaya reyna sudah berbunyi.
"Sini biar aku yang makan!" Perintah rendy dengan merebut piring batagor milik reyna. "Eh- kak nanti kakak sakit, bentar lagi kan kakak ujian!" Cemas reyna saat mendapati rendy memakan batagor milik reyna secara cepat dan raut wajah rendy menjadi merah padam.

Setelah selesai, rendy langsung meminum minumannya. Saat minumannya habis reyna menyodorkan minumannya untuk rendy. "Udah mendingan kak?" Tanya reyna dengan nada khawatir. Dan rendy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bang, es tehnya satu lagi." Teriak reyna. "Oke neng."

Reyna pun mengambil kertas didalam tasnya lalu mengipas-ngipaskan kertas itu ke arah rendy yang sekarang menahan pedasnya. "Huaaaa... pedes sshhh banget sshh huh sayang, lain ssshh kali jangan sshh makan lagi hua." Desis rendy dan langsung meminum es teh yang baru saja diantar oleh abang penjual siomay.

Reyna ingin sekali tertawa sepuasnya melihat keadaan rendy sekarang, wajah yang merah dan berkeringat membuat pesona rendy tidak luntur sama sekali.

"Huah sudah agak mendingan." Ucap rendy yang membuyarkan lamunan reyna,

"Sudah ya? Makan lagi gak?" Tawar reyna dan langsung diberi pelototan oleh rendy. "Eh nggak kok heheh..."

"Lain kali jangan makan lagi!" -Rendy

"Kalo aku mau?" -Reyna

"jangan yang pedes!" -Rendy

"Kalo aku ngidam?"- Reyna

"Eh- maksud kamu?" -Rendy

"Heheheh gak jadi," Reyna

"Yaudah yuk kita pulang keburu sore ntar," ajak rendy dan reyna pun mengangguk. Sebelum mereka pergi rendy membayar makanan dan minuman yang mereka berdua nikmati.

Setelah selesai, mereka pun naik montor dan pergi untuk pulang.

☆☆☆☆☆☆

Kelulusan pun telah tiba dimana Rendy akan meneruskan ke jenjang yang lebih serius, dan ia akan meninggalkan orang yang terkasihnya. Dan ia reyna dan juga rendy berada dibandara, keluarga rendy tidak ikut semua dikarenakan mereka ada di bandung untuk menjenguk nenek rendy yang sedang sakit, mereka ingin sekali ikut tetapi rendy menolaknya agar mereka menjenguk nenek rendy.

"Sayang maafin aku ya, aku harus pergi untuk menggapai keinginanku. Maafkan aku aku mohon." Pamit rendy lalu memeluk reyna yang sekarang menangis.

"Jangan hiks  pernah hiks berpaling dari hiks aku hiks kak." Isak reyna dalam pelukan rendy.

"Iya pasti, maaf waktuku tidak banyak aku harus pergi, bang titip reyna." Panggil reno yang berada dibelakang reyna.

"Udah reyna lepasin rendy, ntar dia telat keberangkatannya." Ucap reno yang menarik tangan reyna.

Sebelum reyna pergi dihadapannya ia mengecup kening reyna dan berucap. "I love you."

Dan reyna pun membalasnya. "I hiks love you too hiks kak!" Teriak reyna saat rendy sudah pergi dari hadapannya dan sekali-kali rendy menoleh kebelakang untuk melihat terakhir kalinya wajah reyna, dan itu akan menjadi penyemangatnya nanti.

☆☆☆☆☆☆

Setiba di rumah reyna, reyna tak henti-hentinya menangis itu membuat reno harus turun tangan dalam soal menenangkan reyna. "Ssttt udah jangan nangis lagi, kakak beliin es krim mau gak?" Tawar reno untuk menenangkan reyna, dan reyna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sabar reno, didepan lo itu adek lo, lo harus sabar.. sabar..batin reno untuk menyemangati dirinya.

"Siomay?" Jawaban yang sama yaitu gelengan. "Cokelat?bunga? Sepatu baru? Baju baru? Emas? Hape baru?" Dan reyna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku maunya hiks kak rendy! Hiks" Gumam reyna.

What? Baru satu jam yang lalu dia nyariin rendy? Dan disini gue dianggep apa coba. Batin reno.

"Baru satu jam yang lalu reyna, rendy pergi nanti kalo dia udah sampe katanya ngehubungin lo, udah sabar!" Jelas reno dan membuat reyna menghentikan tangisannya.

"Beneran kak?" Tanya reyna tak percaya dan reno hanya mengangguk saja. "Gak boong kan lo kak?" Tanya nya lagi dan membuat reno menjawab dengan datar. "Iye."

Dan...

"Yeahhh...yesss aku tunggu deh... yuhu.. makasih kak reno ku sayang." Ucap reyna sambil memeluk reno dengan sangatttt erat hingga wajah reno pucat.

"Woy dek lepasin kakak lo ini!" Perintah reno. "Oh maaf kak heheh..." cengir reyna lalu melepaskan pelukannya.

"Ya udah kak gue mau ke kamar dulu ya, bye.." reyna pun langsung pergi menuju ke kamarnya.

"Gue seneng liat lo bahagia daripada sedih," gumam reno.




Tbc.



Maaf ya update nya lama heheh.. jangan bosen ya sama ceritaku makasih udah baca ceritaku.. tinggalin jejaknya :)

The Dream Is Real (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang