Memutuskan untuk pergi. Bukan maksud untuk lari. Namun, hanya untuk menyembuhkan hati. Yang sudah beberapa kali, merasakan rasa perih. Yang dibuat oleh orang yang di sayangi.Anugrah memakai kaca matanya. Saat pesawat sudah mendarat di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang.
Yah, saat ini ia berada di Sumatera Utara. Dan kota Medan adalah tujuan Anugrah. Kota yang dipadati oleh suku batak ini, menjadi kota tujuannya setelah pergi dari Yogjakarta.
Bukan ia ingin melampiaskan rasa sedih kepada kota itu. Ataupula tempat persembunyiannya. Bukan. Anugrah, lelaki yang suka tersenyum itu memiliki alasan sendiri.
Anugrah dengan santai membawa kopernya keluar dari bandara. Decak kagum tak bisa disembunyikan dari para wanita-wanita yang berada di bandara. Pesona Anugrah begitu kuat, yang mampu membuat para wanita terpesona dan tak bisa berkata-kata melihat ketampanan lelaki bersuku Jawa itu.
Dari balik kaca matanya, netra Anugrah yang begitu indah, mencari-cari seseorang saat ia berada di luar bandara. Bibirnya semakin melengkung saat namanya dipanggil.
"Anugrah!" suara bariton itu menyebut nama Anugrah. Anugrah melambaikan tangannya dan menghampirinya.
Saat mereka sudah berhadapan, keduanya saling berjabat tangan.
"Makasih, dit. Sudah mau menjemput aku," kata Anugrah merasa tak enak.
"Apa pulak? Aku seharusnya makasih sama kau! Karena kau aku selamat," elak Radit. Lelaki bersuku batak itu.
"Eh, sudahlah! Jangan lama-lama jabat tanganku! Nanti orang kira kita hombreng!" Radit langsung menarik tangannya. Anugrah hanya tersenyum saja.
Entah kenapa, lelaki itu suka tersenyum. Bagaimanapun kondisinya.
"Ya sudah yuk kita ke rumahku!" ajak Radit yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Anugrah pun menurut, ia ikut masuk ke dalam mobil berwarna merah itu. Tak lupa pula beserta kopernya.
Mobil Radit, pergi meluncur meninggalkan bandara. Sepanjang jalan, Radit mengajak Anugrah bernostalgia. Menceritakan kisah mereka saat kuliah dulu.
●●●
Kini, Anugrah sedang memperhatikan kota Medan dari balik kaca mobil yang dikemudikan oleh Radit. Jalan raya yang lumayan padat. Pikir Anugrah.
Namun, tiba-tiba Anugrah menoleh ke arah Radit dan memegang erat lengan lelaki itu. Membuat Radit menoleh.
"Radit, aku kebelet,” ucap Anugrah.
Radit menghela napasnya. “Kenapa baru sekarang? Kok nggak dari tadi? Waktu di bandara?”
Anugrah menggelengkan kepalanya. “Manalah aku tahu, dit. Tiba-tiba hasrat pipis menyerang, tanpaku ketahui. Sama seperti cinta.”
Radit menyeritkan dahinya saja mendengar penuturan Anugrah.
“Bisa ditahan gak itu kencingmu?”
“Gak!”
“Ya uda, kita cari galon.”
Anugrah mengkerutkan dahinya mendengar ucapan Radit.
“Galon?” Anugrah mengulang ucapan Radit dengan rasa bingung. Radit menganggukan kepalanya.
“Hah?? Kau yakin?”
“Kenapa gak yakin?”
“Masa di galon? Di wc umum aja deh,” tawar Anugrah.
“Gak. Di galon gratis,”
“Masa di galon?”
“Jadi di mana? Pinggir jalan?”
“Dari pada di galon? Isss,”
“Kenapa?”
“Galon?”
“Iya,”
“Galon?” tanya Anugrah lagi.
“Kenapa sih Nug? Kok kau gak mau kencing di galon?”
“Yaiyalah… masa pipis di galon air,” sungut Anugerah.
“Ya allah. Bukan galon air. Tapi SPBU. Di sini bilng SPBU itu galon. Hadeh yah kali aku nyuruh kau kecing di galon.”
Anugrah terperangah, mendengar penjelasan Radit. Ternyata ia salah paham. Radit tertawa saja. Melihat Anugrah yang salah paham itu.
●●●
“Aku mau isi bensin, Nug,” ucap Radit kepada Anugrah yang turun dari mobil.
“Kau kode aku?”
Radit memutar kedua bola matanya. “Gaklah. Takutnya, nanti kau keluar dari toilet, aku gak ada di parkiran.” jelas Radit. Anugrah mengangguk dan pergi ke toilet.
Anugrah keluar dari toilet. Ia melihat sosok yang ia kenal. Dengan memainkan sekotak rokok.
Anugrah menghampirinya. Dan secara paksa mengambil kotak rokok dan memijak-mijak kotak rokok itu.
“Kesehatan sendiri harus dijaga. Bagaimana bisa menjaga kesehatan keluarga kita nanti. Kalo kesehatan kamu gak di jaga?”
Setelah berkata begitu, Anugrah tersenyum. Dan menunggalkan orang itu, yang hanya bisa terpelongo saja. Orang yang entah dari mana asalnya, telah menginjak rokok yang ia pegang. Sampai hancur pula.
●●●
“Nug, sekali lagi makasih. Kau mau jadi guru pembimbing di sekolahku. Di Medan pula. Jauh dari Jogja,”
“Gak apa.” jawab Anugrah singkat.
Apa ini kebetulan apa memang kau tercipta untukku? Batin Anugrah, menyelami pikirannya sendiri.
"Buj*s!!!" maki Radit. Saat tiba-tiba ada pengendara motor yang tiba-tiba muncul di depannya. Membuat ia terkejut dan merem mobilnya dengan mendadak.
Anugerah langsung tersadar dari lamunannya. Saat mendengar makian dari mulut Radit.
"Astagfirullah!! Ucapanmu itu gak baik! Seharusnya kau istighfar, bukannya memaki!! tegur Anugrah. Mengingatkan Radit.
"Nggak sengaja aku. Terkejut aku. Makanya keluar kata-kata kotor," alibi Radit.
"Makanya selalu ingat Allah dalam kondisi apapun. Jadi, disaat kau kaget, yang keluar dari bibirmu itu yang baik-baik. Bukan yang kotor."
"Iya pak ustadz," ucap Radit yang menyadari kesalahannya.
"Maaf bukan menggurui, tapi mengingatkan saja," kata Anugrah. Radit mengangguk paham.
●●●
Sedangkan Azizah hanya merenggut. Karena dimarahi abinya. Sebab rokok yang baru dibeli, hancur. Dihancurkan oleh orang asing yang entah berasal dari mana.
●»●
TBCTest 😀😀😊
Kalo banyak yg minat dilanjuti 😅😅
Vote dan komentar😍😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Azizah
General Fiction❤❤ Ini hanya kisah klasik. Kisah perjodohan yang diatur kedua orangtua. Dengan berbagai alasan. Mulai dari ingin menyambung silaturahmi. Ingin memberikan jodoh yang terbaik untuk anaknya. Dan yang paling nusuk di hati adalah, disuruh cari jodoh se...