"Maaf, Dar," ucap Ibrahim dengan hati yang sungguh perih.
Dara tak mengerti. Ada apa calon suaminya datang malam-malam begini. Dan dari tadi hanya berkata maaf, maaf terus.
"Kamu kenapa Ibrahim?" tanya Papa Dara, yang juga ikutan bingung.
Ibrahim menarik napasnya dalam-dalam. "Aku mau membatalkan pernikahan kita."
Perkataan Ibrahim itu, tentu saja membuat keluarga Dara bak disengat aliran listrik.
Mereka terkejut bukan main, mendengar Ibrahim membatalkan pernikahan mereka yang sudah berada di depan mata. Mau ditaruh dimana muka Dara dan keluarganya? Jika pernikahan ini dibatalkan secara tiba-tiba.
"Ma-maksud kamu apa im?" tanya Dara yang sudah sangat terguncang. Bagaimana tidak terguncang? Tiba-tiba saja calon suaminya mendadak membatalkan pernikahan. "Kamu bercanda'kan?" Dara sangat berharap jika Ibrahim tidak serius. Namun, dari raut wajah lelaki itu, jelas sekali. Jika Ibrahim sedang tidak becanda.
"Maaf Dar," lirihnya. Ia tak berani menaikkan wajahnya. Ia hanya berani menatap lantai.
"Tapi kenapa?" Dara tak mengerti sekaligus frustasi.
Ibrahim diam. Lebih tepatnya menangis. Air matanya sudah jatuh tanpa permisi.
Tangan tua milik Papanya Dara, menepuk pundak Ibrahim dengan lembut. "Kenapa im? Ada masalah apa? Sehingga kamu membatalkan pernikahan ini?" tanyanya.
Ibrahim menyeka air matanya dengan kasar. Ia pun langsung mengangkat kepalanya. Lagi lagi, ia menarik napasnya. "Maafi Ibrahim Om. Maafi Ibrahim yah om..." ucapnya dengan nada memohon.
Terdengar helaan napas orang tua itu. Ia pun memaksa untuk tersenyum. "Iya, om maafi. Tapi kenapa kamu membatalkan pernikahan ini?"
"Ibrahim membatalkan pernikahan ini, karena Ibrahim lebih memilih membalas budi atas kebaikan orangtua angkat Ibrahim. Daripada menikahi Dara." ungkapnya, berusaha untuk tegar.
"Kenapa dengan kedua orangtuamu?"
"Kakaknya Baim," Ibrahim terdiam. "Memiliki hubungan terlarang dengan wanita lain. Hingga memiliki anak. Wanita itu meminta pertanggung jawaban. Ayah Baim, tidak ingin nama kakak tercemar. Karena masalah ini. Ayah Baim, ingin menikahi wanita itu. Baim harus bertanggung jawab atas perbuatan anak kandung Ayah. Baim melakukan ini, karena kata Ayah. Baim harus balas budi kepada Ayah. Yang telah mengurus Baim."
Hening. Tak ada yang merespon cerita sang dokter.
"Maafkan aku Dar... kau boleh membenciku," akhirnya Ibrahim memecahkan keheningan itu. "Kau juga boleh marah atau mencaciku. Aku terima!" tambahnya.
Dara menggelengkan kepalanya, dengan tersenyum kecut. Ia menghela napasnya dengan berat. Lalu ia langsung beranjak dari sofa yang ia duduki.
Sekali lagi, ia menghela napas dengan berat, lalu berkata, "Ya sudah im, jika itu memang sudah keputusanmu. Aku terima kok."
Terdengar suara Dara yang bergetar, menahan kekecewaan.
Setelah berucap seperti itu, Dara langsung pergi meninggalkan Ibrahim dan kedua orangtuanya, yang berada di ruang tamu. Ibrahim hanya bisa menatap kepergian mantan calon istrinya itu, dengan hati yang sangat hancur. Hancur sehancurnya. Hatinya hancur, bersamaan impiannya untuk hidup bersama Dara hingga akhir usia.
Dara menaiki anak tangga, sambil menahan air mata agar tidak tumpah.
Dara membuka daun pintu kamarnya. Ia menyeret kakinya dengan lemas ke dalam ruang pribadinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Azizah
Ficção Geral❤❤ Ini hanya kisah klasik. Kisah perjodohan yang diatur kedua orangtua. Dengan berbagai alasan. Mulai dari ingin menyambung silaturahmi. Ingin memberikan jodoh yang terbaik untuk anaknya. Dan yang paling nusuk di hati adalah, disuruh cari jodoh se...