Bagian Duapuluh Delapan

2.5K 177 22
                                    

Azizah melihat awan yang berarak dengan riangnya. Matahari tanpa malu-malu, memancarkan sinarnya dengan cerah.

Bibir Azizah melengkung ke atas. Menatap langit biru.

Tak terasa memang, waktu berjalan dengan cepat. Hari-hari Azizah yang telah berlalu, terasa begitu indah baginya. Karena ada Anugrah, yang mewarnainya.

Hati Azizah begitu bahagia. 

Pasalnya, esok,  ia akan melaksanakan UN terakhir. Dan 6 hari lagi, ia akan ulang tahun. Artinya, ia akan menikah dengan Anugrah.

Lagi-lagi Azizah tersenyum. Ia tersipu-sipu malu. Jika membayangkan akan naik pelaminan bersama Anugrah.

Yah!

Azizah, diam-diam mengakui perasaannya kepada lelaki bersuku Jawa itu. Walaupun belum terlalu dalam perasaannya.

Sikapnya Anugrah itu lho. Bikin hati Azizah luluh. Apalagi setiap malam, belajar bareng. Anugrah selalu sabar mengajari dirinya yang kelewat bodoh. Namun, Anugrah tak pantas menyerah mengajari Azizah. Dan satu lagi, Anugrah selalu memberikan Azizah coklat. Makin manislah hari-hari Azizah.

Sikap Anugrah itu kadang manis. Tapi kadang ngeselin juga. Tapi, Azizah... suka.

Saat ini, hanya dirinya aja yang tahu. Jika diam-diam, gadis itu telah membuka hati untuk Anugrah.

Ia akan mempatri nama Anugrah di hatinya.

Tinn... Tinn...

"Aihh! Kenapa mbak? Senyum-senyum sendiri di pinggir jalan?! Gila yah?" ejek Anugrah dari atas sepeda motor.

Azizah memayunkan bibirnya. "Apaan sih! Mana pulak aku gilak, yah!" Azizah merajuk.

Anugrah mengangkat bahunya saja. "Mana tahu'kan? Eh ya udah ayo naik. Kita ke rumah sakit!" perintah Anugrah sambil memberi helm kepada Azizah. "Dan, tolong yah mbak. Duduknya agak jauhan. Jangan mepet!" tambah Anugrah lagi.

Azizah hanya memutar bola matanya. Sambil memakai helmnya.

"Tapi, kenapa kita harus ke rumah sakit?" tanya Azizah saat ia sudah menyematkan helm di kepalanya.

"Tadi, Umi bilang. Kalo Abi, gak sengaja nabrak seorang wanita. Abi nyuruh Umi, untuk ke rumah sakit. Jagai itu perempuan. Karena dia bukan dari daerah sini." beritahu Anugrah.

"Innallilahi. Terus Bapak tahu siapa perempuan itu?" tanya Azizah lagi, yang sudah duduk di jok belakang .

Kepala Anugrah menggeleng. "Saya cuma nganter Umi sampai depan rumah sakit. Terus disuruh jemput kamu. Dan kita disuruh ke rumah sakit!"

Azizah menganggukkan kepalanya.

Hanya sampai disitu obrolan mereka. Selama perjalanan mereka hanya diam. Tak ada obrolan. Azizah sendiri lebih suka melihat kendaraan yang melintasi di jalan raya.

Hingga sampai di rumah sakit. Keduanya tetap bungkam. Tak ada yang mau mulai membuka percakapan.

Sebenarnya, Azizah sudah gatal bibirnya, untuk mengobrol dengan Anugrah. Namun, pria itu sedari tadi hanya diam saja. Jadi, Azizah merasa segan.

Mereka memasuki rumah sakit. Azizah berada di samping Anugrah. Ada jarak di antaranya. Tepatnya, Anugrah sedikit mengambil jarak dari Azizah.
Anugrah menatap layar pponselnya. Lalu berkata. "Yuk, di ujung lorong ruangannya!" ajak Anugrah, yang berjalan mendahului Azizah.

Azizah mendengus. Ia mengikuti lelaki itu yang sedang memakai jaket denim.

Keduanya memasuki ruangan di mana kedua orangtuanya Azizah berada.

Anugrah Azizah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang