Bagian Duapuluh Dua

2.1K 157 25
                                    

"Diaa? Boss yakin mau nikah sama anak itu?" tanya sekretaris Anugrah yang masih tak yakin.

Anugrah menganggukkan kepalanya.

"Tapi, dia masih kecil?" salah satu anak buahnya merespon jawaban Anugrah.

"Ibarat buah, dia belum matang," timpal anak buah lainnya.

"Iya, ibaratkan buah dia itu masih pentil,"

"Heh! Apanya kalian ini? Saya menikah itu niatnya untuk ibadah. Saya menikah untuk menyempurnakan separuh agama. Bukan karena napsu belaka. Karena jika saya menikah niatnya karena napsu, saya akan mudah tergoda dengan wanita yang lebih matang!" Jawaban Anugrah itu mampu membuat anak buahnya terdiam tak berkutik.

Namun, lain dengan Azizah. Ia sama sekali tidak tersentuh mendengar perkataan Anugrah itu. "Eh, klen, denger yah. Aku tuh pun juga gak mau dan gak akan nikah ama boss kalian itu! Ingat itu!" kata Azizah dengan nada congkak.

Langit menautkan kedua alisnya bingung. "Kenapa?"

"Usia kami terlalu jauh! Lagian aku gak suka sama dia!'' tunjuk Azizah dengan dagunya.

Langit terkekeh geli. Membuat Azizah bingung. "Kenapa abang ketawa? Ngejek yah?" Azizah merasa tersinggung karena diketawai Langit.

Langit pun mencoba berhenti tertawa. Dengan mencubit paha Anugrah.

"Sudah deh Azizah, sana mandi!" tegur Abi Azizah, yang mencoba mengakhiri obrolan pagi yang tak sehat itu.

Azizah menggelengkan kepalanya. Ia bersihkeras menunggu jawaban Langit. "Abang itu belum jawab!! Kenapa dia ngetawai Azizah!"

Langit berdehem. "Eheem," lalu ia berkata, "Kamu tahu, kak Anugrah itu pujaan para gadis-gadis. Semua gadis ingin dihalali kak Anugrah. Tapi, baru kali ini saya melihat dia ditolak seorang gadis manis. Jadi saya rasa itu lucu,"
Azizah hanya ber-oh ria saja. Mendengar penjelasan "calon adik iparnya itu".

"Oh yah kenapa kamu ndak mau nikah sama kak Anugrah?" Langit bertanya dengan wajah sok serius. Anugrah hanya mendengus kesal mendengar pertanyaan Langit.

"Abang kepo apa penapsaran?"

"Eh? Hmm, kepo aja deh,"

"Coba deh, abang endus aroma Pak Anugrah!" titah Azizah. Dan Langit, seorang lelaki dewasa dengan patuh menuruti perintah gadis belia itu. Langit mendekati Anugrah. Dan mengendus aroma tubuh Anugrah.

"Gimana bang? Pak Anugrah, bau tanah kan?"

Langit pun lalu menjauhkan dirinya dari Anugrah. Langit menatap Azizah seraya mengangguk kepalanya. Tanda ia setuju dengan perkataan Azizah.

"Iyah, Azizah. Dia bau tanah!"
Anugrah yang mendengar ucapan Langit langsung memukul kepala bagian belakang Langit dengan kerasnya. "Kurang ajar!" maki Anugrah yang begitu kesal kepada Langit.

"Aduh kak! Sakit!" ringis Langit sambil memegang kepalanya.

"Bapak ini! Jahat kali, pake acara mukul bang Langit!" protes Azizah tak suka dengan kelakuan Anugrah kepada Langit.

"Dia ngatai saya bau tanah!!!" dengan geram Anugrah membela dirinya.

"Lho kok Bapak marah?"

"Siapa yang gak marah kalo dikatai Ijah!! Dikatai bau tanah pula!''

"Bapak gak boleh marah," kata Azizah dengan suara rendah.

"Kenapa saya gak boleh marah?"

"Karena, memang Bapak bau tanah. Jadi jangan marah. Karena Bapak uda bau tanah, dan aku masih belia. Jadi aku gak mau nikah sama Bapak. Masa aku yang imut-imut ini, nikah sama orang bau tanah sih! Kan gak mungkin. Hahaha!"

Setelah puas mengata-ngatai Anugrah di depan Langit dan anak buahnya, Azizah langsung melenggang pergi ke dalam rumahnya.

Anugrah hanya bisa menahan amarah saja kepada Azizah yang telah mengatainya. Mengingat Azizah masih kecil. Dan juga di sampingnya, ada Abi Azizah. Tak mungkin ia marah.

"Sabar yah nak Anugrah. Azizah emang gitu. Kamu gak bau tanah kok, cuma bau jigong. Kan belum mandi," akhirnya Abi Azizah buka suara. Lelaki tua itu merasa tak enak.

Langit terkikik geli, mendengar lontaran dari bibir tipis Ayah Azizah. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak terkikik.

Sedangkan Anugrah, hanya bisa mengurut dadanya yang rata. Ini anak sama Bapak sama aja. Sama-sama suka menguji kesabaran. Anugrah membatin dengan  sedikit geram.

"Eh, gak apa apa kok Abi. Yah manusiakan asalnya emang dari tanah. Kalo bau tanah, yah wajar aja," respon Anugrah berusaha untuk tetap santai. Dan langsung memasang senyuman.

Namun, dirinya tak bisa bersikap santai, kala melihat Langit yang masih cekikikan.

Anugrah menatap kesal Langit yang. "Diem lu! Berisik banget!" bentak Anugrah yang kesal, seraya memukul kepala Langit lagi. Langit  terdiam. Dan mengusap kepalanya. Dengan wajah cemberut.

"Boss. Jangan marah-marah! Walaupun boss bau tanah tapi masih kelihatan muda kok!" ucap sekretaris Anugrah. Sang sekretaris  mencoba menghibur Anugrah. Dan perkataannya itu disetujui oleh keempat anak buah Anugrah. Terbukti kepala mereka mengangguk dengan kompaknya.

Otomatis saja, mendengar perkataannya dan kelakuan anak buahnya itu, membuat kedua mata Anugrah tiba-tiba melotot. Hendak copot dari tempatnya. Wajah putihnya berubah jadi merah padam. Kedua tangannya sudah ia kepal. Dan siap meninju wajah anak buahnya itu.

Langit yang tadinya terdiam, kini tertawa lagi.

Melihat air muka Anugrah, sang sekretaris meminta maaf atas ucapannya itu.

"Maaf... maaf boss. Boss, jangan marah. Nanti jadi muda, eh! Aduh, salah lagi. Nanti tambah tua, makin bau tanah. Oalaa! Goblok tenan sih aku. Iki meneh, lambeh ne kok lemes amat!" sang sekretaris merutuki kebodohannya sendiri. Ia menutup bibirnya, dengan kedua telapak tangannya. Raut wajah pun, begitu cemas. Ia cemas, jika ia akan dipecat oleh Anugrah. Gara-gara mulut lemasnya itu.

Tawa Langit kian meledak. Ini anak buah sama calon istri sama-sama kok  gablek. Pikir Langit. Tapi dipikir-pikir, sudah lama ia tidak tertawa begini. Sejak, ia sok-sok an untuk berhenti mencintai Cahaya. Dan akhirnya tidak saling berbicara. Melihat wajahnya saja, ia curi-curi pandang.

"Duh, jadi rindu sama Cahaya," lirih Langit yang menepuk dadanya yang tiba-tiba sesak.

Anugrah langsung berdiri. Senyumnya yang manis tadi hilang entah ke mana. Tatapan dingin nan menusuk ia lemparkan kepada kelima bawahannya.

"Kalian pulang!! Sebelum kukuliti tubuh kalian!" kata Anugrah dengan kejamnya. Anak buah Anugrah mengangguk patuh.
"Dan...." Anugrah menoleh ke arah Langit. Lelaki itu dengan santai menjambak rambut Langit dengan kuatnya. Sampai-sampai siempunya menjerit histeris.

"Arrghhhhh.... kak sakit!!!" Namun, Anugrah tak menggubrisnya. Ia tak melepaskan jambakan itu.

"Dan bawa bocah ini!" lanjutnya lagi yang terus menjambak rambut adiknya.

"Iyah Pak Anugrah," jawab sang sekretaris.

"Sekali lagi, kau ngatai aku bau tanah, jangan harap bisa tenang hidupmu!" Anugrah memberi peringatan kepada Langit. Langit mengangguk tanda paham.

Anugrah melepaskan tangannya dari rambut Langit yang hampir lepas dari kepalanya. Lalu pulang ke rumah kontrakannya.

Jederrrrrr. Anugrah menutup pintu rumahnya dengan keras. Membuat insan yang berada di depan rumah Azizah, kaget bukan kepalang. Itu, artinya Anugrah benar-benar marah.

"Untung gak botak dibuat kak Anugrah ini kepala. Tega banget sih," ucap Langit sambil mengelus kepalanya.

Sedangkan Azizah yang mengitip dari balik jendela, bergidik ngeri melihat wajah Anugrah tadi. Mengerikan.

●●●

TBC

Ada yang kangen?

Anugrah Azizah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang