Bagian Duapuluh Lima

2.7K 170 29
                                    

Tok... tok... tok...
Azizah mengetuk pintu rumah Anugrah. "Assalamualaikum," ucapnya seraya memberi salam.

Belum ada jawaban dari Anugrah.

Azizah tak menyerah. Ia mengetuk kembali pintu rumah Anugrah.

"Assalamualaikum, Pak!! Oh Pak!!" Azizah kini menaikkan suaranya, memanggil Anugrah.

Tak ada respon. Azizah membuang napasnya, kesal.

Azizah ingin mencoba sekali lagi mengetuk pintu rumah Anugrah.
Namun, baru saja ia mengangkat tangannya ke udara, pintu rumah Anugrah terbuka. Sebelum pintu rumah itu terbuka lebar dan menampilkan sosok penghuninya, yang memiliki senyuman manis. Azizah pun mundur beberapa langkah ke belakang dari depan pintu.

"Waalaikumsalam. Maaf, yah saya tadi di kamar mandi. Jadi tidak bisa membalas salam," jawab Anugrah yang diakhiri dengan senyuman.

Azizah hanya menganggukkan kepalanya. Gadis itu menatap Anugrah yang berada di ambang pintu dengan pakaian kerjanya. Dengan rambut yang masih acak-acakan. Membuat tangannya gatal, ingin merapikan rambut Anugrah.

Astagfirullah. Azizah langsung tersadar dan ia menundukkan pandangannya.

Membuat Anugrah bingung melihat kelakuan Azizah. Di pagi-pagi buta, pula. "Hey?" tegur Anugrah yang menyender di pintu rumah. Tak lupa ia menyilangkan tangannya di dada.

"Ya, Pak?" sahut Azizah dengan cepat.

"Ada apa na--"

"Jangan panggil aku dengan nak! Please!" Azizah memotong ucapan Anugrah. Sebelum lelaki itu selesai bicara.

Dahi Anugrah berkerut. "Kenapa nak?"

Azizah mendesis tak suka. Ia menatap tajam Anugrah. "Karena aku bukan anak Bapak! Lagian geli banget deh, Bapak manggil aku dengan nak!" protes Azizah.

''Lantas, jangan panggil saya Bapak. Saya bukan Bapak kamu!" Anugrah ikut-ikutan. Membuat Azizah mengembuskan napasnya.

"Tapi, Bapakkan guru aku,"

"Sekaligus calon suamimu!"

Lagi lagi Azizah hanya bisa mengembuskan napasnya.

"Tapi, aku gak mau nikah sama Bapak!"

Entah sudah berapa kali, Anugrah mendengar penolakan dari bibir mungil Azizah.

Anugrah menghela napas panjang. Ia menurunkan tangannya. Dan kini ia berkacak pinggang dan menatap gadis kecil itu. "Kamu, kenapa sih menolak saya nikahi? Saya kurang apa coba? Saya itu tampan, mapan, beriman, penyayang, sabar, suka senyum, tinggi, putih__"

"Tapi Bapak uda tua!" tungkas Azizah dengan polosnya.

Anugrah memutar bola matanya.

"Tua, itu hanya umur saya saja. Tapi wajah saya masih muda!" Anugrah membela dirinya. "Gak ada alasan lain apa?" tanya lelaki itu jengah.

Azizah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Stop Pak! Stop! Saya gak ingin berdebat! Saya di sini mau minta maaf!" kata Azizah.

"Minta maaf?" Anugrah membeo. Terkejut tak percaya.

"Iya," jawabnya dengan pelan. Azizah merogoh saku roknya. Dan mengeluarkan sebatang coklat. Ia memberikan kepada Anugrah. Anugrah menyerit bingung.

"Maafi Azizah yah Pak. Azizah telah menorehkan luka dihati Bapak," kata Azizah sambil memberikan coklat itu.

Bukannya menerima coklat pemberian Azizah, Anugrah malah meraba dadanya. Dan ia hendak membuka kemejanya.

"Pak! Bapak mau ngapain??" protes Azizah yang terpekik kaget dengan kelakuan Anugrah. Azizah sungguh tak mengerti dengan kelakuan Anugrah.

Anugrah Azizah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang