Bagian Empatbelas

2.7K 184 20
                                    


“Abi, Azizah gak mau netap di pesantren lagi! Azizah mau masuk SMANSA!” pinta Azizah kepada sang Abi.

Abi nya tentu saja tidak mengabulkan permintaan sang putri.

“Abi jahat! Abi pelit, nanti kuburannya sempit!” Azizah langsung berlari ke kamarnya.

Selama liburan sekolah, Azizah mendekam saja di dalam kamarnya. Hingga, sekolah-sekolah membuka pendaftaran, untuk penerimaan murid baru. Azizah masih diam di kamarnya. Ia mogok makan. Dan mogok untuk berbicara kepada Abi nya. Pokoknya, Azizah mogok untuk melakukan aktivitas.

Dan, pada akhirnya orang tua itu mengalah. Ia menuruti keinginan sang putri. Azizah mendengar itu sangat suka cita. Namun, dengan satu syarat. Bahwa Azizah harus diantar jemput oleh Abi nya.  Azizah setuju. Bibir mungilnya, tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Abi nya. Yang sudah menuruti kemauannya.

Azizah bersama Abinya berangkat ke SMANSA. Namun, sayang SMA Negeri Satu itu, sudah menutup pendaftaran penerimaan murid baru. Tanpa malu, Azizah langsung menangis di depan gerbang sekolah yang paling top di kota Medan.

Azizah menyalahkan Abi nya. Ia menangis sesenggukan. Abi Azizah meminta maaf. Diselah-selah tangisannya, Azizah berkata, bahwa ia tak mau sekolah di pesantren. Ia mau di sekolah biasa, seperti teman-temannya.

Abi Azizah dengan sabar, mengiyakan permintaan sang putri. Ia menyuruh sang putri untuk diam.

Akhirnya, Abi Azizah membawa Azizah ke sekolah swasta. Yaitu SMK Pembangunan.

Gedung sekolah itu tampak mewah. Mungkin hanya golongan atas saja sekolah di sini.

“Maaf, masih buka pendaftaran?” tanya Abi Azizah kepada satpam.

Sang satpam mengangguk. “Masih... masih Pak. Itu di sana tempat pendaftarannya,” satpam itu menunjukkan salah satu ruangan.

“Makasih yah Pak,” ucap Abi Azizah. Yang hanya mendapat anggukkan saja.

🍂🍂🍂

“Ini, dek isi formulirnya dulu,”
Azizah menerima selembar kertas itu dengan tersenyum. Ia bersyukur masih ada yang menerima murid baru.

Wajah Azizah seketika pucat, saat ia merogoh tasnya. Ia lupa bawa pena.

“Abi, ada pena? Azizah gak bawak pena, hiks,” adunya kepada sang Abi dengan air mata yang gampang lolos dari sudut matanya.

“Astagfirullah. Kok bisa sih nak?”

Azizah menggeleng. “Gimana ini Abi?”
tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

“Ini, pakai aja penaku,” tawar seseorang dengan menyerahkan penanya kepada Azizah. Tanpa banyak mikir, Azizah menerima tawaran anak lelaki itu.

“Makasih,” ucapnya dengan manis.

Anak lelaki itu hanya mengangguk saja. Azizah pun mulai mengisi formulir tersebut.

“Ini,  bawa ini ke ruang TU, untuk membayar uang pendaftaran, uang sekolah, uang pembangunan dan uang baju,” instruksi wanita itu kepada Azizah sambil menyerah sebuah map. Azizah hanya menganggukkan kepalanya.

“Besok, ke sekolah. Pakai seragam SMP kamu yah. Sekolah kita mengadakan MOS,” tambahnya lagi. Lagi lagi Azizah hanya menganggukkan kepalanya.

“Selamat datang di SMK Pembangunan,” ucapnya dengan ramah. Azizah yang polos, dengan senang hati membalas senyumannya.

🍂🍂🍂

Esoknya...

Azizah memasuki sekolah barunya. Dan segera bergabung dengan siswa dan siswi baru SMK Pembangunan, yang sudah berkumpul di tengah lapangan.

“Silahkan duduk untuk para siswa dan siswi baru SMK Pembangunan!”
Bak anak, kucing. Semuanya menurut, duduk di tengah lapangan. Beratap kan langit biru.

Anugrah Azizah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang