Bagian Sembilanbelas

2.5K 192 76
                                    

Anugrah dengan sepeda motor matic, milik Azizah memasuki sekolah swasta. Ia memarkirkan motornya dengan rapi, yang bersejajar dengan motor lainya.  Lalu lelaki itu melepaskan helm, dari kepalanya.

“Nugrah!” suara bariton tiba-tiba  memanggilnya, sambil menepuk bahu kokoh Anugrah.

“Astagfirullah! Kaget aku!” Anugrah menghelus dadanya.

“Gitu aja kaget! Lemah kali jantungmu itu!!” hina Radit yang sedari tadi menunggu kehadiran Anugrah.

“Bayanganmu aja yang tipis!” Anugrah tak terima dikatai lemah.

Radit menggelengkan kepalanya. Namun, tiba-tiba Radit  mendekati Anugrah. Hingga menyisakan sedikit jarak di antara keduanya.  Radit pun menatap Anugrah dengan serius. Sampai-sampai kedua mata Radit tak berkedip.

Membuat Anugrah merasa tak nyaman. Tanpa Anugrah sadari, kedua tangannya mendorong tubuh Radit. Membuat tubuh Radit, mundur beberapa langkah ke belakang.

“Arghh, kenapanya kau? Dorong-dorong orang?” tanya Radit heran. “Untung aku gak jatuh?” tambahnya.

“Kok aku? Kau… kau itu yang kenapa?  Pagi-pagi uda menatap aku begitu dekat? Kenapa? Kenapa? Kesambet? Kurang sajen? Atau apa? Hah?” tanya Anugrah dengan memeluk dirinya sendiri. Ia bergidik ngeri melihat temannya itu.  

Radit menghela napasnya dengan kasar. “Kau! Bener calon suaminya Azizah?” tanya Radit dengan tatapan tajam.

“Ah. Hum, i... iya. Kenapa?”

“Dasar pedofil!” ucap Radit sarkas.

Anugrah melebarkan matanya mendengar perkataan Radit. Namun, sedetik kemudian, ia langsung terkekeh.

“Eh, kau gak tahu? Daun muda lebih segar lho,” Anugrah membalas ucapan Radit dengan mengedipkan satu matanya.

Radit menengus mendengar ucapan Anugrah. “Daun muda? Preet!! Emang kau pernah makan daun muda?”

“Umm… belum sih,” Anugrah menyengir. Radit hanya memutar bola matanya saja.

“ Tapi kenapa mukamu bete gitu?” Anugrah merasa heran.

“Gak, aku merasa terkhianati saja. Kupikirlah kau datang ke sini emang mau ngajar bareng aku. Eh rupanya karena Azizah,” Radit berpura-pura merajuk, dengan melipat tangannya di dada.

Anugrah turun dari motornya. “Udah jangan cemburu! Nanti aku carikan jodoh untukmu!” hibur Anugrah seraya menoel dagu Radit, dengan tersenyum lebar menampakkan giginya yang berbaris dengan rapi.

Radit langsung menjauhkan tangan Anugrah dari bahunya. “Idiih! Siapa yang cemburu?”

“Oh, kirain cemburu. Hehehe. Eh, aku minta maaf yah. Aku gak ngasih tau tujuan utamaku ke sini,” Anugrah meminta maaf. Ia merasa tak enak pada Radit.

“Hmm, iye. Aku syok berat. Waktu kau bilang, kau calon suaminya Azizah. Gak habis pikir! Umur kita sama Azizah bertaut lumayan jauh!”

“Kenapa gak habis? Makanya, jangan dipikirin sendiri, bagi-bagi biar habis,” canda Anugrah.
Radit mengembuskan napasnya dengan kasar mendengar candaan Anugrah.

“Eh, Nug, ngomong-ngomong, ng... kau yakin mau nikah sama Azizah?”

Anugrah mengangguk kepalanya seraya berucap,” Insyaallah, selama Azizah seorang wanita, aku yakin,”

Radit menggaruk pipinya.

“Tapi, Nug. Ngg… Azizah  usianya masih muda. Apa bisa dia… ng… menjadi istrimu dan menjadi ibu rumah tangga yang baik?”

Anugrah Azizah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang