Anugrah yang mendengar suara kegaduhan dari luar rumah, langsung berlari keluar rumah dengan tergesa-gesa.
Ia menempuk jidatnya sendiri, melihat kelima anak buahnya yang sudah babak belur. Kelimanya sudah tak berdaya dengan wajah lebam-lebam. Dan juga meraung kesakitan. Anugrah tak terkejut. Mengapa mereka bisa babak belur. Karena ia melihat ada sosok gadis muda dengan sorotan mata tajam yang sedang berdiri di depan rumahnya.
“Astagfirullah. Ya Allah, ini ada apa?” tanya Abi Azizah yang baru pulang dari mesjid.
“Ada apa ini? Ada apa? Umi denger dari dapur ada suara kedebag-kedebug? Ada apa?” tanya Umi Azizah, yang baru keluar dari rumahnya dengan hebohnya.
“Mereka ini siapa nak Nugrah? Dan kok mukanya birem-birem?” Abi Azizah bertanya sambil menatap mereka dengan iba.
Anugrah menggaruk pipinya. “Anu, Abi. Mereka anak buah saya. Dan sepertinya mereka dihajar oleh Ijah!” Anugrah memberitahukan Abi Azizah.
“Anak buah?” dengan serempak Abi, Umi, dan Azizah bertanya. Anugrah mengangguk dengan wajah yang sangat pucat.
Abi Azizah langsung mendekati Azizah. Dan tanpa malu menjewer kuping kanan anak gadisnya itu. “Apa yang kamu lakukan nak? Menghajar orang-orang dipagi buta?”
Azizah meringis kesakitan. “Aduh… aduh Abi, sakit! Ihh… ampun sakit!!” gadis itu mengaduh kesakitan. Namun sang Ayah tak perduli.
“Azizah!” ucap sang Abi dengan nada penuh penekanan. Menahan rasa kecewa terhadap perilaku sang anak.
“Aduh… Abi. Sakit! Jangan salahkan Azizah. Salahkan mereka sendiri! Kenapa pagi-pagi di depan rumah orang!” Azizah masih sempat membela dirinya sendiri.
Mendengar ucapan Azizah, Abi Azizah semakin kuat menjewer kuping anaknya. “Udah salah, masih saja berkilah!” kata Abi Azizah yang tak habis pikir.
Umi Azizah hanya menggeleng kepalanya.
“Sudah Abi, jangan dijewer Azizah,” Umi Azizah mencoba membujuk sang suami, agar melepaskan tangan suami, dari kuping anaknya.
“Iya Abi, jangan dijewer Ijah. Kasian!” Anugrah ikut-ikutan. Lelaki itu merasa iba melihat Azizah dijewer telinganya.
“Biar! Biar gak bandel! Kebiasaan berantem gini! Padahal dari kecil dikasih makan nasi. Bukan besi!” kata Abi Azizah lagi, yang masih merasa geram.
“Ampun Abi! Azizah cuma curiga saja sama mereka! Kenapa anak buah Pak Anugrah pagi-pagi sudah ada di depan rumah? Pake kaca mata item lagi, bikin curiga aja?”
Anugrah tersenyum kikuk. Ia mengusap tengkuknya. “Itu yah. Mereka datang, karena saya bilang sakit,” Anugrah menjawab pertanyaan Azizah dengan lemah.
“Kamu sakit apa nak? Kenapa gak bilang sama Umi?” Umi Azizah langsung mendekati Anugrah. Begitu pula dengan dengan Abinya Azizah. Ia melepaskan tangannya dari kuping Azizah. Lelaki setengah baya itu, langsung mendekati Anugrah. Lantas ia meraba dahi Anugrah. Panas.
“Badan kamu panas Nak!” Abi Azizah merasa khawatir.
“Panas?” tanya Umi Azizah. Abi Azizah menggangguk.
“Kamu kalo sakit bilang Umi! Biar Umi kasih obat. Kamu ini pasti lagi demam panas. Aduh Anugrah, kenapa gak bilang sama Umi sih nak kalo kamu sakit?” Umi Azizah begitu perhatian kepada Anugrah.
Membuat Anugrah merasa tak enak. “Maaf Umi. Anugrah gak mau ngerepoti Umi sama Abi. Anugrah cuma masuk angin. Tapi waktu Anugrah telepon sekretaris Nugrah, Anugrah cuma batuk dan bilang kondisi saya gak baik. Makanya mereka langsung terbang ke Medan! Dan, sayangnya mereka malah membuat Ijah curiga,” ungkap Anugrah, menceritakan semuanya. Anugrah sempat mencuri pandang ke arah Azizah. Ia tersenyum tipis melihat gadis itu memegang telinganya dengan mulut dimajukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Azizah
General Fiction❤❤ Ini hanya kisah klasik. Kisah perjodohan yang diatur kedua orangtua. Dengan berbagai alasan. Mulai dari ingin menyambung silaturahmi. Ingin memberikan jodoh yang terbaik untuk anaknya. Dan yang paling nusuk di hati adalah, disuruh cari jodoh se...