Tepat pukul delapan malam, Rio dan Ify sampai di tempat tujuan. Di sebuah villa milik teman Rio yang berada di daerah pucak Bogor. Ify turun dari mobil setelah Rio membukakan pintu untuknya. Penampilan Ify sedikit berbeda malam ini. Gadis itu mengenakan drees hitam selutut tanpa lengan yang di kombinasikan dengan warna putih di sekitar dadanya. Sedangkan Rio memakai celana putih dan kemeja panjangnya berwarna hitam. Keduanya tampak serasi, padahal mereka tidak berencana memakai baju warna apa.
Kedatangan Rio langsung di sambut oleh Putri, pemilik villa sekaligus tuan rumah di acara ini.
"Damn you, Rio! Lo makin ganteng aja sih. Susah move on dong gue."
Rio tertawa kecil mendengar itu. Dia menerima pelukan kecil dari Putri sebagai salam pertemanan karena sudah lama mereka tidak bertemu. Tanpa melepas tangan Ify tentunya.
"Who?" Tanya Putri tanpa suara menunjuk sosok yang berdiri canggung di samping Rio.
"Oh, ya. Kenalin dia Ify, calon istri gue."
Putri membeliak kaget. "What? Bukannya lo sama Lani?"
Rio mengibaskan tangannya. "Cerita lama udah nggak usah di bahas."
Putri mengangguk paham. Lalu tersenyum pada Ify seraya mengulurkan tangan. Senyum yang entah kenapa terasa aneh di mata Ify. "Hai, Ify. Gue Putri temen SMA Rio. Lo cantik, imut lagi pasti banyak yang suka."
"Punya gue nih." Sahut Rio bangga. Membuat Putri memutar bola matanya.
Ify mengangguk senyum. Menyambut tangan Putri. Mengenyahkan pikirannya yang tak masuk akal.
"Ify. "
"Ya udah kalian ke taman belakang aja. Udah banyak yang ngumpul kok."
Rio mengangguk. Menoleh ke Ify seraya mengeratkan genggaman tangannya. Dengan tatapan Rio berusaha mengatakan jika semua akan baik-baik saja dan Ify tidak perlu takut menghadapi semua temannya.
Keadaan taman belakang terdengar ramai di telinga Rio maupun Ify. Mereka baru sampai di ambang pintu, dan memperhatikan semua teman Rio yang terlihat asik bercengkrama. Ada yang bertugas memanggang beberapa jenis makanan. Menikmati makanan yang di sajikan. Ngobrol satu sama lain. Lalu pandangan Rio tertuju pada sosok Agung dan juga Lovina yang terlihat berdebat karena Agung baru saja mengambil sosis milik Lovina. Dia terkekeh. Kedua sahabatnya itu memang tidak berubah sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seputih Rasa (New Version)
Teen FictionSaat aku menatap langit di siang hari, di sana aku bisa melihat terik sang surya menyerang ke dua mataku. Seolah memberi perlindungan pada awan putih agar tak setiap orang bisa menikmatinya dengan jelas. Dan itu membuatku berpikir, mungkin aku jug...