18+
Ify tak pernah membayangkan jika perjalanan hidupnya akan sampai pada tahap ini. Tahap di mana dia telah resmi menyandang status sebagai istri dari seorang laki-laki yang tengah di gilai oleh banyak perempuan. Tak pernah Ify menyangka jika dia merasa seperti menjadi tokoh dongeng dalam kartun yang ia tonton sewaktu masih berseragam putih merah.
"Ayah. Ify mau pake baju kayak itu." Pinta Ify saat berusia tujuh tahun menunjuk film kartun yang berputar di layar televisi.
"Nanti. Saat Ify udah besar. Dan menjadi pasangan pangeran, Ify akan memakai baju itu."
"Beneran?" seru Ify berbinar cerah menatap ayah.
"Pangerannya ganteng, nggak, yah?"
Ayah mengangguk, "Tentu. Tapi itu masih lama sekali. Yang harus Ify lakukan sekarang adalah belajar yang rajin. Supaya kalau nanti ketemu sama pangerannya, Ify nggak malu karena bodoh."
Ify memang tidak pernah membantah apapun yang ayah katakan padanya. Hanya anggukan kepala penuh semangat yang Ify berikan pada ayah. Dalam hati, dia bertekad untuk belajar agar nanti saat bertemu pangeran dia tidak menjadi putri yang bodoh.
Itu adalah sekilas obrolan yang tiba-tiba muncul dalam benak Ify. Entah kenapa tiba-tiba dia mengingat hal itu. Mungkin karena efek rasa rindunya pada ayah dan juga lelah karena baru dua jam yang lalu, akhirnya, resepsi pernikahannya dengan Rio telah selesai. Lega dan juga lelah, mengingat beberapa minggu ke belakang mengurus segala macam untuk persiapan pernikahan mereka.
Tidak mungkin meminta pak dhe datang, akhirnya Ify meminta wali hakim untuk di jadikan sebagai walinya. Saat Rio mengucap ijab qobulnya dengan lancar, perasaan Ify campur aduk. Bahagia, namun juga sedih mengingat tak ada satupun anggota keluarganya yang hadir. Bu dhe harus stand by menamani pak dhe di rumah sakit. Sementara, Damar, juga sibuk dengan jadwal kuliahnya. Untung saja, ada Sivia dan Alvin yang membuat Ify merasa tidak asing dalam acaranya sendiri. Acara yang tentu lebih di dominasi oleh keluarga besar Rio. Hal yang sebenarnya mengamggu pikiran Ify selama beberapa hari menjelang acara akad dan pesta pernikahannya.
"Apa yang buat istriku sedih di malam pertama pernikahan kita?" Rio bertanya sembari memeluk tubuh Ify dari belakang yang sedari tadi berdiri di balkon kamarnya.
Rio baru saja selesai mandi. Jadi, aroma sabun Rio yang mint dan menyegarkan itu mampu melapangkan hati Ify yang semula terasa sesak.
"Fy, kamu bahagia, kan?" tanya Rio lagi. Terdengar menuntut karena Ify hanya diam.
"Aku bahagia." Gumam Ify seraya merebahkan kepalanya di dada Rio dengan mata terpejam.
Rio menunduk, memperhatikan wajah Ify dengan seksama. Tertegun sesaat ketika dengan jelas Rio melihat sudut mata Ify mengalirkan satu garis bulir air mata.
"Kalau bahagia, kenapa kamu nangis sekarang?" nada bicara Rio terdengar sedih. Tangan kirinya mendekap erat pinggang Ify, sedangkan sisanya, Rio gunakan untuk mengusap lembut air mata Ify.
"Terlalu bahagia mungkin." Ify bergumam lagi, menikmati sentuhan Rio dengan matanya yang masih terpejam.
Rio tidak percaya begitu saja mendengar ucapan Ify. Dia lantas mendorong pelan kedua bahu Ify, lalu di putar menghadapnya.
"Bilang sama aku, kamu kenapa?" tanya Rio menunduk, raut cemas semakin tergambar jelas di sana tatkala dia tahu air mata Ify semakin merembas mengalir.
"Fy, sayang hey please! Jangan gini ak-"
"Kamu nggak nyesel nikah sama aku?" tanya Ify serak. Menyela cepat ucapan Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seputih Rasa (New Version)
Teen FictionSaat aku menatap langit di siang hari, di sana aku bisa melihat terik sang surya menyerang ke dua mataku. Seolah memberi perlindungan pada awan putih agar tak setiap orang bisa menikmatinya dengan jelas. Dan itu membuatku berpikir, mungkin aku jug...