63. Cemburu Tanda Cinta

1.6K 186 37
                                    

Entah dapat kekuatan darimana, Ify tidak tahu. Yang jelas sekarang, Ify memberanikan diri masuk ke dalam sebuah cafe menemui seseorang. Tak ada yang Ify pikirkan selain hanya berusaha untuk tidak menjadi pengecut yang lari dari masalah. Terlebih, untuk kedepannya, Ify tidak ingin memupuk ketakutannya di saat dia berusaha bergerak maju.

Tanpa senyum dan ekspresi, Ify berjalan menuju meja yang kini sudah ada seseorang menunggunya. Hari ini, sebagian beban di masa lalunya, Ify harap bisa menyelesaikannya.

"langsung ke inti." Ucap Ify begitu duduk di hadapan orang itu. "Sepuluh menit dari sekarang." Lanjut Ify melihat jam di tangan kirinya.

"Lo apa kabar?"

Ify mengangguk sekali. "Baik."

"Masih marah sama gue?"

Ify menajam. "Gue bilang langsung ke inti." Tekan Ify tak mau berkompromi.

"Gue cinta sama lo."

"Gue nggak." Balas Ify cepat dan tanpa ragu.

"Nggak masalah. Gue bakal buat lo cinta sama gue."

Ify tersenyum, memangku menyangga dagunya pada kedua tangan di atas meja. Ekspresi Ify yang jelas membuat lawan bicaranya menjadi geram karena gemas. "Terserah! Coba aja karena semua yang lo lakuin, nggak akan dapet hasilnya."

Cakka mengikuti kegiatan Ify. Tersenyum geli menatap Ify yang memang tak pernah membuatnya bosan. "Natap lo kenapa bikin nagih, sih?"

Ify tersenyum manis yang terlihat di paksakan. Menegakkan duduknya dan bersedekap. "Mata lo pernah kecolok sumpit, nggak? Mau coba?"

Cakka mengikuti arah pandang Ify yang menatap beberapa sumpit di tengah meja. Kedua sudut bibirnya terangkat. Sampai akhirnya, sorot jenaka itu perlahan meredup di kedua matanya. "Fy, maaf-"

"Soal itu." Sela Ify tercekat. Biar bagaimanapun, jika diingatkan tentang hal mengerikan yang ia alami, Ify tetap merasa jijik pada dirinya sendiri. "Gue nggak tahu kapan bisa lupain. Untuk maaf, gue bisa usahain tapi nggak sekarang."

Lega. Ify menghembuskan nafas lega bisa menyerukan isi hatinya. "Jadi gue mohon. Berhenti ganggu gue. Berhenti nelpon gue, line gue watshapp gue, dan muncul di hadapan gue."

Ya, hampir setiap hari Cakka menghantuinya. Dari telpon, pesan bahkan tak jarang Cakka menunggu di depan gerbang rumah Sivia. Membuat Ify merasa tidak enak pada orang tua Sivia yang sempat menanyakan alasan keberadaan Cakka. Dan karena hal itulah, Ify meminta Cakka untuk datang ke cafe ini pagi tadi.

Alasan terbesar Ify meminta Cakka bertemu adalah Rio. Ify ingin menyelesaikan beberapa persoalan yang ia pikir akan menganggu hubungannya dengan Rio suatu saat nanti. Di sini, Ify hanya ingin menegaskan pada Cakka, siapa hati yang ia miliki. Maka dari itu, ketika selesai salat subuh tadi pagi, Ify langsung pulang tanpa membangunkan Cecil yang masih terlelap. Menyiapkan hati dan mentalnya untuk bisa melihat wajah Cakka.

"Gue minta maaf bukan karena hal yang udah gue lakuin. Tapi, gue minta maaf karena gue nggak bisa mengatakan itu di saat gue nggak ngerasa nyesel udah nyentuh lo."

Tubuh Ify terperanjat takut menatap Cakka. Tidak menyesal? Apa itu berarti Cakka bisa bertindak sesuka hatinya.

"Tenang gue nggak mungkin macem-macemin lo di tempat rame gini." Terang Cakka santai mendapati ketakutan di wajah Ify.

"Ya, harusnya gue nggak nemuin lo hari ini." Gumam Ify menahan gejolak emosi yang terus berdebam dalam paru-parunya. Ify segera bangkit dari duduknya, bermaksud pergi namun Cakka lebih cepat mencekal pergelangan tangannya. Ify kontan menoleh, tergagap dan berusaha melepaskan diri.

Seputih Rasa (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang