Rio berubah? Tidak. Dia tetap sama seperti bagaimana watak pemuda itu yang tak bisa diam. Ya, karena memang hanya itulah yang bisa Rio lakukan untuk menutupi luka hatinya. Tidak mudah bagi Rio untuk membuang perasaannya pada Ify. Perasaan bersalahnya dan peraasaan sakitnya ketika hanya bisa melihat Ify. Gadis itu juga tidak berubah sama sekali. Pendiam dan tidak banyak berulah ketika berada di dalam kelas. Sesekali, Ify hanya tersenyum atau tertawa kecil ketika sedang mengobrol bersama Sivia. Pemandangan yang mengusik hati Rio hingga berujung pada pesakitan. Tapi, juga cukup membuat hati Rio melega karena tahu jika keadaan gadis itu baik-baik saja. Dan Rio juga berusaha tidak mengusik Ify sesuai permintaam gadis itu. Walau kadang mereka masih sering menjadi bahan ejekan anak-anak. Itu semua karena Rio pernah terang-terangan bahwa dia menyukai Ify. Guna meredam kabar tentang yang di sebut sebagai perempuan penggoda. Dan Rio menanggapi semua godaan temannya dengan berujar santai.
"Amin, jangan?"
Lalu kompak semua anak berseru "AMIN!" dan terciptalah tawa di antara mereka. Menyisakan Ify yang hanya bisa menunduk malu. Ah, mungkin hanya satu yang berubah dari Rio. Namun itu sangat menakjubkan mengingat bagaimana kebiasaan pemuda itu yang mungkin sudah mendarah daging dalam dirinya. Ya, Rio tidak lagi mengeluarkan gombalannya untuk menggoda beberapa teman gadisnya. Dia bahkan, jarang sekali membalas puluhan pesan yang memenuhi notifikasi di ponselnya. Karena kenapa, akhir-akhir ini Rio menjadi tidak berselera.
Lani? Gadis itu sudah kembali ke korea dalam keadaan terluka karena kecewa dengan keputusannya. Tapi, entah kenapa, Rio jauh lebih merasa tenang ketika tahu bahwa Lani memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Apa memang, selama ini Rio tidak menarih hati pada gadis itu dan hanya tergoda oleh kecantikannya? Entahlah!
Sudah satu bulan berlalu. Rio menjalani aktifitasnya seperti biasa. Ah, seperti biasa setelah dia tinggal bersama sang kakek sih lebih tepatnya. Karena tidak mungkin Rio bisa bersantai atau bersenang-senang selama tinggal dengan kakeknya itu. Apa yang Rio lakukan? Bekerja. Ya, Rio mendapat tugas untuk menjaga counter hp sang kakek yang berdiri tak jauh dari rumah. Jadi, setiap pulang kuliah, Rio akan berjaga di sana hingga malam sembari mengerjakan tugas. Mengganti pergawai kakek yang ternyata adalah seorang gadis.
Rio tersenyum pada seorang pegawai perempuan yang bertugas menjaga counter hp milik kakeknya. Sekedar menyapa karena perempuan itu tampak salah tingkah ketika melihat kedatangannya. Bukti bahwa Rio memang mulai berubah adalah dia tidak menggoda pegawai itu. Sebagaimana kebiasaanya yang selalu gatal untuk mengeluarkan mulut manisnya pada seorang gadis.
"Gimana, mbak, udah ada pelanggan?" tanya Rio sekedar basa-basi seraya duduk di samping gadis itu dan membuka laptopnya.
"Lumayan, mas. Ini-"
Rio menghentikan kegiatannya sesaat. Lalu menoleh dan mengambil alih buku yang berisi catatan tentang barang apa saja yang terjual setiap harinya. Kepalanya terangguk, kemudian mendongak dan tersenyum.
"Pulang aja, mbak. Biar saya yang jaga."
Gadis yang tampak seusia dirinya itu lantas berdiri seraya dan memakai tas selempangnya. "Iya, mas. Permisi, assalamu'alaikum."
Rio mengangguk ramah, "Wa'alaikumsalam." Sahut Rio kemudian. Tak lama, Rio kembali fokus pada laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk. Salahnya sendiri karena sering tidak masuk kelas.
"Bang beli bang!"
Rio lantas mendongak. Menanggapi pembeli yang suaranya terdengar tidak asing di telinganya. Kedua mata Rio sontak melebar tak kala tahu siapa yang kini duduk di depan etalasenya.
"Lo?" serunya masih kaget.
"Ye, ini gue. Napa, sih? Kaget, ya? Baru pertama dapet pelanggan secantik gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seputih Rasa (New Version)
Fiksi RemajaSaat aku menatap langit di siang hari, di sana aku bisa melihat terik sang surya menyerang ke dua mataku. Seolah memberi perlindungan pada awan putih agar tak setiap orang bisa menikmatinya dengan jelas. Dan itu membuatku berpikir, mungkin aku jug...