21. Percaya Padaku

2K 186 63
                                    

HAAAYY MAAF YAA NGAREETT.
LAMA GAK? GAKLAH YA BELOM ADA SATU BULAN WKWKWK

VOMENNYA DONG MAU. BUAT TAMBAHAN DAYA (?)

MAKASIH HAHAH HAPPY MEMBACA 😂😀😘🙏

Rio tersenyum menyambut sosok gadis yang semalam tidak bisa membuatnya tidur dengan nyenyak. Yah, bagaimana bisa dia memejamkan mata sedangkan bibirnya tak berhenti tersenyum dengan hati yang mengembang bahagia. Memang, Ify belum secara penuh menerima dirinya. Tapi, sudah permulaan yang bagus ketika dengan sadar gadis itu memberinya ijin untuk melajukan langkahnya. Terlebih, semalam Ify tidak lagi berusaha menolak ketika dia ingin mengantarkan gadis itu pulang. Yang berarti Ify mengijinkannya untuk tahu di mana gadis itu tinggal sekarang. Hal sepele, tapi Rio bahagia. Perlahan tapi pasti, Ify mulai bisa membuka diri padanya.

"Capek, nggak?" tanya Rio begitu Ify berdiri tepat di hadapannya.

Kedua alis Ify bertaut. Merasa bahwa pertanyaan Rio sedikit berlebihan. Capek darimana? Lagipula dia turun juga menggunakan lift. "Kenapa harus capek?" tanya Ify balik seraya meraih helm dari tangan Rio yang pasti akan di serahkan padanya. Tapi, Rio mempertahankan helm berwarna merah muda itu lalu ia pakaikan di kepala Ify. Helm itu baru saja ia beli di toko dekat rumah kakeknya saat ia hendak pergi menjemput Ify.

"Ya siapa tahu capek."

Ify mencebik, menggeleng pelan dan menerima perlakuan Rio. "Nggak jelas."

Cibiran Ify membuat Rio terekekeh lalu menatap Ify sejenak. Dia tersenyum tipis, meredam rasa bahagianya agar tidak terlalu kentara.

"Cantik terus kamu," ujarnya santai seraya mengikat pengait helm di leher Ify.  Rio terkekeh, merasakan cubitan Ify di pinggangnya yang entah kenapa terasa lembut. Mundur satu langkah untuk melihat ekspresi Ify yang kini menatapnya sinis. Dan itu, selalu terlihat menggemaskan di mata Rio. Duh kalau bisa dia ingin menarik Ify ke pelukannya. Tapi, boleh nggak, ya?

"Sendirinya nggak capek? Ngegombal mulu perasaan." Cibir Ify yang hanya di tanggapi Rio dengan tawa kecilnya.

"Bukan gombal."

"Terus apa?"

"Ya nggak apa-apa. Emang kamu cantik kok." Sahut Rio seadannya. Dia mulai menaiki motor maticnya. Melihat Ify yang masih berdiri dan tidak bergerak, Rio menolehkan kepalanya ke belakang. Memberi isarat pada Ify, agar gadis itu segera naik.

"Jadi, karena cantik kamu suka aku?"

Rio tersenyum menoleh. Selesai memasang helm di kepala, jari telunjuknya menyentil hidung Ify. "Cie aku kamu."

Ify mengeram. Menampilkan wajah jutek untuk menyembunyikan rasa malunya. Dengan segera ia naik di belakang Rio.

"Lupain!" Ketusnya kemudian.

Rio tergelak sesaat. Menengokkan kepalanya kebelakang untuk melihat wajah jutek Ify. Dan hasilnya, masih sama. Gadis itu memang sangat ahli membuatnya gemas.

"Awalnya emang mata aku yang jatuh cinta. Tapi, lambat laun hati aku jadi nggak mau kalah." Jelas Rio kemudian. Tidak mau jika hari pertamanya untuk melakukan pendekatan merusak mood Ify.

"Bodo." Tanggap Ify berusaha sebisa mungkin untuk tidak tersipu. Ya, mau bagaimanapun, Ify masih berushaa keras menutup hatinya. Rio tahu. Dan dia, tidak keberatan untuk hal itu.

"Jutek mulu, sih."

Tersadar. Ify menghela. Dia sudah mengatakan untuk memberi Rio kesempatan. Jadi, tidak seharusnya Ify masih bersikap antipati seperti ini.

"Makanya jangan nyepik mulu," Ketusnya. Padahal dalam hati, Ify ingin mengatakan maaf. Tapi entah kenapa dia masih ingin bersikap jutek pada Rio.

"Aku anggap tanda, ya?" ucap Rio seraya menghadap depan lagi dan menyalakan mesin motornya.

Seputih Rasa (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang