CINTA TERLARANG CINTA TERINDAH

                       PROLOG

Dasar dari sebuah kecintaan adalah kasih. Ventilasi bercelah yang selalu kusebut nurani. Esa sebentuk rasa yang berkelimun tiada henti. Dan selalu terasa di setiap malam dingin dan sepi. Cinta...

Dan untukmu...
Lelaki dari semua laki-laki yang kupuja. Atas nama cinta dari kecintaan yang tak pernah teraba. Kau tahu, waktupun kini angkat bicara, akan gandrungku yang memuja raga, akan rinduku pada sebuah pesona dan akan hanyut rasaku di senja yang mabuk jiwa, hingga terangsanglah daya pikirku untuk mengungkap rahasia hati.
Yang terperas di kegelapan hampa... Yang membumbung...
Di kesunyian malam...

Melalui buku ini, kulantunkan nyanyian hati tanpa melodi, menebar aroma wangi yang memabukan jiwa tanpa aneka bunga.

Satu tahun aku menunggu...
Dua tahun aku menanti...
Tiga tahun...
Dan terus melangkah memutari tahun yang kelima, mengabaikan segala, hanya ingin membuka sebuah tabir, sebentuk kabut yang menutupi pandangan setiap insan.
Tentang cinta dan keabadian rasa.

Tentang bening kasih yang teralpa.
Tentang jiwa...
Yang mencintai jiwa yang sama.

Tuhan menciptakan kita dari sesuatu yang sama. Dari buah cinta dan kenikmatan yang serupa. Dari degup jantung yang berirama dan dari perhiasan birahi yang indah. Tapi mengapa persamaan itu dianggap tak ada ? Saat perbedaan diantaranya mengada.

Salahkan kecintaan ini ?
Sedangkan dunia sendiri mengakuinya, bahwa kecintaan ini memang ada. Tersebar dan bersembunyi di balik perasaan yang nyata atau bila tidak...
Mengapa kecintaan ini bisa mengada...?

Adalah cinta yang merupakan kubangan bahagia dan derita. Yang membuat segala yang tak mungkin menjadi mungkin. Yang terpilih disaat rasa tak dapat lagi memilih.
   
Bukankah hidup adalah sebuah pilihan ? Yang harus ditampi dan dipilah menjadi sebuah keinginan ?
Lalu menjadi sebuah rasa yang tak dapat terelakan.

Tapi syukurilah...
Sebab, sesuatu telah menjadi nikmat dan merupakan sebuah anugrah yang terberi dengan cuma-cuma tanpa harus kita paksakan, sebuah keindahan yang tercipta dalam rencana Tuhan yang memiliki kesempurnaan tanpa kasat mata.

Anganku yang tersenggamai oleh sepi dan bunga cinta ternyata telah melahirkan buah pikiran yang mengoyak rerupa warna. Menulis adalah hidupku. Kehidupan indah masa khayalku, hingga kujadikan dia sebagai bayi yang dapat menopang kesunyian di tiap malamku yang tak terundang. Hanya dekat dengannya aku menjadi tenang, bermandikan kata, berselimutkan kalimat hingga membentuk sebuah makna.
   
Dan untukmu...
Para penikmat sastra...
Kemarilah...
Duduk disampingku...
Dan dengarkanlah senandung ini, meski ragaku tak terlihat tapi aku akan selalu bersamamu. Memabukan jiwamu dengan anggur perasaanku, setetes demi setetes hingga puaslah rasamu. Terlepas dari mimpi hingga terlumat di dalam keindahan cinta...

Salam cinta

Benako Aksara Tumober.