Bab 24

14 2 0
                                    

Malam semakin larut...
Gelap terus bergerak...
Menjelang cahaya...
Pesta telah usai...
Tahun-pun telah berganti...
Rumah kembali menjadi sepi...

Teman-temannya telah pergi dan tentunya mereka kembali ke rumah, bersama kekasih yang meramaikan sanubari. Dan aku, aku masih di sini, di rumahnya yang banyak menyimpan cinta dan kasih, yang membuat jiwaku enggan beranjak dan berlalu darinya.

Duduk bersandar pada sebuah kursi, panas dan ringan itu yang kurasakan akibat terlalu banyak mencicipi Redwine yang tersuguhkan dan itu membawaku pada sebuah kemabukan singkat dalam sepasang mata yang terus mengawasiku dari sudut yang berseberangan. Mengikatku di keremangan sepi dan menjadikan segala ingin yang tertunda kembali merona dalam hasrat yang tersimpan, dalam gelap yang diam-diam berlari ke arah barat menjelang cahaya terang datang.

Berakhir sudah...
Malam yang berpeluh sunyi.

Di sini, bersamanya...
Tak lagi ku-merasa sendiri. Adanya tak lagi membuatku merasa sepi. Tak lagi merasa dingin dan tak lagi merasa tak berarti. Hangatnya ranjang tempat kami bersenyawa dalam kecintaan selalu ingin mencicipi nyala api yang berkobar dari kegairahanku dan kegairahannya. Yang meletup bagai gunung merapi dan memuntahkan nikmat bahagia saat tak lagi terbatuk dalam keinginan. Dan aku begitu tergila-gila oleh dekap sentuhannya dalam pengadaan cinta yang memabukan jiwa, menjadikan aku begitu memuja akan cintanya dengan harapan-harapan tinggi dan tak masuk logika. Tapi seperti itulah cinta yang kuingini, cinta yang membuatku ingin tetap ada disisinya, mencintainya dan terus mencintainya tanpa berhenti...

Kusandarkan kepalaku pada bisu sandaran sofa, memejamkan mata tanpa lagi mengabaian matanya yang terus menembusi pengadaanku. Dan aku begitu mengharapkannya, menatikan hadirnya dan mencumbui adaku di arena yang akan melepaskan segala ikatan gairah yang terpasung dalam ingin yang begitu mendebarkan.

Pikiranku kosong, melompong...
Membiarkan otot-ototku melemas dalam alun musik yang begitu lembut membelai telinga. Sesaat kurasakan, diriku mengapung dalam hangatnya air, melesatkan jiwaku pada sentuhan  halus yang melenyapkan diriku dari pantai kesadaran ke samudera kegelapan. Tanpa menunggu apapun aku tertidur, berserah pada penguasa alam, membiarkan mimpiku berjalan dan dikuasai oleh hening malam.

Tapi itu terjadi hanya beberapa saat...

Selanjutnya, kurasakan ada sesuatu yang lebih lembut membelai wajahku. Kubuka mataku dan kudapati sekulum senyum mengada di hamparan nyata, menjelmakan desah di bibirku yang begitu penuh dengan keinginan...

Tersentuh bibirku dengan hangat bibirnya yang mengulum lembut hasratku, mengelus langit-langitnya dengan sentuhan semanis madu, rasanya begitu manis dan begitu lembut. Kupejamkan kembali mataku, menikmati sapuan tangannya yang mendenyutkan detak di tiap nadi. Dirayapinya dadaku dan disentuhinya seluruh kulitku. Sungguh jari-jarinya telah mengalirkan partikel nikmat yang tiada tara di sekujur tubuh.

Aku mendesah...
Merasakan nyala kobaran api pada pandangannya yang berkilat gairah. Bibirnya menyesap, mengecupi liar diamku yang telah menjadi sebentuk kegairahan cinta untuk yang terkasih. Sentuhan-sentuhannya telah menjadi ruap kata yang berdenyut-denyut di setiap detak jantungku. Dan, ia terus menguasaiku dengan gairahnya yang meletup-letup.

Tubuhku menggeliat...

Dan kubiarkan dirinya terus menjelajahi setiap inci tubuhku. Menyentuh, mencium dan melucuti segala yang ada. Segala yang melekat, segala yang menutupi adaku, menjadikan aku bertelanjang dalam rintih nikmat yang terus terbakar oleh keinginan. Harris tak berhenti menyentuh, terus mencium, terus mengecup, terus mendesahkan namaku di tiap sentuhannya yang melambungkan jiwaku ke langit yang tinggi...

Kurasakan elusan jarinya-jemarinya, bergerak lembut menuju ketegangan yang haus akan sentuhan. Bibirnya melumat, tangannya tak henti membelai, membakar hasrat yang semakin berkobar, tapi gairah tak juga hangus terbakar, tetap membara dalam dekap yang semakin merona...

Harr...Harrisss..." erangku pelan, padanya yang tak henti mencumbui ragaku.

" Aku bahagia sekali saat ini, Harr..."akuiku dalam dekap hangatnya.

" Tak'kan pernah kubiarkan kebahagiaan ini berlalu darimu, Hans..." bisiknya halus.

Bibirnya kembali menjalari bibirku. Berawal dari kecupan ringan lalu menjadi sebuah ciuman yang lebih kental, gairahku terlumat dalam kegairahan yang begitu memabukan, membuatku tergerak dan menyambutnya dengan responsive. Kedua tanganku mencengkeram, mengait dan mengelus wajahnya dengan telapak tangan yang terbuka. Kemudian ku-pandangi sepasang matanya lekat-lekat...

" Aku sayang kamu, Hans..." bisik bibirnya dekat bibirku, membuat hidungku terbelai oleh aroma redwine yang memabukan aku pada kecintaannya.

Ku-lucuti pakaiannya, melepaskan hangat tubuhnya yang langsung bersenyawa dengan kulitku. Wangi tubuhnya merebak, mengundang gairah kelelakianku untuk segera landas dalam kecintaannya yang selalu mengundang bahagia. Ku-benamkan wajahku dalam dadanya. Ku-kecupi puting-putingnya dalam gairah, ia mendesah, bergelinyang dalam nikmat yang kucipta..

Tangannya menyelusupi punggungku. Mengangkat adaku untuk berada di atas pengadaannya. Dirinya mendekap dalam gairah yang semakin mengikat, membuat tubuh kami merapat, melahirkan erangan nikmat ketika kurasakan ketegangan yang tertekan oleh tekanan lain yang semakin keras dari ketegangan miliknya yang tak lagi tersembunyikan.

Aku membiarkannya terjadi lagi...
Membiarkan sesuatu yang pernah terjadi, terulang kembali malam ini,  sesuatu yang telah menjadi kebutuhan kala rindu datang menghentak dalam ingin yang begitu terdambakan. Kali ini terasa lebih indah. Aku merasa lebih berarti dalam kecintaannya, merasa dimiliki secara utuh seperti diriku yang kini telah menjadi pemilik tunggal wangi tubuhnya yang selalu kugilai, memiliki kepenuhan cinta dan kasihnya yang tak terbatasi...

Dan, kutahu, tentu hatinya begitu sangat bahagia. Menyadari, bila belum pernah ada laki-laki yang menyentuhinya seperti ini. Yang menjadikan hati, jiwa dan pikirannya begitu sempurna. Kesempurnaan yang sempurna bagai sulaman tangannya sendiri, yang tertata bersih di atas kain sutra yang tak bernoda.

Kini, baru dapat kurasakan...
Arti cinta dan kesungguhan bahagia, sebuah arti memiliki dan dimiliki, memberi dan berbagi, kuhayati segalanya, bagaimana kecintaan ini mengubah hidupku menjadi lebih berarti, cinta yang begitu manis, cinta yang tiap tetesnya mengandung madu. Dan, aku terus menyesapnya, meletakannya sampai ke dasar hati tanpa lagi merasakan kepahitan yang tersia-sia...

Cinta telah membawaku dan dirinya terus melambung serupa kapas yang   terbawa angin terus melayang untuk mencapai sebuah nikmat yang tersuguhkan...

Aku adalah milikmu

Yang tercecer...
Dalam darah dan jiwamu

Biarkan hati tak berhenti mencintai
Biarkan jiwa tak henti menyayangi

Membuka lembar sejarah
Masa lalu yang terindah

Karena aku memang hanya untukmu

Dulu...
Sekarang...
Hingga akhir senjaku...

                           *****

CINTA TERLARANG CINTA TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang