Bab 3

256 4 0
                                    

Pada kesempatan yang sama...
Ita langsung duduk di sebelah Ita, tapi tidak langsung menikam istriku dengan kata-katanya yang sepedas cabe rawit.

Aku sibuk menata galau...
Sekian detik kulalui dengan debar hati. Sekian menit kubiarkan jantungku berpacu. Tapi aku percaya, bila semua resah ini akan segera berlalu dan waktu akan menuntunku ke sebuah masa yang lebih baik. Aku hanya ingin membuat sebuah perubahan, menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, biarlah yang lalu tetap berlalu. Bukankah hari kemarin takkan pernah bisa kembali...?

Kudengar tawa Ita menggelegar, suaranya seolah akan meruntuhkan bangunan tempat kami berada, tapi sudut matanya terus saja mengawasiku. Tetap memperhatikan setiap kelit dan gerak yang kubuat. Sementara aku tetap bergeming, diam di tempat seperti pengunjung lain yang sama sekali tak merasa terganggu dengan derai tawanya.

Sorot Ita kembali membelah ruang, memperhatikan adaku yang masih diam. Kulihat ia menggeleng, bibirnya mendesis, berdecak, lalu terbungkus kebisuan yang rapat. Senyumnya seolah menyimpan sebuah beban, nafasnya tertahan. Aku tahu, di dalam benaknya, mungkin ia tengah berfikir pelan untuk memulai sebuah pembicaraan, sebuah langkah pasti agar tidak menyinggung perasaan. Dan kucoba mengeja setiap kerut yang menyembul dikeningnya. Dalam pikirannya, mungkin ada sebuah kekaguman yang tersembunyi untukku, yang begitu sabar menghadapi kelakuan istriku. Sementara, dirinya tega membiarkan aku, mengabaikan kesabaranku, yang telah terberi baginya.

Tapi, sungguh, aku melakukannya dengan iklas dan menghargai semua keinginan istriku, meski kadang ada rasa nyeri, lesat dalam jiwa dan rasanya begitu sangat perih.

Bergeming dalam diam. Duduk dengan kaki berselonjor, kunikmati rasa ini dengan bersenandung mengikuti alunan suara di belakangku. Dan bibirku mulai mendesiskan sebait lagu. Bagaimanapun aku tak boleh terlihat sedih dan merana. Tidak boleh. Meski hatiku mulai meretak. Aku harus tetap tegar, bertahan dan tetap mempertahankan kecintaan ini.

                             *****

Kusambut kehadiran Cyntia dengan genta hati yang berirama. Bagaimanapun rasanya, tak sempat lagi kusembunyikan rasa itu. Ia datang mendekat dan langsung bersandar ketika tanganku terbuka serupa sayap yang terkembang dan Cyntia masuk di dalamnya. Aroma citrus di tubuhnya seketika menyentuh hidungku. Aroma yang begitu nikmat menyenggamai kegembiraanku. Merenggut mataku yang terpejam dan merasakan hangat yang begitu mendamaikan jiwa.
    " Maafkan aku, Hans..." ujarnya mendengung ke seluruh ruang hatiku.
    " Tak ada yang perlu dimaafkan Cyn, lupakanlah..." bisikku menghirup keharuman rambutnya.
    " Aku sungguh keterlaluan ya ? Seringkali meninggalkanmu sendiri di saat-saat seperti ini..."
    " Sudahlah, aku tak apa-apa..." ujarku tak jujur, berupaya untuk tetap bijak sembari menyisirkan jari jemariku di atas anak rambutnya.
    " Masalah tadi..."
    " Sssttt...Aku sudah melupakannya..." bisikku memenggal kalimatnya.
    Cyntia terdiam...
    Jeda...
    Aku juga diam...
    Tenggelam dalam pikiran sendiri-sendiri.

Perasaan lega diam-diam menyelinap, terselip di sekujur batinku. Aku memang senantiasa mengharapkan perubahan sikapnya. Sikap yang mendamaikan kehidupan pernikahan kami. Bukan hanya sehari tapi sepanjang waktu dan hidup yang akan kami lalui.

Serangkai tawa sayup-sayup terdengar dari seberang. Suara Ita. Tapi aku tak peduli, hatiku tengah menikmati mekarnya kelopak yang berbunga. Entah mengapa, setiap kali kemanjaannya membalut muramku, seperti ada kesejukan yang mengaliri jiwa, seperti ada hujan yang menyirami ketandusan tiap sudutnya. Sangat berbeda bila dirinya tengah dibanjiri oleh berbagai persoalan, stres panjang yang membuat diriku terombang-ambing di tengah amukan badai.

Kuulurkan tanganku pada pipinya...
Dan Cyntia membiarkan pipinya terbelai. Sepertinya, iapun tengah menikmati hangat kebersamaan kami yang menjalari tubuhnya. Jemarinya meremas tanganku, bergetar...
    Satu detik...
    Dua detik...
    Tiga detik...

Beberapa detik aku tenggelam dalam romansa yang seringkali terlepas dari gelombang hasrat. Rasanya begitu sangat indah. Kehidupan perkawinan seperti inilah yang kuinginkan dalam pernikahan kami. Mabuk cinta dalam kurun waktu yang tak terhingga, meski tanpa anggur tapi tetap terasa manisnya. Bermadu dan mengundang selera dalam gelombang hasrat yang tiada dua.

Cyntia melingkarkan kedua tangannya dileherku. Ragaku menerima. Dan jiwaku yang begitu merindukan keadaan ini, mengembang serupa sayap kupu-kupu yang hinggap di atas mekarnya bunga hingga terwujudlah keindahan atas nama cinta yang pada dasarnya sangat jarang kami rasa, jarang kudapati di sela kesibukan dan stres panjangnya.
    " Aku mencintaimu, Cyn..." ringkihku pelan, mendesis.
    Andai saja kesadaranku hilang, mungkin telah kuhujani bibirnya dengan kecupan-kecupan panjang yang tersimpan begitu lama dalam pikiran dan keinginanku.
    " Aku juga mencintaimu Hans, aku takut kehilanganmu..." akuinya bertembus resah.
    " Kau takkan pernah akan kehilangan diriku Cyn. Takkan ada apapun yang dapat memisahkan aku dari dirimu..."
    " Aku sangat berharap demikian, Hans..."
    " Aku berjanji memang demikian..." kataku lembut.
    Satu kecupan lagi...
    Kutinggalkan itu di ruang kecantikannya sebelum air yang mengambang di sudut mataku terekam oleh kedua matanya.
    Cinta adalah sesuatu yang indah meski di dalamnya terselip beribu lara dan kecewa...

Aku adalah milikmu
Yang merenda waktu
Diantara kehidupanmu

Biarkan aku mencintaimu
Biarkan aku terus mengasihimu

Karena kau adalah cintaku
Karena kau adalah segalaku
Yang terpelihara oleh cinta
Dan kesetiaan...

Dan, aku menjadi sangat berterima kasih pada Ita...

Walau di hari-hari selanjutnya, aku kembali terselubungi oleh malam-malam yang dingin, malam-malam yang sepi hingga kusimpuhkan diriku pada kesunyian yang lepas tanpa dapat menenangkan jiwaku yang resah.
    Tenggelam dalam gelombang hasrat
    Yang membawa gairahku tersesat...

                              *****

CINTA TERLARANG CINTA TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang