Bab 1

859 7 3
                                    

Dingin...
Menjelang pagi, udara pantai terasa menggigit sendi. Matahari masih bersembunyi, lebur dalam selimut awan, menggantung di cakrawala tinggi. Ombak berlarian, bergemuruh, bergulung-gulung saling berkejaran menerpa dinding pantai. Menepi, membasahi pasir putih.
Angin berhembus...
Membelai...
Pagi meraja...
Semesta berkerudung mendung...
Sisa hujan merenung...

Pantai Carita menggeliat disapa ambang fajar. Terbangun dari mimpi, siap menerima pagi. Di malam hati laut bergelimang sunyi, hari yerasa berhenti. Di pagi hari, ia berbenah diri, bersolek dan siap menyambut ribuan pribadi.
Ombak berkejaran
Melambai mengundang
Suara debur memanggil

Beberapa orang sudah nampak hilir mudik, mondar mandir mengitari tepian pantai, berjalan di atas pasir putih dan membiarkan ketelanjangan kaki mereka basah disapa buih air. Sebagian lagi terlihat menceburkan diri, berenang di tepian. Ada juga yang berlarian, melompat, memacu gelak tawa, bergembira. Di pesisir mereka berkumpul, tua muda, anak-anak juga remaja.
Laut menoreh
Pantai terbuka
Angin melambai
Pagi menyapa melambungkan suka cita

Sejauh mata memandang
Penduduk setempat terlihat menjajakan barang dagangan yang dapat dijadikan oleh-oleh berupa cindera mata atau aneka hewan laut yang mereka tangkap di malam hari. Ada juga yang menawarkan jasa, menyewakan jetsky yang terlihat terombang-ambing di atas permukaan air, bergoyang dan menggoda keinginan.
Sisa hujan masih terlihat
Basah
Pada tiap helai butiran pasir
Dan udara masih terasa dingin
Mengigit
Membekukan
Tapi mereka tak peduli

Berlari di atas gelombang, imajinasiku melompati imaji-imaji lain yang terseret arus dan larut. Tanpa sadar dan begitu seterusnya. Lembayung di atas langit dalam dawai rinduku terpecah, laut bergelora, desirnya begitu halus memanggil. Dapat kurasakan kesejukannya, menerpa bait-bait alpaku terhadapnya yang tak kusengaja. Begitu lama tapi masih bisa kurasakan getarannya. Getar-getar yang menghasilkan partikel-partikel kosmis yang sangat luar biasa di ruang senyapku.

Aku merinduinya dengan sangat.
Saat deburnya menyentuh hangat hatiku, saat desirnya menyambut dan merabai tiap inci tubuhku. Dan gelombang erotisnya menjadikan ia semakin resap di kedalamanku saat angin berhembus dan menyenggamai rasaku.

Aku menembang pada alam dengan nafas terengah setelah berlari kecil memutari komplek perhotelan. Mataku menatap lurus ke depan, pada laut yang terhampar, pada gelombangnya yang meliuk-liuk bagai penari ular.
Laut terlihat begitu sempurna
Kecantikannya terpancar meski tak berpoles rias.

Telah lama sekali kakiku tak berpijak di sini, pada sebuah tempat yang berjubah sejuk dan hangat, sebuah tempat terlepasnya penat dan kejenuhan hingar aroma kota. Betapa kunikmati kebersamaan ini, di udara pantai yang membelai mengurai damai.

Telah lama kubekukan bejana keinginan ini. Mengalpakan laut yang selalu terkenang-kenang dalam setiap angan malamku, melupakan arus yang bertepi di pasir putih hanya untuk mengabdi pada sebuah neraca kasih yang terasa hampa. Menggelepar di ruang senyap dan melahirkan begitu banyak rasa sepi.

Setetes air tergelincir...
Dapat kurasakan basahnya di sudut mataku. Seperti sehelai rindu yang lesat menembus kebekuan jiwa pada semesta raya, lepas dari busur yang terlihat begitu lugas menembus kekosongan yang selama ini banyak mengurai rasa yang menyiksa. Kekosongan sempurna yang begitu agung. Kesempurnaan cinta yang kumiliki pada alam yang begitu lapang.
Lautpun merintih
Menangis mengimbangi laraku
Menemani bahagia yang bersayap rindu dalam tandus jiwa yang mulai basah lewat usapnya pada mata kakiku di batas garis pantai.

Merenung dalam hitungan yang tak terbilang. Kuarungi pantai dengan gelisah rasa yang bergeming. Delapan tahun sudah kulalui pernikahan ini bersamanya. Sebuah pernikahan yang menjadikanku tersiksa. Pernikahan yang menjadikanku bagai seorang pecundang. Pernikahan yang membelenggu. Pernikahan yang memenjarakan malam-malamku yangbterasa dingin dan beku. Sebuah pernikahan yang seharusnya tak boleh terbentuk, yang oleh karenanya kebahagiaan menjadi terbekukan. Dingin dalam senyap ranjang yang tak pernah menimbulkan arus panjang dan deras. Tenggelam menjadi karang yang menyelubungi kesepian.

CINTA TERLARANG CINTA TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang