Bab 23

16 4 0
                                    

" Ita...?"

" Ya...! Cyntia...?"

" Ya. Loe dimana, Ta ?"

" Gue masih di Mile sama anak-anak. Ada apa ? Loe sakit...?" tanya Ita saat mendengar suara sahabatnya yang begitu lemah. Ada sesak yang terselip di dalamnya.

" Gak, Ta. Gue gak kenapa-napa. Gue cuma butuh temen bicara... Gue..."

" Loe di mana...?"

" Di rumah..."

" Lho...? Tadi bukannya ama laki loe...?" rasa bingung terpasung. Keningnya berkerut. Ponsel dan telinga semakin rapat berdekap, terdengar suara isakan.

" Iya, hanya sebentar..."

" Lalu...?"

" Dia mengantarku pulang..."

" Lalu...?"

" Dia pergi lagi..."

" Lalu...?"

" Lalu ? Lalu ? Lalu gue di rumah sendirian tau...!" gerutu Cyntia di sela isaknya.

" Terus, maksud Loe...?"

" Loe kesini dong, Ta. Temenin Gue..."

" Mmmm..."

" Ta...? Please..."

" Oke, loe jangan kemana-mana ya. Gue segera kesana..." ujar Ita menutup ponsel dan bergegas meninggalkan acara malam tahun barunya.

                           ******

Tepat pukul satu tengah malam, Ita tiba di kediaman Cyntia. Gadis itu langsung memasuki pagar setelah turun dari taksi dan membayarnya.

Cyntia mendekati pintu saat mendengar suara pagar bergeser. Ketika langkah sepatu terdengar semakin dekat, tangannya membuka bilah pintu setelah mengusap matanya yang sembab.

" Loe tu ye, bener-bener deh, ganggu acara gue aje..." gerutu Ita sambil melepaskan sepatu berhak sepuluh senti dari kakinya. Ia melangkah masuk dan menjatuhkan dirinya di atas sofa.

" Sorry Ta, sorry. Tapi malam ini gue betul-betul butuh temen bicara..." ucap Cyntia, ikut duduk disamping Ita setelah menutup pintu.

" Iya !!! Sekarang ngomong deh, ada apa ? Loe ribut lagi ama si Hans kan...?"

Cyntia bungkam.

Ita menatap iba. Matanya sempat mencuri sisa air yang masih menggenang. Lalu ia menarik nafas.

" Sorry kalau gue ganggu acara loe, Ta..." ulang Cyntia setelah beberapa saat. " Tapi gue gak tau mesti ngomong ama siapa malam-malam begini, cuma loe yang gue harap, gue gak punya temen lain lagi..." lanjut Cyntia kemudian.

" Ya udah ! cepet deh ngomong, kenapa...?" ujar Ita gemas, suara judesnya meluap.

Cyntia menarik nafas, berupaya mengusir sesak yang bergelayut di ruang senyapnya.

" Loe jangan gitu dong, Ta. Gue tambah stress niy..."

" Biasa...!?" seringai Ita, muka masamnya terpajang.

" Ta...???" mohon Cyntia memelas wajah.

Ita memandang sahabatnya dalam-dalam.

Ada air yang menggenang. Akhirnya ia luluh juga.

" Ya udah, kenapa ?" tanyanya berubah lembut.

Cyntia masih belum bicara. Ia kembali menarik nafasnya.

" Memangnya si Hans kemana siy ?" kepala Cyntia menggeleng.

" Lho...? Tadi bukan ama loe perginya ?"

CINTA TERLARANG CINTA TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang