Calista membuka kedua matanya secara tiba-tiba. Ia pun mendesah lega karena semua itu hanyalah mimpi buruk yang telah ia alami.
“Mengapa aku bisa lupa mematikan lampu kamar ini?” gumam nya seorang diri. Setelah itu, Calista pun mematikan lampu kamarnya dan pergi untuk tidur kembali.
•
•
•Calista tengah berada di dalam kelasnya. Memang, jadwal kuliah hari ini telah usai. Ia pun segera kembali memasukkan semua buku sekaligus perlengkapan nya ke dalam tas. Tetapi, tanpa sengaja ia pun menatap ke arah depan. Ya, saat ini dosen itu tengah menatap nya. Siapa lagi kalau bukan Max.
Calista lantas memperlihatkan seulas senyuman nya. Max pun juga demikian, ia terlihat membalas senyuman Calista.
Merasa tidak enak, Calista pun memilih untuk segera bangkit berdiri seraya berjalan menuju keluar kelas nya.
“Tunggu sebentar.” sergah Max seraya bangkit berdiri dan berjalan cepat menghampiri Calista.
Calista memberhentikan langkahnya seraya menatap ke arah belakang. “Iya, ada apa, pak?”
Calista terdiam sejenak. “Maksudku, Max.”
Max nampak tersenyum. “Bisakah kau meluangkan waktu mu sore ini?”
Mendengar hal tersebut lantas membuat Calista mengernyitkan dahi. “Oh, tentu saja. Kebetulan sekali, minggu ini aku sangat free. Memang nya ada apa?”
“Kau ingat tawaranmu saat kita berada di apartemenku? Ketika kau menyusul ujianmu.” ujar Max.
Calista mencoba untuk mengingatnya. Dan tidak lama kemudian, ia pun mengangguk. “Tentu. Aku mengingatnya. Lalu, kau ingin meminta itu?”
Max tersenyum lebar mendengar nya. “Kau sangat pintar. Tentu saja.”
Calista lantas mengangguk. “Baiklah. Aku akan menyetujuinya.”
“Terima kasih. Aku akan menjemput mu pukul 5 sore nanti.” jawab Max.
Setelah itu, Calista pun berjalan pergi meninggalkan ruangan kelas nya. Sebenarnya, gadis itu masih tidak memiliki mood yang baik. Tetapi apa boleh buat, lagi pula hanya bertemu dengan dosen nya saja. Itu tidaklah terlalu buruk.
“Mungkin saja dengan menyetujui itu, aku akan kembali normal seperti semula.” gumam Calista seraya berjalan menuju ke arah luar kampus.
•
•
•Saat ini mereka telah sampai di sebuah cafetaria yang letaknya tidak jauh dari apartemen mereka. Sejak tadi, Max tidak henti-henti nya untuk melirik Calista yang saat ini tengah menggunakan sebuah kemeja putih yang terbuka di bagian dadanya. Ditambah dengan sebuah celana jeans. Sangat casual dan terlihat seksi.
“Kau ingin pesan apa?” tanya Max seraya memilih untuk duduk di hadapan Calista.
“Apa saja.” jawab gadis itu seraya kembali terfokus ke arah lain.
Melihat hal tersebut lantas membuat Max mengernyitkan dahi. Ia berpendapat bahwa Calista tengah memiliki sebuah masalah yang ia pendam seorang diri.
Max mengangguk. “Baiklah, tunggu sebentar.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Max pun memanggil seorang pelayan café yang baru saja akan menghampiri mereka.
“Berikan kami menu yang spesial dari café ini.” ujar Max.
Pelayan tersebut mengangguk seraya mulai mencatat semua nya. “Ada tambahan lagi, tuan?”
Max terlihat tersenyum. “Jangan lupakan menu utama nya. Tetapi kau bisa memberikan nya setelah kami selesai makan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomanceMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...