"Kau menginginkan tas model baru?" tanya Max.
"Tidak." jawab Calista seraya tetap sibuk dengan buku bacaan nya.
Max terlihat tengah memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau pakaian baru?"
Calista menggeleng.
"Liburan keliling dunia?" tanya nya.
"Tidak juga." jawab Calista singkat.
"Uang? Mobil? Rumah? Perhiasan? Apapun itu, katakan saja." ujar Max.
Calista lantas mendengus. Ia lalu menutup buku bacaan nya seraya menatap Max. "Kau tidak perlu menyogok ku dengan berbagai hal."
Max terdiam ketika Calista berjalan pergi meninggalkan nya.
"Sial, sial, sial." racau Max seorang diri.
•
•
•Max memutuskan untuk menemui Sean. Meminta pendapat kepada sahabat nya itu untuk suatu hal penting yang harus ia dapatkan.
"Jadi, kau tidak mendapatkan jatahmu?" tanya Sean disertai gelak tawa.
"Tidak usah tertawa seperti itu. Aku tahu, jatahmu masih dalam posisi aman." ujar Max seraya menatap ke arah lain.
Sean lantas meredakan tawanya. "Kau tahu, hanya satu hal yang dapat meluluhkan hati seorang wanita hamil."
Max meliriknya sesaat. "Apa itu?"
"Makan malam yang romantis sekaligus memanjakan nya." jawab Sean.
Max tengah memikirkan hal tersebut. Tetapi ia pun menggeleng. "Aku tidak yakin jika semua itu bisa meluluhkan hati Calista dan mendapatkan jatah ku kembali."
"Kau belum mencoba nya. Jadi, tidak ada salahnya untuk dicoba, bukan?" jawab Sean dengan seringai anehnya.
•
•
•Max lantas memeluk Calista yang tengah mengaduk-aduk segelas susu hamil nya.
"Apa lagi? Ingin menyogok ku?" sindir Calista.
Max tersenyum seraya tetap memeluknya dari arah belakang. "Coba tebak, kapan terakhir kita makan malam bersama?"
"Tidak tahu." jawab Calista.
Max mencoba untuk menahan kesabaran nya. "Aku ingin mengajakmu untuk makan malam."
"Oh."
"Hanya oh?" tanya Max.
"Lalu apa? Kau ingin aku menolaknya dan menamparmu?" tanya Calista.
"Tidak, bukan seperti itu. Maksudnya, kau bisa menjawab nya dengan - ah sudahlah. Lupakan. Berdandanlah yang cantik malam ini." jawab Max seraya melepaskan pelukan nya. Ia pergi meninggalkan Calista di dalam dapur itu.
Calista menoleh. "Pria yang kurang belaian."
•
•
•Calista telah mempersiapkan dirinya dengan sangat matang. Dress santai berwarna putih yang memiliki bordiran bunga di sisi bawahnya, sangat pas melekat di tubuh indahnya.
"Sudah siap?" tanya Max.
Max pun terlihat tampan dengan kemeja yang berwarna senada dengan dress Calista.
"Tentu." jawab Calista.
Max mengulurkan tangan nya. "Ayo."
Calista menerima uluran itu. Mereka pun berjalan menuju mobil milik Max.
Tidak lama kemudian.
Calista menatap kagum terhadap taman yang ada di hadapan nya. Ternyata, Max mengajaknya untuk makan malam di sebuah taman. Apalagi tempat ini sudah di reservasi oleh pria itu. Sangat terlihat jelas karena tidak ada seorang pun yang ada disini.
"Kau menyukainya?" tanya Max.
Calista menoleh seraya mengangguk. "Sangat indah."
Max tersenyum senang. "Aku akan segera kembali. Tunggu sebentar disini."
Calista hendak menahan nya tetapi pergerakan Max sangat cepat. Mau tidak mau ia pun membiarkan nya.
"Silahkan, nona." seorang pelayan pria terlihat tengah membawa sebuah nampan berisi kertas di dalam nya.
Calista mengernyitkan dahi. "Untukku?"
"Tentu." jawab nya sopan.
Calista pun mengambilnya seraya membacanya cepat.
"TERIMA KASIH TELAH MEMBACAKU. SEKARANG, COBA LIHAT KE ARAH BELAKANGMU."
Isi dari kertas tersebut lantas berhasil membuat Calista membalikkan tubuhnya ke belakang.
Tiba-tiba, senyuman nya mengembang ketika melihat Max bersama dengan Karin, saudara nya, beserta dengan Vina, sahabatnya. Tidak lupa dengan pasangan mereka masing-masing.
Max berjalan mendekatinya. Pria itu berlutut di hadapan Calista dengan membawa sesuatu di tangan nya.
"Calista Putri, will you marry me?" Max pun membuka sebuah kotak beludru yang berisi banyak perhiasan mahal disana.
Calista membulatkan kedua matanya. Tiba-tiba saja rasa haru menyeruak di dalam hatinya. Ia pun mengangguk. Tidak lupa juga untuk mengambil sekotak perhiasan tersebut.
"Lebih baik kita pergi dari sini sejenak karena aku tahu apa yang terjadi selanjutnya." ujar Sean di belakang.
Mereka semua tertawa, tetapi tidak untuk Vina. Ia lantas memukul Sean.
"Diamlah. Kau akan mengacaukan semuanya." ujar Vina tajam yang berhasil membuat Sean terdiam membisu.
Max bangkit berdiri seraya memeluk Calista.
"Aku mencintaimu. Terima kasih karena telah menjadi pasangan hidupku, ibu dari anak-anakku, sekali lagi, terima kasih." bisik Max.
"Aku mencintaimu, Max." jawab Calista.
Pelukan mereka terlepas. Calista lantas terkekeh.
"Apa yang lucu?" tanya Max bingung.
"Kau tahu, ini adalah lamaran yang kesekian kalinya darimu. Ini juga perhiasan yang kesekian kalinya darimu. Besok kita akan menikah dan kau melamarku lagi?" tanya Calista.
Max tersenyum. "Aku selalu melakukan berulang kali karena kau sangat spesial untuk diriku dan untuk keluarga kita nanti. Aku tidak peduli jika sudah melakukan nya berulang kali. Anggap saja ini lamaran yang pertama dan juga kedua kalinya untukmu."
Tidak ada yang bisa Calista lakukan selain menangis haru.
"Hei, kami akan makan lebih dulu. Habiskanlah waktu kalian." teriak Patrick.
Max hanya memberikan sebuah kode. Setelah itu, mereka semua berjalan menuju ke sebuah meja yang terletak sedikit jauh dari jarak mereka saat ini.
"Max.." panggil Calista.
"Iya? Ada apa, sayang?" tanya Max.
Calista lantas menatap Max dengan tatapan menggoda. "Kau bisa memiliki jatahmu kembali setelah ini."
Max berbinar. Seketika ia mengangguk seperti orang dungu. "S-sungguh?"
"Kau menginginkan nya atau tidak?" tanya Calista.
"Tentu saja. Aku sudah merindukan tubuh indahmu itu. Kau tenang saja, aku hanya akan melakukan nya satu ronde saja. Aku tidak ingin membuatmu lelah." jawab Max.
Calista mengangguk. "Baiklah."
"Kita belum pernah melakukan nya di taman, bukan?" goda Max.
"Kamar atau ku hapus kembali?" tanya Calista.
Max menggeleng cepat. "Baiklah, kamar adalah tempat yang sangat pas. Aku harus bersabar sedikit."
Calista berjalan lebih dulu seraya menahan tawanya.
"Akhirnya, aku mendapatkan jatahku kembali." gumam Max yang saat ini masih setia berdiri di posisi nya. Raut wajahnya terlihat sangat senang.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomanceMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...