PART 25

16K 972 30
                                    

Max memilih untuk tidak pergi dari taman tersebut. Ya, ia memilih untuk berdiam diri di dekat mobilnya sambil mengintai Calista dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Aku sangat marah denganmu, Calista." ujar Max pelan.

"Kau dengan mudah nya menyetujui ajakan James sialan itu. Tetapi aku yang melakukan nya dengan dasar akan bertanggung jawab terhadap semua perbuatan ku itu, kau langsung membenciku. Apa maksudmu?" sambung Max seraya menghela napas untuk yang kesekian kalinya.

Setelah itu, terdengar sebuah panggilan. Segera saja Max menerimanya.

"Halo."

"Max, dimana kau?"

"Aku sedang diluar, bu. Ada apa?"

"Diluar? Sedang apa? Dan, dimana Calista? Apakah kau sudah dalam perjalanan menuju kemari?"

"Tidak. Mungkin lain kali saja."

"Hei, tapi mengapa kau tid-"

Panggilan pun terputus. Disaat seperti ini, ia sangat malas untuk menerima panggilan dari siapa pun itu.

Tetapi tidak lama kemudian, Max pun kembali mendapatkan panggilan. Ia pun segera melihat nama si pemanggil.

"Patrick?" gumam nya seorang diri.

Tidak perlu waktu lama lagi, ia pun segera menerima nya.

"Bagaimana perkembangan nya?"

"Tidak ada yang berubah. Ia menyuruhku pergi. Tetapi tenang saja, aku masih di dekatnya sampai saat ini."

"Hm, baiklah. Maafkan atas semuanya. Kau sampai harus bersusah payah seperti ini."

"Tidak masalah. Lagi pula aku yang menginginkan nya sendiri. Aku mencintainya."

"Aku mempercayai semuanya denganmu."

"Terima kasih atas kepercayaan itu."

"Tidak masalah. Untuk saat ini, aku sudah berada di posisi kalian berdua. Biar aku saja yang membawa Calista pulang."

"Baiklah. Aku titip Calista denganmu."

"Tentu."

Panggilan pun terputus. Beberapa lama kemudian, ia melihat Patrick telah berada di dekat Calista. Memang, pergerakan Patrick sangatlah cepat.

Setelah itu, terlihat Calista yang memasuki mobil Patrick. Pria itu menatap ke arah Max saat ini. Terlihat ia yang tengah mengacungi jempol nya ke arah Max. Setelah itu, ia pun memasuki mobilnya.

Max tersenyum seraya memasuki mobilnya juga.

Untuk saat ini, ia akan membiarkan Calista seorang diri. Ia juga tidak akan mendekati perempuan tersebut dalam jangka waktu beberapa hari. Tetapi ia akan tetap menjaga Calista dari kejauhan.



Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Calista pun memilih untuk pergi ke kampus nya. Kebetulan sekali saat ini ia hanya mendapatnya satu mata kuliah saja jadi hal tersebut tidak membuatnya pusing atau pun lelah.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Vina pelan. Ya, perempuan itu telah mengetahui semuanya karena Calista lah yang menceritakan nya semalaman.

Calista mengangguk seraya memperlihatkan seulas senyuman nya.

"Tenang saja. Aku sudah sangat baik." jawab Calista.

Vina tersenyum. Setelah itu, mereka berdua pun sibuk dengan buku masing-masing karena sebentar lagi kelas akan dimulai.

Tidak lama kemudian, seorang dosen yang sangat Calista kenali tengah berjalan menuju ke arah meja depan khusus dosen.

Setelah itu, kedua mata mereka sempat beradu tatap untuk beberapa saat. Tetapi, Max lantas mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Melihat hal tersebut membuat Calista terkejut.

"Ada apa dengan nya?" tanya Vina. Ternyata perempuan itu juga merasakan nya.

Calista menunduk seraya menggeleng.

Vina yang merasakan bahwa terdapat hawa yang tidak enak untuk saat ini lantas segera merubah topik pembicaraan nya.

"Nasi goreng setelah ini?" tawar Vina.

Calista lantas menatap nya seraya mengangguk.

"Baiklah, dengan senang hati aku akan mengantarkan mu." ujar Vina seraya terkekeh.

"Hanya mengantarkan ku saja? Bagaimana denganmu?" tanya Calista heran.

"Aku akan melihatmu menyantap dua porsi nasi goreng berukuran jumbo." jawab Vina setengah berbisik karena saat ini Max tengah menjelaskan beberapa materi penting di depan sana. Untung saja posisi mereka berdua saat ini berada di pertengahan.

"Kau akan membiarkan ku gemuk seketika?" tanya Calista yang tidak kalah pelan nya.

"Aku tidak peduli." jawab Vina seraya mulai mencatat sesuatu yang terdapat di depan papan saat ini.

Seketika Calista tertawa pelan melihat tingkah laku sahabat nya tersebut. Ia pun mulai ikut mencatat.

Diam-diam, Max melihat hal tersebut. Ia pun juga tersenyum ketika Calista tersenyum tadinya.

"Kapan kau akan tersenyum di hadapan ku secara terus menerus seperti itu, Calista?" gumam Max seorang diri seraya melemparkan pandangan nya ke arah lain ketika Calista mulai menatapnya.

Beberapa saat kemudian, ponsel milik Max pun bergetar. Ia segera mengambilnya.

Ternyata ia mendapatkan sebuah pesan singkat dari Sean.

From : Sean

Bisakah kita bertemu di apartemen mu malam nanti? Aku ingin memberitahukan sesuatu terhadap mu.

Terlihat seulas senyuman tipis dari Max. Dengan cepat, Max pun segera mengetik pesan balasan nya.

To : Sean

Tentu saja. Aku akan menunggu mu nanti malam.

Setelah mengirim pesan tersebut, Max pun merasakan seseorang tengah memandangi nya saat ini.

Seketika ia pun menatap ke arah Calista. Dan benar saja, perempuan itu tengah memalingkan wajah nya ketika Max menatap nya balik.

"Dasar perempuan pemilik ego tinggi." gumam Max seorang diri. Tetapi ia tetap mencintai nya.



My One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang