Calista mematut dirinya di hadapan cermin besar. Gaun pengantin yang telah melekat di bagian tubuhnya terasa sangat pas. Riasan di wajahnya pun juga sangat senada.
"Ada yang perlu ditambahkan lagi, nyonya?" tanya seorang wanita yang merupakan perias pengantin.
Calista menatap nya seraya menggeleng. "Tidak ada. Ini sudah sangat sempurna. Terima kasih."
Ia mengangguk. "Happy Wedding. Kalau begitu, saya permisi dulu."
Calista pun mengucapkan terima kasih dan membiarkan nya pergi berlalu.
Ia mendengar pintu yang terbuka namun Calista tidak perlu menoleh. Ia hanya menatapnya dari arah cermin besar.
"Wow, kau sangat cantik. Sampai aku tidak bisa mengenali mu." seru Karin seraya berjalan mendekatinya.
Calista lantas terkekeh. "Kau ini, bisa saja."
"Tidak terasa, dulu kau selalu menangis ketika aku merebut permen milikmu dan sekarang, lihatlah, kau akan menjadi seorang istri dan juga seorang ibu. Waktu memang berlaju sangat cepat." ujar Karin.
"Dan seandainya ayah dan ibu masih berada disisi kita, maka aku yakin ia akan sangat terharu." sambung Calista yang berhasil membuat Karin terdiam sejenak.
"Ayo, jangan sampai kita terlambat." ujar Karin yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
Calista mengangguk. Mereka pun berjalan menuju keluar ruangan. Untuk saat ini, mobil jemputan milik Max sudah tiba di depan. Mereka akan segera pergi menuju gereja tempat acara tersebut diadakan.
•
•
•"Kau merasa gugup?" tanya Patrick. Kali ini mereka berdua telah berdiri di depan altar, menunggu sang pengantin wanita.
Max menggeleng. "Tidak sama sekali. Memang nya kenapa?"
"Kau tidak memiliki luluh dalam situasi apapun sejak dulu. Dulu, aku ini sangat terharu sekaligus gugup ketika melihat pengantin wanitaku berjalan menuju depan altar." jawab Patrick.
"Kau terlalu lemah." bisik Max seraya terkekeh.
"Tetapi ketahanan ku tidak bisa diragukan lagi ketika di ranjang." balas Patrick.
Bersamaan dengan itu, Calista datang bersama dengan Sean. Ya, pria itu memang menjadi ayah untuk Calista di acara pernikahan tersebut.
"Oh, mengapa Sean sedekat itu?" racau Max seorang diri.
Ia sangat terpukau dengan Calista. Terlihat sangat cantik dan juga natural. Namun, sejak tadi ia selalu was-was memikirkan gaun pengantin itu. Bagaimana tidak, gaun itu memiliki lubang yang berhasil mengekspos punggung mulus milik Calista.
"Kau sangat cantik." puji Max ketika Calista telah berada di hadapan nya.
Calista tersipu malu. Ia hanya bisa menunduk sesekali.
"Aku mempercayakan Calista kepadamu. Jaga dia baik-baik. Ingat itu." ujar Sean.
Max mengangguk. "Tentu. Aku berjanji untuk selalu menjaganya."
Acara pun dimulai. Mereka berdua terlihat serasi. Max pun juga terlihat sangat tampan dengan balutan jas mahal berwarna hitam nya yang saat ini telah berhasil membuat para undangan wanita menjadi terpukau.
Setelah pengucapan janji suci dan pertukaran cincin, Max lantas mencium pengantin wanita dan terdengar suara tepukan tangan yang sangat meriah.
"Aku mencintaimu. Terima kasih atas semuanya. Aku akan selalu menjagamu dan juga anak-anak kita nanti, walaupun nyawaku sebagai taruhan nya. Aku tidak peduli." ujar Max yang berhasil membuat Calista menangis haru mendengarnya.
•
•
•Hai hai hai 😋😋
Pagi-pagi udah nikah nih, selamat ya buat Max&Calista 🤣
Oh ya, untuk prosesi melahirkan, anak-anak mereka, dll bakal aku masukin ke extra part ya
Tenang, extra part nya aku up di wattpad kok. Setelah ini aku bakal lanjut lagi 😚😚
So, ditunggu ya 😍😍😍
Jangan lupa baca cerita baruku yang berjudul Bastard on My Lips di sebelah, dijamin deh panas juga 😍 disana 🤣🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomanceMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...