Setelah menghabiskan waktu nya di kediaman orang tua Max, Calista pun memilih untuk kembali ke apartemen nya.
"Baiklah, terima kasih karena telah mengantarkanku pulang." ujar Calista setelah mereka sampai di depan pintu apartemen Calista.
Max mengangguk. "Dengan senang hati. Jika kau mengizinkanku untuk menginap semalaman disini, maka aku akan lebih senang lagi."
Mendengar hal tersebut lantas membuat Calista memutar kedua matanya. Dosen nya yang satu ini memang sangat aneh, tetapi disisi lain ia juga sangat bertanggung jawab karena telah menjemput sekaligus mengantarkan Calista kembali ke apartemen nya dengan keadaan yang selamat.
"Baiklah, lebih baik kau beristirahat sekarang." ujar Max kemudian.
Calista mengangguk. "Tentu. Sampai jumpa."
Setelah mengatakan hal tersebut, ia pun berjalan memasuki kamar apartemen nya. Lain hal nya dengan Max, saat ini pria itu tengah tersenyum seraya merogoh saku belakang nya. Ya, disana telah terdapat kartu undangan yang ia temukan dari dalam tas jinjing milik Calista. Lebih tepat nya, kartu itu telah tercecer dari dalam tas jinjing tersebut.
"Maafkan aku karena telah lancang nya mengambil kartu undangan ini. Sampai jumpa besok malam, Calista." gumam Max seraya berjalan pergi meninggalkan apartemen tersebut.
Di lain sisi, saat ini Calista tengah menggunakan pakaian tidurnya. Setelah itu, terlihat ia yang tengah mematut dirinya di hadapan cermin rias.
"Apa aku terlihat sangat aneh sehingga Max selalu mengikutiku?" gumam Calista seorang diri.
Setelah itu, ia pun mengusap wajah nya secara gusar, meletakkan ikatan rambut nya di atas meja rias seraya beranjak dari posisi nya saat ini.
Saat berhasil merebahkan tubuh nya dj atas tempat tidur, tiba-tiba saja Calista menepuk dahinya pelan. "Bagaimana bisa aku melupakan dua barang berhargaku kembali?"
•
•
•Calista berjalan cepat menuju ke arah kelas nya. Hari ini ia sedikit terlambat untuk mengikuti ujian. Selain itu, ia juga sangat malas untuk mengikuti kelas dari Max. Ya, hari ini Max lah yang memberikan ujian. Semoga saja ia tidak sangat terlambat untuk mengikuti nya.
Saat sampai di depan pintu kelas, Calista merasa sangat gugup untuk membuka pintu tersebut. Tetapi demi nilai yang maksimal, ia pun membuka nya dengan kedua mata yang tertutup.
"Calista."
Mendengar seseorang yang telah memanggil nya pun membuat Calista membuka kedua matanya. Seketika ia pun terkejut ketika melihat kelas yang saat ini tengah kosong.
"Apa ini?" tanya Calista seraya berjalan menghampiri Vina.
Vina terkekeh seraya meletakkan ponsel nya kembali. "Hari ini tidak ada kelas dan itu artinya ujian akan diundur sampai minggu depan."
Calista mengernyitkan dahi. "Sungguh?"
Vina mengangguk seraya memperlihatkan ekspresi yang sedikit heran. "Tentu. Apa kau tidak membaca pesan grup yang telah dikirimkan oleh ketua kelas kita?"
Pantas saja Calista tidak mengetahui nya. Hal itu dikarenakan ponsel nya masih berada di tangan Max, dosen aneh itu.
"Aku tidak tahu, maaf." jawab Calista pelan.
"Mengapa? Aku juga telah menghubungi mu sejak kemarin, tetapi kau tidak menjawab panggilanku. Ada apa, Calista?" tanya Vina yang terlihat penasaran.
Calista tidak tahu harus menjawab apa. Disisi lain, ia juga sangat bingung karena Max ternyata tidak menonaktifkan ponsel nya. Pria itu juga tidak menerima berbagai panggilan, terutama panggilan dari Vina. Tetapi semua itu ada baiknya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomansaMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...