Max membawanya ke sebuah hotel mewah yang terletak di dekat restoran tersebut. Sebenarnya, ia sangat ingin mengajak nya ke apartemen milik pria itu, namun Max mengurungkan seluruh niatnya karena Sean masih berada disana.
"Cepatlah, aku sudah tidak tahan lagi." erangan itu terus saja terdengar sampai Max merebahkan Calista di atas tempat tidur berukuran king size yang saat ini tengah terpakai.
Max menatap nya yang saat ini tengah mengerang tidak karuan. Sekali lagi, bagian bawahnya masih berdiri dengan tegak.
"Siapa pun disini, ayo tidur bersamaku." ujar Calista kembali.
Max menatapnya lekat. Ia sangat ingin menikmati keindahan tubuh perempuan yang saat ini tengah mengerang tidak jelas.
Max pun menindih tubuh perempuan tersebut. Mencium lembut bagian kening, kedua pipi secara bergantian, hingga bibir ranum yang telah menjadi candu bagi Max sejak pertama kali mencium nya.
Setelah puas dengan beberapa ciuman lembut yang telah ia lakukan, Max pun menatap kembali Calista.
"Apa yang kau lakukan? Mengapa berhenti?" tanya Calista yang masih dibawah kendali alkohol.
Disisi lain, Max sangat menginginkan nya tetapi entah mengapa pikiran nya kembali dengan kalimat yang ia lontarkan untuk Calista beberapa waktu yang lalu.
"Aku telah berjanji untuk menjagamu dan tidak menyentuh karena aku tidak ingin membuatmu kecewa untuk yang kedua kalinya." gumam Max pelan seraya kembali mencium kening itu dalam.
Setelah itu, Max memilih untuk turun dari posisi nya saat ini. Melihat Calista yang telah tertidur pulas lantas kembali menerbitkan seulas senyuman milik Max.
"Selamat tidur, sayang. Aku mencintaimu." bisiknya seraya berjalan menuju ke arah sofa yang letaknya tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
•
•
•Calista membuka kedua matanya secara perlahan. Seketika ia mencoba untuk mengingat kejadian semalam. Tidak ada yang bisa ia ingat selain pergi ke sebuah restoran mewah bersama dengan Max.
"Aku meminum minuman itu." gumam nya sendiri.
Calista lantas terperanjat. Ia pun menatap lekat tubuhnya saat ini.
"Syukurlah, dress merah ini masih melekat di tubuhku." ujar nya pelan. Setelah itu, Calista terlihat bangkit berdiri dengan menahan rasa pening yang luar biasa menerpa kepalanya saat ini.
"Aku juga tidak merasakan nyeri di bagian bawahku." gumam nya kembali.
Tiba-tiba saja, pintu kamar hotel itu pun terbuka, menampakkan sosok tampan yang saat ini tengah menggunakan pakaian santai beserta dengan sebuah kantung yang ada di sebelah tangan nya.
"Selamat pagi." sapa Max yang saat ini tengah melemparkan seulas senyuman nya ke arah Calista.
Calista terlihat mengernyitkan dahi ketika melihat pria itu.
"Mengapa aku bisa berada disini?" tanya Calista.
"Kau salah mengambil minuman." jawab Max seraya meletakkan kantung yang tadi ia pegang.
"Baiklah, aku mengingat itu. Tetapi, mengapa pakaianku masih tetap sama?" tanya Calista.
Max memilih untuk duduk di tepi tempat tidur, tepat di hadapan Calista.
"Lalu? Kau menginginkan aku untuk merobek semuanya? Begitu?" tanya Max.
Calista terdiam. Lebih baik ia tidak memancing amarah macan tidur di pagi hari. Ia sudah memilih pertanyaan yang salah.
Max lalu bangkit berdiri seraya mendekatinya. "Aku sudah berjanji dengan mu dan juga pada diriku sendiri untuk selalu menjagamu. Aku tidak ingin membuatmu kecewa untuk yang kedua kalinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomanceMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...