"Sudah siap?" tanya Max.
Calista menatapnya seraya tersenyum. "Tentu. Ayo."
Setelah melakukan peperangan ranjang selama seharian penuh, saat ini mereka akan mengunjungi rumah dari orang tua Max. Pria itu tidak ingin ibunya menjadi cerewet ketika ia tidak pernah menampakkan batang hidung nya ke rumah itu.
"Ibu sudah membuatkan sarapan, jadi kita akan sarapan disana." ujar Max seraya tetap terfokus dengan kegiatan nenyetirnya.
Calista mengangguk. "Tentu saja."
•
•
•Lili segera berjalan seraya mencium pipi Calista berulang kali.
"Oh, sayang, aku merindukan mu. Mengapa kau lama sekali, Max?" tanya Lili.
Max menatap sang ibu seraya tersenyum. "Sudah kukatakan, kami sangat sibuk."
Calista tersenyum. Entah mengapa ia merasakan hangat nya keluarga kembali disini. Seketika perasaan nyaman kembali ia rasakan seperti dulu.
"Hei, kau tidak mendengar ku?" tanya Max. Untuk saat ini, hanya mereka berdua saja yang tersisa.
Calista mengerjap. "Apa? Ada apa?"
"Ayo, kita harus bercinta disini." jawab Max.
"Ish, Max. Aku serius." ujar Calista.
Max tertawa. "Tentu saja masuk ke dalam."
Tiba-tiba, Max mendekatkan wajahnya ke kuping Calista. "Memasukimu lebih tepatnya. Tapi itu nanti."
Entahlah, sejak kapan Max berubah menjadi mesum seperti itu?
"Dasar mesum." bisik Calista.
"Si mesum ini lah yang mencintai mu sampai kapan pun." jawab Max dengan bangga nya.
Lagi-lagi, rona merah muncul di kedua pipinya.
"Hentikan rona merah itu. Kau selalu saja membuat ku ingin segera memasukimu." bisik Max ketika mereka sudah berada di meja makan.
"Ehem."
Malik, sang ayah, lantas menatap keduanya dengan tatapan aneh.
"Ada apa?" tanya Max.
"Acara pembuatan cucuku dilanjutkan nanti saja. Ayo, saatnya kita sarapan." jawab Malik.
Calista dan juga Max saling bertatapan bingung.
"Kalian harus peka, dong. Kami sudah sangat ingin menggendong cucu." ujar Lili seraya duduk di samping Malik.
"Wah, ibu membuat ikan bakar?" Max berhasil merubah topik pembicaraan kali ini.
Lili terkekeh. "Kau menyukainya. Dan, ibu juga membuat ini untuk Calista yang cantik jelita." Lili lalu memberikan sepotong steak daging untuknya. Calista menerima itu dengan senyum sumringah. "Terima kasih, bu."
Lili tersenyum ketika melihat Calista yang tengah tersenyum ke arahnya. "Max sangat pintar mencari pasangan. Kau sangat cantik."
"Oh, tentu saja. Calista ini limited edition." tambah Max.
Mereka semua pun tertawa.
Dalam benak Calista, ia masih menyimpan rasa bingung ketika Lili memberikan nya steak daging. Memang, makanan itu adalah kesukaan nya. Tetapi, bagaimana bisa Lili mengetahui nya? Max saja tidak mengetahui nya.
"Max, setelah sarapan, ayah ingin kau segera menemui ku di ruang kerja." ujar Malik.
Max terdiam sejenak. Ia melirik Calista. Perempuan itu menjawab nya pelan. "Tidak masalah, ada ibu disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
RomanceMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...