PART 36

14.9K 909 19
                                    

Sesampainya di dalam kamar, tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Max memilih diam di samping Calista. Entah mengapa keringat dingin nya mulai bercucuran.

"Eee, baiklah. Ada apa?" tanya Calista yang saat ini duduk di samping nya.

Max lalu memegang tangan Calista. Ia lalu menatap nya. "Kita sudah dewasa, itu berarti sudah saling mengetahui apa pun yang ada di sekitar kita, bukan?"

Calista mengernyitkan dahi. Ia tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

Max lantas mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dari dalam saku celana nya. "Aku sudah menganggap mu sebagai kekasihku. Walaupun aku belum sempat menyatakan perasaanku terhadapmu, tetapi dengan tingkah laku saja itu bisa dibuktikan. Jadi..."

"Aku sangat senang jika kau mengambil cincin ini. Itu berarti kau siap menikah denganku." sambung Max seraya membuka kotak beludru tersebut. Terlihat sebuah cincin perak berlian yang sangat mewah. Calista membulatkan kedua matanya.

Lain hal nya dengan Max, saat ini ia masih merasakan aura ketegangan untuk melihat reaksi dari Calista selanjutnya.

Calista tersenyum. Ia lalu mengambil cincin itu. "Tentu. Aku siap."

Max membulatkan kedua matanya. "Tampar aku, Calista."

Calista mengernyitkan dahi. "Kau ingin aku untuk menamparmu? Ada apa?"

"Tampar aku dengan ciuman mu agar aku bisa mengetahui bahwa ini adalah kenyataan." jawab Max.

Calista dengan senang hati menurutinya. Ia mencium Max dengan sangat lembut. Pria itu juga membalas ciuman Calista tidak kalah lembut.

Setelah itu, ciuman tersebut terlepas. Max tersenyum. "Terima kasih. Sekarang, aku percaya bahwa semua ini adalah kenyataan."

Calista terkekeh. "Jadi, kau harus menyematkan cincin ini di jariku. Jika tidak, maka aku tidak akan menikah denganmu."

Max tersenyum. "Oh, kau menantang ku? Baiklah. Jika cincin ini sudah kau pakai, lalu apa hadiahnya untukku?"

Calista terlihat tengah memikirkan jawaban nya. Tidak lama kemudian, cincin itu telah terpasang di jari manis Calista.

"Tidak ada hadiah." jawab Calista.

"Hadiahnya tentu saja bercinta di rumah orang tuaku." ujar Max seraya mendorong pelan tubuh Calista agar berbaring.

Ia tertawa, tetapi tetap mengizinkan Max melakukan nya.

Max berhasil membuatnya mendesah pelan ketika ia menggigit kecil leher Calista. Meninggalkan bekas kissmark disana.

Kring! Kring!

Max mengumpat pelan. Suara ponselnya berhasil menunda kegiatan bercinta nya dengan Calista.

"Kau harus menerima panggilan itu." ujar Calista.

Max mengangguk pelan seraya bangkit dari posisi nya. Ia lalu menerima panggilan tersebut.

"Ya, ada apa?"

"Bagaimana?"

"Apanya?"

"Calista."

"Sudah beres."

"Kau tidak berterima kasih denganku?"

"Untuk?"

"Karena telah membantumu."

"Aku melakukan nya sendiri."

My One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang