Sejak beberapa jam yang lalu, Max terlihat tersenyum seorang diri. Hal tersebut lantas membuat Sean merasa curiga.
"Sepertinya ada yang sedang bahagia." goda Sean seraya memilih untuk duduk di hadapan Max.
Max yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya pun lantas menatap ke arah Sean. "Tentu saja."
"Apa yang terjadi? Ceritakanlah." ujar Sean yang terdengar tidak sabaran.
"Baiklah, sebelum aku bercerita kepadamu, untuk malam ini apakah kau menginginkan sesuatu? Aku akan memberikanmu sebuah traktiran." tanya Max seraya kembali terfokus dengan ponselnya.
Mendengar hal tersebut lantas membuat Sean terkekeh. "Wah wah wah, sepertinya ada berita yang sangat baik. Mungkin aku akan meminta sebuah Lamborghini saja."
Max memberhentikan kegiatan nya. Ia pun menatap Sean. "Tentu saja boleh. Tetapi setelah aku dan Calista menikah. Mungkin tiga minggu lagi."
"Sungguh? Ah, pasti perempuan itu yang telah membuatmu senang seperti ini." ujar Sean.
Max mengangguk. "Benar sekali. Calista telah membuka hatinya untukku. Ya, walaupun ia mengatakan hanya sedikit, tetapi tidak masalah."
"Wow, lalu, bagaimana bisa semua itu terjadi?" tanya Sean yang semakin penasaran.
Max pun menceritakan semuanya dari awal, mulai dari undangan minum teh yang di tawarkan oleh Patrick hingga berkelanjutan sampai Calista membuka hati untuk nya.
"Selamat. Benar dugaanku, kau akan berjodoh dengan nya." ujar Sean.
Max hanya bisa tersenyum saja mendengar nya.
"Sudah kukatakan, kau tidak boleh patah semangat seperti kemarin. Itu bukanlah Max yang kukenal." sambung Sean.
"Baiklah, maafkan aku. Semua itu terjadi karena Calista sendiri yang-"
"Ssssttttt, kau tidak boleh menyalahkan siapa pun disini. Cukup renungkan dan perbaiki semuanya." ujar Sean setengah berbisik seraya bangkit berdiri untuk menyentuh bibir Max dengan telunjuknya. Ia ingin Max berhenti menyalahkan siapa pun atas semuanya.
Max terdiam ketika jari telunjuk milik Sean berada tepat di bibir nya. Beberapa detik terjadi keheningan diantara keduanya sekaligus adu tatap.
"Kau menatapku sangat dalam, itu berarti kau akan meniduriku, hm?" bisik Sean seraya mengelus pelan pipi Max.
Max tetap terdiam dengan raut wajah yang datar.
"Ayooo." ujar Sean kemudian.
Setelah itu, terlihat Max yang menepis tangan nakal tersebut. Max lalu memilih untuk bangkit berdiri.
"Lebih baik aku meniduri Calista kembali sampai berhari-hari lamanya tanpa henti." jawab Max.
"Kau yakin? Apakah legomu itu perkasa?" tanya Sean.
Max menatap tajam ke arah Sean. "Kau meremehkan nya?"
"Tidak ada bukti sama dengan aku tidak akan mempercayai semuanya." jawab Sean.
"Lalu, kau ingin melihatnya? Begitu?" tanya Max.
Sean mengangguk seraya mendekati Max. Setelah itu, sebelah tangan nya pun memegangi celana pendek kain milik Max.
"Enak saja. Ini untuk Calista, hanya ia yang boleh menggeledah milikku. Aku masih normal, lebih baik kau cari wanita lain di luar sana." ujar Max seraya menepis tangan nakal milik Sean.
Setelah mengatakan semua itu, Max pun memilih untuk pergi dari sisi Sean.
"Oh ya, jangan sampai legomu itu kadaluarsa karena tidak pernah tersentuh oleh-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
Любовные романыMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...