Max menempelkan kartu apartemen itu ke posisi yang tepat. Setelah itu, pintu pun terbuka. Terlihat Calista yang saat ini tengah duduk membelakangi nya.
Kebetulan sekali, ia telah membuat duplikat kartu tersebut sejak kemarin. Dan sekarang, mereka mempunyai nya masing-masing.
"Selamat pagi." sapa Max yang tengah menutup pintu tersebut.
Tetapi tidak ada respon dari Calista.
Max terlihat mengernyitkan dahi. "Calista?"
Ia pun berjalan menuju ke arah Calista. Saat melihat perempuan tersebut dari arah samping, ternyata Calista tengah menggunakan earphone. Pantas saja ia tidak mendengar sapaan dari Max.
Merasa ada seseorang yang tengah memandangi nya dari arah samping, Calista pun menoleh. Seketika ia nampak terkejut.
"Max? Kapan kau datang?" tanya Calista seraya melepaskan earphone nya.
Max terkekeh. Ia lalu memilih duduk di samping Calista. "Baru saja. Kau sudah siap?"
Calista mengangguk. "Tentu. Ayo."
Mereka pun berjalan menuju ke luar apartemen tersebut dengan Calista yang memimpin nya.
"Dimana mereka?" tanya Max.
Calista yang mengerti bahwa Max sedang menanyakan Patrick dan juga Karin pun seketika menoleh ke arahnya. "Mereka sudah kembali. Mungkin lusa akan kembali lagi kesini. Banyak urusan yang harus mereka selesaikan."
"Ohhh." jawab Max seraya sibuk dengan ponselnya.
Calista terlihat mengernyitkan dahi ketika mendengar jawaban singkat dari Max.
Keheningan terjadi sampai mereka berada di dalam mobil milik Max. Merasa ada yang aneh lantas membuat Max membuka obrolan lebih dulu.
"Kau sudah sarapan?" tanya Max.
Calista hanya mengangguk saja. Entah mengapa ia tidak menyukai respon Max yang terdengar sangat singkat sekaligus tidak peduli seperti tadi.
Max terlihat mengernyitkan dahi ketika tidak mendengar jawaban dari Calista. Dengan keadaan yang tengah menyetir, ia pun menyempatkan diri untuk menatap ke arah kiri nya. Terlihat Calista yang tengah menatap lurus ke arah depan dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Ada apa, hm?" tanya Max seraya menatap ke arah depan. Ia tidak bisa melihat ke arah kirinya secara terus menerus.
"Tidak." jawab Calista singkat. Rasanya sangat malas untuk memberitahu Max yang sesungguhnya.
Keheningan kembali terjadi selama di perjalanan penuh. Max mencoba untuk memikirkan semuanya.
"Aku tidak melakukan kesalahan, bukan?" gumam Max dalam hati.
Calista berpikir bahwa Max berbelok ke arah yang salah. Ya, jalan menuju kampus yang akan mereka tuju tidak melewati jalan ini.
"Kita salah jalur." ujar Calista pelan.
Max mendengar nya. Tetapi ia lebih memilih untuk menjawab hal tersebut setelah ia memberhentikan mobilnya di depan gerbang rumah nan megah milik seseorang yang Calista kenal.
"M-mengapa kita disini?" tanya Calista terkejut.
Ya, Max memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah milik James, lebih tepatnya orang tua James.
"Itu dia." jawab Max yang menunjuk ke arah depan nya saat ini. Terlihat Valerie yang tengah berjalan memasuki mobilnya.
Tidak perlu waktu lama, Valerie pun membuka pintu mobil yang berada di sebelah Max. Setelah berhasil terbuka, Valerie nampak terkejut karena tempat tersebut sedang tidak kosong. Calista pun juga demikian, ia sama terkejut nya dengan Valerie, namun perempuan itu lebih pandai menyembunyikan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My One Night Stand ✔
Любовные романыMax Bramasta Hallington, seorang dosen di salah satu universitas ternama di Indonesia. Pria matang yang berusia 30 tahun tersebut saat ini masih menyandang status lajang. Padahal, ia memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus bergelimang harta. Tet...