5. Sesuatu yang Aneh (18+)

947 80 4
                                    

Sudah sebulan lebih sejak aku bertemu dengan Dakota untuk pertama dan terakhir kalinya.
Dia tidak pernah terlihat atau bahkan terciduk saat memata-mataiku.

Entah apa yang terjadi atau memang sebenarnya semua yang dikatakan wanita itu adalah bullshit.

Aku menaruh pakaian olahragaku kedalam loker dan menguncinya.

Sudah 2 minggu ini tubuhku terasa aneh.
Aku menggelengkan kepalaku memberi peregangan pada otot leherku.

"Kau terlihat tidak sehat belakangan. Apa kau memang sedang sakit?"

Aku sedikit terkejut mendapati Hanna yang menghampiriku sambil menggendong tas selempangnya.

Kami berjalan dikoridor loker hendak keluar gedung untuk pulang.

"Entahlah. Kata dokter, aku terlalu kecapean dan memintaku lebih banyak istirahat."
Ucapku mengingat perkataan dokter yang mengatakan kalau tubuhku hanya kelelahan. Tapi, kenapa rasanya berbeda ?

Bahkan, 2 hari yang lalu aku sempat memecahkan sebuah gelas karena tidak sanggup memegangnya. Apa aku akan lumpuh nantinya?

Apa ada kanker yang sudah mencapai stadium akhir ditubuhku? Tapi, kenapa tidak terdeteksi saat mengecek darah?

Perasaan aneh ini muncul tanpa diundang. Kadang hilang, kadang kembali muncul sampai hingga paling parahnya aku tidak bisa beranjak dari kasur.

Aku merahasiakan ini dari siapapun kecuali Dad yang selalu setia merawatku.
Kemarin juga aku sempat berbohong pada teman sekolah dan juga Mike kalau aku berlibur. Padahal, saat itu aku tidak bisa berjalan karena demam yang mendera dengan sangat ganas.

Semua tubuhku melemas. Entah apa yang terjadi.

"Baiklah. Mike mengantarmu pulang?"

Aku mengangguk.

"See you, Sofia.."

"See you.."

Aku masuk kedalam mobil Mike dan ia memegang keningku dengan cemas. "Kau sakit?"

"Sedikit. Aku hanya ingin cepat sampai rumah." Ucapku sambil menyandarkan tubuhku pada kursi.

Michael menyetir dengan cepat.
Setelah 15 menit diperjalanan, kami sampai rumah. Dia mengatakan aku harus ke dokter, namun aku bilang bahwa Dad sudah membawa dokter bagiku kemarin sore.

"I just need a rest. Terima kasih untuk mengantarku." Ucapku sambil membuka sabuk pengaman.

"Kabari aku apapun yang terjadi. Aku mencemaskanmu."

"I will, kalau aku ingat."

"Please!" Pintanya.

Aku mengangguk. "Baiklah. Hati-hati dijalan."

Akupun keluar dari mobil dan berjalan cepat kearah pintu.

Saat menutup pintu, hilang sudah kekuatanku.

Aku berlutut dan berteriak. "Daaddd!!!"

Aku mendengar suara langkah kaki cepat dari kamar atas menuju ke bawah dimana aku sudah bertelut sambil bermandikan air peluh.

"Sofia! Apa yang terjadi?"

Dad memegang bahuku dan memapahku keatas dimana kamarku berada.

Dengan menggunakan sisa kekuatan yang ada aku menguatkan kakiku untuk melangkahi anak tangga. Sempat sekali aku tergelincir namun Dad memegang pinggangku dengan kuat.

Setelah sampai diranjang, ia menyelimuti tubuhku dan berlari ke wastafel setelah mengambil sapu tangan di laciku.

Dia mengompresku dengan air dingin karena tubuhku yang katanya sangat panas. Namun, yang kurasakan adalah menggigil kedinginan. Aku hanya bisa bergumam membalas perkataan Dad yang terlalu mengkhawatirkan kondisiku.

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang