12. Menjauh?

629 64 5
                                    

"Ayolah.. Itu hanya masa lalu dan hatiku sudah sepenuhnya milik Nick."
Ucap Ansell saat melihatku murung sedari tadi sampai mansion keluarga Collins.

Aku hanya mengangguk diam.
Lalu, mengikuti langkahnya menuju ruang keluarga dimana kami harus melewati lorong dari pintu samping.

Gejolak dihatiku sedari tadi semakin membesar. Entah kenapa, aku penasaran apa yang dibicarakan oleh Ansell dan Mike tadi saat wanita didepanku ini mengunjungi rumahku.

Aku menatap ponselku kembali.
Tak ada balasan pesan dari Mike ataupun jawaban telponnya.
Berkali-kali aku mencoba menelponnya dengan beralibi pada Ansell bahwa aku harus menghubungi Dad, namun tak ada jawaban.

Saat kami telah melewati lorong, aku dapat melihat seluruh anggota Collins, kecuali Javier sedang berbincang ringan.

"Dia penting bagiku." Ucapku pelan membuat langkah Ansell berhenti dan berbalik padaku.

Wajah Ansell terlihat memuram.

"Untuk saat ini." Tambahku meyakinkan bahwa untuk saat ini, Mike adalah orang penting bagiku.

Ansell menghela napasnya. "Kuharap kau tidak menyesal."

"Apa maksudmu?"

"Dia sangat rumit. Aku tidak bisa menjelaskannya."

Aku berdecih kesal akan jawaban Ansell yang tidak memuaskan rasa keingintahuanku.

"Kalau begitu, jelaskan padaku apa yang kau bicarakan dengan Mike tadi."

"Sofia, itu tidak penting."

"Ansell, kumohon."

"Kau mencintainya?" Tanya Ansell membuatku terkejut setengah mati.

Aku belum siap akan pertanyaan itu. Sangat membingungkan untuk dijawab.

"Jawab aku, Sofia."
Tantang Ansell dengan suara lebih keras, membuat seisi ruangan menoleh dan tertarik akan apa yang terjadi.

"Tenang, Ansell. Kendalikan dirimu." Peter mengelus bahu kekasihnya itu.

Aku tidak terima disudutkan seperti ini.
"Apa itu urusanmu? Aku hanya bertanya apa yang kau bicarakan dengannya, sehingga dia tidak membalas pesanku daritadi."

"Sangat jelas, kau mencintainya." Sanggah Ansell.

Emosiku memuncak. Dengan tangan terkepal, aku menjawabnya. "Ya, aku mencintainya."

"Damn, Sofia!!"

"Apa??!! Apa aku tidak boleh mencintainya karena Klaim sialan ini?" Tanyaku menggertak sambil menoleh tajam pada Axelle yang kulihat mendadak emosi.

"Sofia, sayang.." Amanda menghampiriku.

Aaric mencoba menengahi perdebatan kami.
"Ansell, jangan gegabah."

Ansell menarik napas dan kembali menutup mulutnya saat hendak mengucapkan sesuatu padaku. Aku melihatnya dengan jelas.

"Dengar! Aku berbaik hati, bukan berarti aku akan menuruti semua keinginan kalian. Hidupku mulai berantakan ketika claim sialan ini terjadi. Jujur saja, aku mulai merasa muak. Bukan karena kalian, tapi diriku sendiri yang dengan mudahnya tertimpa sial. Dari beribu manusia yang mungkin lewat hutan sana, kenapa harus aku? Kenapa aku mau menolong seseorang yang sedang berada di ambang kematian dengan sebilah pisau diperutnya? Kenapa waktu itu aku mengikuti rasa penasaranku dengan kembali kedalam hutan disaat teman-temanku menunggu bus yang terlambat? Kenapa??!!"

Aku merasakan napasku tersengal-sengal. Jemariku terkepal erat.

"Dan sekarang! Disaat aku memiliki urusan pribadipun, kalian mencampurinya. Apa salah Mike pada kalian?"

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang