"Mr. Addison ingin bertemu anda."
Sang Dokter keluar ruangan dan akupun berdiri masuk keruang dimana Dad di tangani.Axelle sudah pergi sejak tadi. Kukira, ia akan menemani diriku sampai Dad siuman dan bertemu denganku. Tapi sepertinya, Axelle memang orang yang sulit ditebak. Mendadak baik lalu mendadak menghilang. Apa itu tadi benar Axelle?
Aku masuk dan melihat Dad masih terbaring namun ia tersenyum melihatku.
Aku berdecih kesal karena dibuatnya khawatir namun pria itu malah tersenyum ditengah kesakitannya."Hai.." Sapanya.
Aku memukul lengannya kesal. "Kenapa kau menanggungnya seorang diri, Dad?"
"Selama ini aku baik-baik saja." Balasnya.
"Dan terbukti sekarang."
"Ini pertama kalinya, percayalah."
"Takkan ada kedua kalinya, Dad." Ancamku, namun ia malah tersenyum.
Aku hampir saja menangis. Tidak terbayangkan jika Dad benar-benar pergi dari hidupku. Dengan siapa lagi aku tinggal dan berbagi hidup?
"Sejak kapan?"
Tanyaku."Sudah lama. Kupikir tidak akan seperti ini lagi."
"Kau jahat."
"Aku hanya tidak ingin membebani siapapun. Lagipula, aku sekarang baik-baik saja. Ini hanya kecapean."
"Pembohong."
"Sungguh."
"Jangan sakit lagi, oke!" Pintaku, bahkan airmataku sudah jatuh saat menatap wajah sendu dan pucatnya.
Ia mengangkat tangan kirinya lalu aku menyambut pelukannya.
Aku menangis. Hanya ia yang kumiliki didunia ini.
Kehilangan ibu sewaktu aku lahir tidak ada apa-apanya dibanding kehilangan sosok ayah dimasaku sudah besar dan sadar akan kasih sayangnya."It's oke, baby. Don't cry."
---------
Tubuhku terjatuh lemah diatas tangga. Pandanganku terasa kosong. Kepalaku pusing layaknya terbentum palu besar. Ini semua terlalu mendadak.
Aku bahkan tidak bisa menangis sejak dari rumah sakit semalam.
Karena, moment itu bukan saatnya untuk menangis. Aku baru saja merasakan bahagia dan tertawa bersamanya.Sebuah tangan menyentuh pundakku membuat pandanganku kembali pada seseorang didepanku yang menatapku khawatir.
Tepatnya beberapa orang yang belakangan ini kukenal baik, dan memakai pakaian serba hitam seperti yang ku pakai."Sofia.." Lirih Ansell dan memeluk tubuhku yang terduduk di tangga pekarangan rumahku.
"Kau harus kuat." Ucap Amanda.
Semuanya ikut bersedih saat menatapku.
Tatapan iba itu harusnya membuat tangisku keluar, namun tidak ada setetespun airmata yang keluar.Karena, aku belum siap untuk ini.
Aku melihat Javier duduk disampingku dan memelukku. "Menangislah, kami lebih lega jika melihatmu meluapkan kesedihanmu." Bisiknya, namun tak berarti apapun bagiku.
Lalu, aku melihat Violleta menatapku sedih.
Mataku mencari sosok Axelle, namun pria itu tak ada.Sejak dari pemakaman, ralat, dari rumah sakit. Aku tidak melihatnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED (Finish)
FantasyKetika sebuah kesalahan membuat seluruh hidup dan rencana berubah tanpa diingini.. Ketika bunga bermekaran diwaktu yang tidak tepat.. Ketika, akhirnya daun kering jatuh dan terbang ke tempat yang tidak terlihat oleh mata.. Semua yang terjadi bukan t...