19. The Worst Marriage

646 64 4
                                    

"Sofiaaaa!!!"

Aku berbalik dan tersenyum mendengar suaranya. Yeah, setidaknya bersamanya aku sedikit merasa lebih baik.

Bayangkan, seharian ini aku memakai heels tinggi yang sangat cantik namun menyakitkan.
Ditambah, berdiri menerima ucapan selamat para kerabat vampire atau rekan kerja keluarga The Collins dan menari bergantian bersama beberapa pria yang ingin merasakan menari bersamaku.

Pertama, pergelangan kakiku terasa akan patah sebentar lagi.
Kedua, lututku seakan ingin lepas.
Ketiga, tangan yang lelah karena berulang kali menyalami orang dan juga berdansa.
Terakhir, senyuman palsu yang sangat melelahkan yang harus kupasang sepanjang hari.

Andai saja, pernikahan ini adalah pernikahan yang selalu kuimpikan, tentu lelahnya tak akan terasa dan senyumpun akan keluar dengan tulus.

Ahh..
Pernikahan yang menyatukan kedua perasaan cinta, bukan karena unsur keterpaksaan... Sangat menyedihkan karena aku tidak akan pernah mengalaminya.

"Waahhh, lihat! Kau terlihat sangat cantik dengan gaun putih itu. Ingatkan aku untuk ikut memakai jasa gaun pengantinmu ini saat aku menikah nanti."
Teriaknya sambil memelukku, aku menerima pelukannya dengan gembira.

"Terima kasih sudah datang. Kukira, kau tidak akan datang mengingat kau sedang diluar kota bersama Benny."

Hannah tertawa. "Aku baru pulang tadi sore dan bersiap langsung kesini. Tidak mungkin aku melewati hari bahagia teman sebangkuku."

Aku tersenyum. "Kau bersamanya?"
Tentu saja yang kumaksud adalah Benny, kekasihnya.

"Ya. Dia sedang disana dan berbincang dengan rekannya. Mereka tidak menyangka bisa bertemu diacara ini."

Aku melihat kearah dimana Hannah menunjuk. Dan terlihatlah beberapa pria berjas sedang berbincang. Lalu, seorang pria melambai kepadaku, ya Benny. Aku pun melambai senang lalu mengacungkan jempolku padanya, tanda tak apa jika ia harus menyapa teman pentingnya dulu.

"Dimana pengantin priamu?" Tanya Hannah.

"Dia ada diatas, sedang berbincang dengan beberapa rekan lamanya."

Hannah mengangguk.
"Well, kukira aku yang akan duluan menikah. Aku sangat kaget mendengar kabar ini. Apa dia sudah muncul duluan?" Tanya Hannah dengan sedikit berbisik.

Aku mengerutkan dahi tidak mengerti. "Dia? Siapa?"

"Dia.. Kau tahu kan, kenapa beberapa orang memutuskan menikah dengan sangat cepat?"

Aku berpikir sejenak namun membuat Hannah kesal, lalu ia membentuk tangannya membulat didepan perutnya sendiri dengan cepat.

Mataku melotot ketika mengerti maksud pertanyaannya. "Hannah!"

"Tidak! Bukan!" Gagapku.

"Hah??" Hannah menganga geli.

"Maksudku, ti-tidak.. Bukan begitu. Aku tidak sedang hamil."

"Lalu?"

Aku menghela napas. "Pernikahan ini karena satu dan dua hal."

Kali ini, Hannah yang mengerutkan dahinya seakan bertanya kembali.

Aku mengangguk. "Ada perjanjian diantara keluarga kami."

"Oh, Sofiaa.." Hannah memelukku, aku malah terkejut melihatnya tiba-tiba memelukku.

"Aku mengerti. Perjodohan itu memang gila. Tapi, percayalah, jika kau bersabar, pria jodohmu itu akan menyukaimu. Kau adalah wanita yang cantik. Jangan khawatir." Ucapnya sambil mengusap punggungku.

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang