Aku menarik napasku gugup saat kami sudah sampai didepan sebuah mansion mewah.
Aku memilin jemariku tanda aku benar-benar merasa tidak enak.Ansell menjemputku dan mengatakan bahwa aku diundang ke acara makan malam keluarganya sebagai ucapan permohonan maaf karena sudah membuatku masuk rumah sakit alih-alih kenyataan bahwa aku yang sudah menolong keluarga mereka, Dakota.
Dengan terpaksa, aku menyanggupi ajakannya. Lagipula, aku sedikit bingung untuk menghabiskan libur di hari minggu ini.
Mike masih berlibur di DC dan aku hanya berdiam diri dirumah.Pintu mobil terbuka membuatku terhentak karena senyum cerianya yang sedari tadi mengisi waktu perjalanan kami.
"Ayo, sebentar lagi sepertinya akan badai. Kita harus masuk, semua sudah menunggu."
Ucapnya, sambil melenggang pergi begitu saja tanpa menutup pintu.Aku pun turun dari mobil setelah memakai jaket jeansku. Udara terasa dingin dan sedikit mulai turun gerimis.
Dress hitam selutut dengan legging senada lumayan pas untuk cuaca seperti ini.
Aku pun melangkah ke depan pintu dan masuk ke dalam mansion itu.Sangat klasik dan modern disaat yang bersamaan. Cenderung berwarna putih nan coklat gelap. Sepertinya, keluarga Collins orang yang sangat mengikuti jaman ditengah barang-barang klasik yang ada.
Aku terkagum menghampiri sebuah patung wanita yang hanya memakai selendang panjang hingga ke kaki. Mahkota di kepalanya, terlihat sangat asli. Ada butiran replika berlian besar dan kecil yang menghiasi.
"Wow..."
Gumamku. Ini benar-benar indah. Lebih pantas masuk dalam sebuah museum untuk dinikmati oleh banyak mata.
Aku sempat menyentuh lengan patung itu, sangat halus dan licin.Seakan tersadar, aku kembali memasuki mansion dan terlihatlah Ansell sedang berdiri membelakangiku sambil berbincang dengan orang yang kuyakin keluarga Ansell.
Lalu, Ansell berbalik padaku dan mengajakku kearahnya. "Hei. Ayo! Jangan diam saja disitu."
Aku pun melangkah dengan cepat dan masuk ke arah ruangan yang dimaksud.
Sedikit terkejut, ternyata mereka semua sudah berkumpul disini. Aku pun memasang wajah senyum terbaikku pada mereka. "Hai. Selamat malam."
Sapaku, namun senyumku menghilang ketika melihat tatapan mereka yang tajam dan tegang. Aku merasakan aura sekelilingku berubah drastis oleh keterdiaman mereka yang hanya menatapku.Lalu, seorang pria paruh baya bergerak kearahku sambil memaksakan senyumnya. "Halo, Sofia. Aku Aaric, dan ini keluarga Collins. Amanda, istriku. Itu Nick, kekasih Ansell, putriku. Dia Dakota, pasti kau mengenalnya saat kau menolongnya tempo hari." Ucapnya sambil menunjuk masing-masing anggota.
Aku pun mengangguk dengan senyuman. Aaric sepertinya mencoba ramah padaku.
Sepertinya, keluarga Collins sangatlah dingin, berbeda dengan Ansell yang termasuk pengecualian.Mataku melihat pria yang merengkuh pinggang Dakota dengan possesive. Aku mengingat mata itu.
Mata hitam legam itu saat leherku digigit.
"Dia Axel, Putraku. Dia yang mencelakaimu. Untuk itu kami meminta maaf."
Aku menggeleng dan mengangkat kedua tanganku tidak enak. "Ah, aku sudah tidak apa-apa. Tak perlu tidak enak seperti itu. Dakota sudah meminta maaf dan Ansell juga membantu memulihkanku."
"Jadi, kau sudah tahu siapa kami?"
Tanya wanita bernama Amanda khawatir.Aku melihatnya dengan rasa tidak enak. "Ma-maaf, aku bisa menjaga rahasia. Aku tidak akan membicarakannya dengan siapapun."
Namun, semuanya mendadak diam. Tak ada yang membalas perkataanku termasuk Ansell. Apa mereka tidak mempercayaiku?
Kebungkaman kami terhilang ketika pria bernama Nick itu bangkit berdiri sambil membanting majalahnya dan melenggang pergi. "Aku harus pergi berburu. Aku tidak bisa menahan rasa hausku."
Ucapnya membuat tubuhku bergidik ngeri menyadari jika disini hanya aku saja yang seorang manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED (Finish)
FantasyKetika sebuah kesalahan membuat seluruh hidup dan rencana berubah tanpa diingini.. Ketika bunga bermekaran diwaktu yang tidak tepat.. Ketika, akhirnya daun kering jatuh dan terbang ke tempat yang tidak terlihat oleh mata.. Semua yang terjadi bukan t...