13. Kehilangan Dua Orang yang Penting

654 67 7
                                    

Aku mengerjapkan mata perlahan dan memalingkan wajah keseluruh penjuru ruangan yang kukenali sebagai ruang unit kesehatan sekolah.

"Hei, kau sudah bangun?"

Aku menoleh dengan cepat saat mendengar suara yang sangat kurindukan itu.
Aku melihat Mike berdiri tak jauh dari ranjangku dengan kedua tangan disaku celananya.

"Mike, kau menungguku?"

"Perhatikan saja kesehatanmu. Bola saja tidak bisa kau hindari, bagaimana kau bisa menghindariku?"

"Aku tidak mau menghindarimu."

"Ralat, menjauhiku."

"Sama saja!" Bentakku sambil bangun dari ranjang dan melepaskan tissue dari kedua lubang hidungku yang sebelumnya dikompres.

"Baiklah. Aku bisa pergi karena kau sudah sadar."

"Mike!"

Namun, ia tidak mendengarku dan tetap berjalan ke arah pintu. Aku turun dari ranjang dengan cepat untuk menyusulnya. Menghiraukan rasa pusing dikepalaku, demi mengejar Mike.

"Mike! Please, jangan seperti ini. Jika kau memiliki masalah dengan Ansell, kita bisa bicarakan bersama."

Ucapanku terhenti ketika ia membalikkan tubuhnya dan menatapku.

"Ini bukan tentang Ansell."

"Kau selalu mengatakan itu. Jadi, tentang apa jika bukan tentang Ansell dan kita?"

"Kita?" Tanyanya.

Aku tertegun. "Y-ya.."

"Memang ada apa dengan kita?"

"Mike..."
Lirihku sambil menatapnya bingung. Matanya menyiratkan kesedihan mendalam yang sangat menyayat hati. Aku tidak mengerti kenapa dia seperti ini. Berubah dalam waktu singkat.

"Dari awal tak ada kita, Sofia. Yang ada hanya kamu dan aku. Meski kita selalu bersama, tapi nyatanya kau membatasiku untuk memasuki hidupmu."

"Mike, bukan begitu. Harusnya kau mengerti jika aku belum siap untuk-..."

"Belum siap?"

Aku mengangguk.

Mike pun ikut mengangguk, seakan mengerti maksudku.

"Kalau begitu, bisakan aku tinggalkan gadis yang tidak siap menerima kehadiranku dengan mencari gadis lain?"

Aku terkejut. "Mike, apa maksudmu?"

"Kau tahu jelas, Sofia."

"Kenapa kau berubah, Mike? Apa hanya sebesar ini kau memperjuangkan aku?"

Ia mengangguk. "Hanya ini batasanku."

Hatiku mencelos mendengar perkataannya. Belum pernah aku merasakan kesakitan seperti ini.

"Please.." Ucapku, setetes airmata jatuh mengalir dipipiku.
Namun kali ini, Ia membuang muka tanpa mau menghapus airmataku.

Aku semakin menangis, meski tanpa suara.

"Jangan pernah kita bertemu lagi. Anggap kita tidak saling kenal."
Ucap Mike sambil berlalu dari hadapanku.

Aku?
Bagaimana denganku?
Aku hanya bisa menatap kepergiannya dengan tangis kesedihan yang mendalam.

Mike...
Apa yang harus kulakukan tanpa dirimu?

--------------

"Sofia, ayolah. Lihat lingkaran hitam disekeliling matamu itu. Kau terlihat bagai mayat hidup sedang bersekolah."

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang