2. Di Hutan

939 72 2
                                    

"Kau sudah selesai?"

Aku mengangguk dan mengangkat tas ranselku lalu keluar menyusul Hanna yang sudah sedari tadi menungguku di luar tenda.

Semua berjalan menuju jalan besar dimana bus berada.

Mike menghampiriku dan berjalan disamping kiriku, sedangkan Hanna berada di sebelah kananku.

"Kau sangat menyukai kupluk itu." Ucap Mike membuka topik.

"Ah ya, Grandma bilang ini buatan Ibuku. Ibuku membuat beberapa kupluk dengan ukuran berbeda. Well, ini ukuran terakhir yang bisa kupakai."

"Sangat manis." Balas Mike membuatku tersenyum.

"Grandma menyimpannya dengan baik." Gumamku.

"Dimana ibumu?"

"Dia pergi ketika kulahir."

"Meninggal?"

"Ya."

"Aku turut menyesal."

Aku melihat wajahnya berubah tidak enak dan prihatin akan informasi yang baru ia tahu itu.
"Thanks."

Akhirnya, kami berkumpul dipinggir jalan setapak dimana bus bisa masuk.

Mike menghela napasnya. Aku sempat mendengar dirinya bergumam ada apa ini?
Ia menghampiri Mr. Rolland yang berada didepan sambil mencoba menghubungi seseorang.

"Tunggu, aku akan bertanya pada Mr. Rolland." Pamitnya.

Aku hanya berdiam diri sambil menurunkan ranselku yang lumayan berat ke rerumputan.

"Sepertinya, bus kita belum sampai." Ucap Hanna sambil menghampiri teman yang lain. Aku hanya mengangguk.

Lalu, telingaku mendengar suatu suara dan aku menoleh ke belakang.

Mataku menangkap sosok itu yang menyelinap dibalik pepohonan saat aku memergoki keberadaannya.

Dengan langkah perlahan, aku mundur.

Berlari kembali ke dalam hutan meninggalkan ranselku begitu saja.
Pikirku, sambil menunggu bus, aku harus memenuhi rasa penasaranku.

Aku tipikal orang yang ingat jalan, dan akan kembali dengan cepat.
Aku berjalan cepat menelusuri pepohonan dan semakin masuk ke dalam.

Sraaaaaakkkkkk.....

Aku melompat kaget ketika mendengar sesuatu terjatuh dan berguling diantara dedaunan.
Aku membuka sebuah semak dan terlihat tanah curam menurun.

Rasanya, jantungku hampir lepas dari tempatnya melihat pemandangan didepanku.
Aku berteriak sambil menghampirinya dengan sedikit terpeleset karena tanah miring.

"Help!!!!"
Aku berteriak sekencang mungkin, namun tak ada terdengar suara apapun.

Aku melihat tubuh seorang wanita cantik, tidak! Sangat cantik. Tubuh tinggi, putih mengkilat dengan rambut hitam sebahunya itu terkapar dengan pisau di perutnya.

Darahku mendesir ketakutan. Namun, melihat wanita itu seperti akan mati, aku menjadi iba.

Ia terlihat mengatur napasnya sambil memegang pisau diperutnya.
Ia terlentang ditanah.

"Ha-hai.. A-apa yang terjadi?" Tanyaku panik saat sudah berada didekat tubuhnya.

Tanganku gemetar saat menyentuh pisau yang masih menancap diperutnya itu.

Wajah wanita itu terlihat sangat pucat.
Apa dia kehilangan banyak darah?
Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?

Aku berteriak kembali meminta pertolongan.

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang