26. Masalah dan Masalah

715 63 6
                                    

Aku mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.
Entah kenapa, rasa cinta mulai tumbuh melihatnya yang selalu tersenyum ceria.

Dia tumbuh terlalu cepat.
Bahkan, ada rasa kecewa karena melewatkan masa singkat pertumbuhannya.

"Sweet dream, Baby." Bisikku sambil menyelimutinya.

Napasku tercekat saat menyadari kehadiran Axelle yang berdiri di dekat pintu. Aku menghentikan langkahku tak jauh didepannya.

"Ada apa?" Tanyaku mencoba tenang.
Axelle selalu tersenyum sejak diriku siuman tadi.

"Dia terlihat nyaman bersamamu." Ucapnya pelan.

"Aman saat dia tidak merasa haus." Ucapku tercekat membuat senyum di wajah Axelle menghilang.

Jantungku pun menjadi berdegup kencang membayangkan hal terburuk dimana anakku akan melukai diriku suatu saat nanti.

"Itu tidak akan terjadi. Dia sangat menyayangimu."
Geramnya.

"Monster tidak pernah memiliki nurani."

Ucapanku membuat Axelle terdiam. Aku menjadi merasa tidak enak, mungkin aku sedikit merasa emosi karena aku tidak menyukai situasi ini.

Bagaimana bisa aku melahirkan seorang vampire sedangkan aku masih menjadi seorang manusia?
Pikiran itu terasa menguras seluruh otakku. Semua mulai berjalan tidak sesuai dengan novel Hannah yang pernah kubaca.

"Aaric ingin berbicara dengan kita." Ucapnya dengan nada dingin.

Ya Tuhan, aku tidak menyukai aura ini.
Aku ingin menarik ucapanku tadi dan tidak mengubah suasana hangat yang baru saja menghilang lenyap.

Axelle memang pria berdarah dingin. Dia selalu bisa mengintimidasi meski hanya dengan raut wajahnya saja.

Aku pun mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju lorong ruang kerja Aaric di lantai atas.
Untung saja, dia tidak melesat.
Sepertinya, dia juga masih mengerti diriku yang seorang manusia.

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan seluruh keluarga Collins.
Ruang kerja ini begitu besar dan luas.

"Sofia, Axelle, duduklah." Sambut Aaric.

"Belle sudah tidur?"
Tanya Amanda dengan senyuman hangatnya membuat hatiku sedikit nyaman.

Aku mengangguk. "Dia baru saja tertidur."

"Bagaimanapun, dia masih kecil. Vampire kecil butuh tidur layaknya anak manusia biasa, berbeda saat ia telah tumbuh dewasa nanti." Ucap Aaric sambil ia pun ikut duduk di kursi yang terletak dibagian ujung meja panjang ruang kerjanya.

"Maaf memanggilmu semalam ini pada waktu jam tidurmu." Tambah Aaric.

Aku tersenyum. "Tak apa. Aku belum mengantuk."

Aaric ikut tersenyum dan mengangguk.

"Aku mengumpulkan kita semua, karena ada hal penting yang harus dibicarakan. Pertama-tama, aku ingin bertanya bagaimana dengan hubungan kalian? Axelle dan Sofia?"
Tanya Aaric to the point.

Napasku tercekat.
Pertanyaan apa itu?
Aku bahkan tidak berani menoleh pada Axelle yang duduk di sebelah kiriku karena aku otomatis membelakanginya untuk memperhatikan Aaric yang duduk di bagian sebelah kananku.

"Kami masih baik-baik saja." Ucap Axelle singkat.

Masih baik-baik saja?
Kenapa Axelle mengatakan hal itu?
Apa maksudnya?
Apa dia ada niatan untuk meninggalkan diriku dan mengambil anakku?

Rasa takut berkembang begitu saja didalam hatiku. Aku menyembunyikan jemariku yang mulai gemetar dibawah meja.

Aku melihat tatapan penuh arti Aaric pada sosok di sebelah kiriku lalu Aaric mengangguk mengerti. Entah apa yang mereka bicarakan didalam pikiran mereka.
Aku tidak berani untuk menoleh pada Axelle. Sama sekali tidak berani.

FATED (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang