Tak Akan Ada Lagi Bully

47 6 4
                                    

Sekeras-kerasnya hati seseorang akan luluh pula dengan kelembutan

📿📿📿

Dina menungguku di Depan Pintu kelas sambil melirik jam tangan miliknya dan terlihat resah. Aku pura-pura tidak melihatnya dan berlalu melewati Dina masuk kedalam kelas.

"Hey hey tunggu!" Dia mengikutiku masuk. Aku mendaratkan tubuhku di atas kursi dan menyimpan tas tepat dibelakang kursi.

"Nia please jangan seperti itu." Detik selanjutnya Dina duduk di sampingku.

"Niaa.." ucapnya lirih.

Aku menghela nafas, dan masih tak ingin berbicara.

"Bukannya aku mau ngebelain kak biyan, tapi memang dia gak salah kamu harus tahu itu Nia. Kamu harus mendengarkan penjelasannya dulu. Dan please! Jangan kamu ikutan marah juga sama aku."

Aku tersenyum tipis dan merasa ingin terbahak-bahak melihat sikap sahabatku itu yang terlalu takut aku marah. Aku menaikan dagu Dina yang sedari tadi menunduk. Satu usapan lembut di pipi Dina yang membuat dia mendongak.

"Aku percaya kamu gak akan mungkin ngebelain yang salah kan? Aku udah gak papa kok, kejadian kemarin aku udah lupakan."

Senyum lebar terlukis di bibir pink Dina "kamu udah beneran gapapa?" Aku mengangguk sembari tersenyum yakin.

"Tapi kamu harus tahu yang sebenarnya Nia, ini penting."

Aku sedikit menghela nafas "Soal mereka?. Udahlah aku gak mau lagi denger tentang mereka." Ucapku dengan lantang.

"Tapi kamu harus. Daripada kamu di bayang-bayang kesuudzonan." Mendengar ucapan Dina membuatku penasaran.

"Pokonya nanti ada seseorang yang akan menjelaskan yang sebenarnya."

"Yaudahlah terserah." Balasku yang sudah tak peduli lagi tentangnya.


∆∆∆


"Kamu mau kemana?" Tanya Dina sembari menggendong tas nya.

"Mau pulang lah mau kemana lagi." Jawabku sembari terpokus pada buku-buku yang sedang ku bereskan.

"Antar aku yu."

Aku pun menggendong tas itu "kemana?" Tanyaku.

"Ahh ayolah ntar juga kamu tahu." Dina menarik tanganku sampai di kantin.

"Ish Dina kenapa ke kantin? Kita mau makan? Aku kan mau buru-buru pulang. Banyak tugas Din."

"Ahh pokonya nanti kamu tahu sendiri." Lalu Dina duduk di kursi meja nomor 3 dan diikuti juga denganku.

Aku masih menggerutu pada Dina karena aku ingin pulang.

"Haduh kamu tuh ngoceh terus dari tadi. Sampai-sampai kepala aku pusing. Udah kamu diem aja duduk yang manis."

"Ya kan kamu tahu aku mau pulang, mau ngerjain tugas. Emang kamu mau ngerjain tugas? Kan nggak pasti, kalo aku gak ngerjain tugas, besok kamu juga yang repot kan. Nah kamu malah ajak aku kesini. Ahh ayolah kita pulang, nunggu siapa sih?"

"Kak biyan kak Maya Alhamdulillah kalian Dateng juga."

Aku yang tadinya marah-marah dan menggerutu pada Dina mendadak diam seketika ketika ku lihat mereka ada disini.

Cinta Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang