Sudah satu bulan lebih Abyan pergi tanpa memberitahu gadis itu, sedikit demi sedikit Nia sudah mulai mengikhlaskan semua yang terjadi. Dia selalu yakin, jika berjodoh pasti akan dipertemukan. Untuk apa memikirkan terus menerus, jika kenyataan dikemudian hari, penantiannya sia-sia kalau Allah menakdirkan ia berjodoh dengan orang lain.
Gadis itu kembali menjalani kehidupan dengan ceria, bahkan lebih ceria dari sebelumnya. Ia akan selalu memfokuskan dirinya pada keluarga, sahabat, dan ketaatannya pada Allah.
Dengan kejadian seperti ini membuat dia lebih bersyukur, Karena semua milik Allah. Hidupnya hanya ada dua pilihan, kalau Allah tidak ridho ya dia harus ikhlas.
Mengikhlaskan memang bukan perkara mudah jika kita tidak tau kenapa kita hidup?. Allah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya, tujuannya untuk beribadah kepada Allah, istilahnya menabung pahala untuk alam setelah kematian nanti. Jadi, jika kita tidak ikhlas, berarti kita egois. Kita hanya mengedepankan nafsu tanpa kita tau akan ada alam yang kekal setelah kematian, kita tidak pernah merasa kalau semuanya milik Allah dan Allah berhak mengambil apa saja dari kita yang Allah kehendaki.
Diantara sejuknya malam dihiasi suara rintikan hujan, diatas sejadah ungu, Nia bermunajat, memohon ampun pada Allah, tak pelak air mata pun ikut luluh. Seolah alam sedang mencoba bersahabat dengan Nia yang sedang berdialog dengan Sang Maha Pengampun.
Setelah ia mengaamiinkan semua doanya ia beranjak mengambil Mushaf Al-Qur'an kemudian membacanya dengan Tartil. Setiap ayat ia pahami maknanya. Sungguh memang benar ketika kita mengingat Allah maka hati akan tenang. Allah selalu mempunyai solusi di setiap masalah, berbagai solusi telah Allah jelaskan dalam Al-Qur'an.
"Shadaqallahul adzim." Nia menutup Al-Qur'an tersebut dan ia menciumnya.
Ia membuka mukenanya kemudian merapikan mukena tersebut dan gadis itu kembali tertidur.
°°°
"Bi.. bibi.." Nia berteriak-teriak memanggil bi Imas, bulak balik-balik ia menulisuri rumah.
"Kakak nyari bibi?" Tanya Nara.
"Iya, kamu liat gak?"
"Tadi Dede liat bibi lagi di atas jemur pakaian."
"Oh, oke, kakak keatas dulu ya."
Dinara hanya mengangguk, kemudian Nia beranjak menaiki anak tangga, dan berjalan menuju tempat menjemur.
"Bi?"
Kontan bi Imas menengok "iya neng?"
"Aduh bibi, Nia nyari-nyari kemana-mana rupanya bibi disini." Nia tertawa pelan.
"Hhe, maaf neng bibi gak denger."
"Oh iya bi, bibi tau gak baju gamis yang warna pink muda dimana? Nia nyari di lemari gak ada."
Bi Imas mencoba mengingat-ngingat "oh, yang dikasih nyonya ke neng?"
"Iya bi." Nia mengangguk.
"Ada di tempat setrika neng, tapi bibi udah setrikain. Bibi belum sempet masukin ke lemari. Kalo gitu bibi ambilin dulu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Seharusnya
SpiritualCinta itu fitrah dan di dalam Islam diperbolehkan perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengo...