Aku mengangkat kepalaku untuk melihat kearahnya. Seketika aku ingin menangis, sebisa mungkin aku tahan air mata untuk keluar. Ingin rasanya mengatakan 'kak aku tidak mencintaimu, tapi aku mencintai adikmu, kak abyan' tapi aku rasa itu tidak mungkin. Yang membuat air mataku ingin keluar adalah dia sangat mudah sekali mengungkapkan cintanya pada seorang wanita. Apa kak Alwi tidak tahu kalau berpacaran itu haram. aku menundukkan kepalaku. Dan tidak merespon apa-apa.
"Han? Aku tahu kamu sangat taat sama agama, tapi aku juga ingin memilikimu seutuhnya. Kakak juga gak paham kenapa rasa cinta ini timbul begitu saja tanpa permisi."
Aku mendongakkan kepala mendengarkan penjelasannya yang saat ini aku ingin marah karena tidak setuju.
"Apa kak? Apa kakak berpikir kalau kakak mencintai seseorang kakak harus memilikinya tanpa kakak berani untuk menemui orang tuanya?. Kakak tidak salah mau mencintai siapa saja, tapi jangan sekali-kali kakak mendekati zina. Kak, cinta itu gak semudah yang kakak ingin katakan, butuh sebuah pemikiran yang matang. Kalau beneran cinta bukan hanya di mulut dan mengajaknya berpacaran, tapi datangi orang tuanya. Pacaran saja sudah Allah haramkan, kakak tahu kan? Lantas kenapa kakak mengajakku untuk berpacaran? Kita masih mempunyai waktu untuk sama-sama memperbaiki diri memperbaiki akhlak. Bukankah laki-laki baik untuk wanita-wanita yang baik pula?" Aku memperbaiki posisi dudukku "kakak tidak mau kan jikalau nanti jodoh kakak bekas pacar orang lain? Maka dari itu kakak juga harus pandai menjaga hati."
Aku beranjak dan melangkah beberapa langkah dan berhenti di langkah ketiga. "Nia tidak tahu kita berjodoh atau tidak, semua Allah yang atur. Semoga kakak mengerti, Assalamualaikum." Aku pergi meninggalkannya, seketika air mata tumpah karena merasa kak Alwi telah mempermainkan peraturan Allah.
"Hana! tunggu!" Dia pun beranjak dari tempat duduknya. "Iya han aku mengerti, tapi aku tak mau kehilanganmu." Ia menendang keras bangku tersebut dengan penuh emosi. Abyan yang memperhatikan dari tadi merasa kasihan pada kakaknya, tapi disisi lain ia sangat mendukung keputusan Nia.
Abyan memotong arah jalan agar ia pura-pura tak sengaja bertemu dengan Nia. Sehingga mereka bertemu diantara lampu-lampu berwarna biru dan pink di area tersebut. Dari kejauhan hatinya sudah terenyuh ketika mendapati wanita yang amat ia cintai menangis duduk di kursi di tempat itu. Disitu juga dua anak kecil kembar bersama kedua orang tuannya.
"Assalamualaikum."
Aku mendongakkan kepala dan mengusap air mata di mata kiriku. "waalaikumussalam." Aku langsung berdiri dan menundukkan kepala lagi.
"Saya tahu apa yang terjadi tadi." Detik selanjutnya. "Duduklah tenangkan dirimu." Dia pun duduk dan aku menuruti untuk duduk.
Dia memberiku sehelai tisu "hapus dulu air matamu, baru kamu cerita pada saya." Aku mengernyitkan dahi dan menatap tisu itu, detik selanjutnya aku menatap wajahnya dan menerima tissu tersebut
"Syukron kak."
"Kamu boleh anggap saya sahabatmu Nia, kalau kamu mau. Dan untuk teater yang tadi saya lihat, mungkin kamu sedikit kecewa pada kakakku. Saya tahu kamu sangat tidak mau untuk berpacaran karena kamu sangat taat sama Allah, iya kan?" Kak abyan tergelak. "Tapi percayalah Nia, dia sangat mencintaimu." Lalu kak abyan tersenyum, aku hanya bisa melihat dari pinggir mendengarkan dia yang sedari tadi berbicara.
"Kak Alwi gak seharusnya dengan mudah menyatakan cinta dan mengajak seorang perempuan untuk berpacaran tanpa terlebih dahulu mengucapkan akad kak. Itu yang membuat Nia kecewa."
"Menyatakan perasaan itu adalah hal yang wajar. Bagaimana respon kitanya saja, kalau kita taat tidak akan menerima dengan mudah, kita bisa menjadi orang yang bijak. Tidak melukai ataupun dilukai seperti ini kan?. Kak Alwi belum bisa faham soal berpacaran dalam Islam."
Dari tadi kami berbincang tentang kak Alwi, tapi kenapa rasanya kak abyan tidak merasa cemburu ataupun marah, sepertinya dia sangat mendukung hubunganku dengan kak Alwi? Apa karena ia sudah benar-benar tidak mencintaiku? Semudah itukah dia melupakanku?. Ya Allah aku juga ingin seperti kak abyan yang mudah melepas cinta ini.
Aku terangguk-angguk dan mencoba tersenyum "iya kak, kakak benar jika kita mampu menjadi orang yang bijak, maka tidak akan ada yang melukai dan terlukai dalam hal perasaan. Terima kasih kak atas motivasinya."
Kak abyan hanya menjawabnya dengan senyum. Dan melirik jam tangan sport warna hitam yang melingkar di tangan kanannya "Sudah pukul 11. Om Wahid tadi berpesan kalau sudah jam segini kita harus segera ke area depan untuk pulang."
"Astaghfirullah iya aku lupa kak, kita cari dulu adik-adik kak."
"Mending kamu telpon atau chat mahar kek, adik-adik tadi kakak lihat sama mahar deh."
Aku pun mengirim pesan chat pada mahar
Dek, adik-adik sama kamu? Tadi kakak lupa ninggalin merekaMaharani Annisa
Iya kak, kakak dimana? Cepet ke area depan kita udah nunggu kakak sama kak abyan. Soalnya tinggal kalian yang blm ada disini. Udah malem kak kita pulang Jan pacaran Mulu😄😙Ihh siapa juga yang pacaran🙄 Oke kakak otw sana
Maharani Annisa
Hahah oke, cepet ya kak***
Mahar sudah tertidur pulas, tinggal aku yang tak bisa tidur. Mau sholat tahajud Pun Aku belum tidur sama sekali.
Aku membuka ponselku dan membuka galeri, melihat poto kebersamaan kita berempat di halaman samping rumahku. Aku yang di pinggir bergaya dua jari di pinggir pipi kananku, mahar yang bergaya tangan kanan di atas kepala, kak alwi yang bergaya tangan dilipat diatas dada, dan kak abyan dengan gaya sok kerennya. Melihat poto-Poto tersebut membuat hatiku semakin sakit. Pada saat berpoto itu kami sangat bahagia, tapi setelah aku melihatnya sekarang rasanya sakit. Aku mengusap poto di layar ponsel itu sembari air mata menetes perlahan.
"Andai saja moment ini terulang lagi. Dari hari itu aku lupa kalau aku mencintaimu kak. Aku ingin keluar dari cinta ini, aku yang teramat mencintai kak abyan dan kak Alwi yang mencintaiku. Aku tak ingin mencintai untuk melukai lagi." Aku menangis tanpa suara menahan sakitnya di dada ini.
Mungkin dengan cara aku mengaji beberapa halaman akan membuatku tenang dan segera tidur. Aku mengambil air wudhu lalu memakai mukena dan mulai mengaji tanpa ingin ada niat untuk kubaca ayat itu. yang kubaca kala itu
وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)Saat ku baca artinya, maa syaa Allah seperti ada charger yang baru saja mengengisi keimanan. Semakin semangat untuk aku terus taat pada Allah.
Usai mengaji hati ini semakin terasa tenang, aku jadi mulai menerima kejadian hari ini. Dia mencintaiku wajar. Allah tidak pernah melarang, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya saja.
Dan aku pun mulai mengerti jika tidak akan pernah ada kejadian melukai dan dilukai jika diri kita mampu menyikapi dengan bijaksana dan Tidak terjerumus pada hal yang dilarang Allah. Kembali lagi pada diri kita sendiri. Kita yang tentukan hati kita ingin melukai atau dilukai? Atau tidak ingin keduanya?
•••
Nantikan kelanjutannya cerita cinta mereka😋
Vote&comment
Syukron jazakumullah khairJangan lupa membaca Al-Qur'an 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Seharusnya
SpiritualCinta itu fitrah dan di dalam Islam diperbolehkan perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengo...