Percakapan merekapun telah usai, Nia segera kembali ke tempat duduknya, dan pura-pura memakan makanan sisanya.
"Maaf ya nunggu."
Nia hanya mengangguk padahal di pikirannya banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan. Apa maksud dari semua itu.
"Eumm kak?"
"Hmm?" Alwi mendongkak.
"Apa ada yang kakak sembunyikan dari aku?"
Alwi hanya terdiam, apa maksud dari Nia menanyakan itu. Apa tadi gadis itu mendengarkan percakapannya.
"Kak?" Nia menunggu jawaban alwi.
"Apa maksudmu menanyakan itu?, Sembunyikan? Apa maksudnya?."
Alwi merasa digeretak dengan pertanyaan Nia. Sedangkan Nia semakin curiga dengan tingkah Alwi.
"Sepertinya Nia harus pergi kak. Assalamualaikum."
Nia bergegas melangkah. Dia harus sesegera mungkin menyelidiki semuanya. Seperti misteri yang belum terpecahkan.
***
Assalamualaikum Dina, sepertinya kita harus bertemu sekarang, aku tunggu di Cafe Denis ya.
Dina M
Waalaikumussalam, ada apa Nia?
Aku pen cerita sesuatu sama kamu. Kamu bisa
Merekapun akhirnya bertemu di cafe tempat mereka bertemu.
"Ko aku makin gedek aja ya sama tukang ojek itu."
"Apa sih Dateng-dateng marah-marah gajelas." Ujar Nia dengan sinis.
"Loh kamu kenapa sih sebenarnya?" Tanya Dina yang tak bisa melihat sahabatnya seperti itu.
Nia terdiam sejenak, otaknya mengolah kata-kata yang pas untuk diutarakan.
"Kak alwi Din." Jawabnya dengan hembusan nafas gusar.
"Kenapa lagi sih sama si kakak tua itu?"
"Mahar kan masih sakit, tadi aku mau nyari makan. Ayah nyuruh makan bareng sama kak Alwi. Ya daripada aku kelaparan kan, aku ikutin aja deh kemauan ayahku. Kok kaya yang gak biasa gitu kan sikap kak Alwi tuh beda, kaya ada yang disembunyikan gitu. Aku coba ikutin dia yang lagi telponan sama temannya. Percakapan mereka kok ngebahas nama aku sama mahar, gimana gak curiga coba." Gadis itu menjelaskan secara rinci pada sahabatnya yang lemot. Dengan sabar Dina mendengarkan celotehan Nia dengan baik.
"Loh ko bisa? Apa maksudnya?" Tanya Dina sembari menggebrak meja. Sontak semua melirik kearah mereka.
"Yaelah.. sssttt..." Nia menutup bibirnya dengan jari telunjuknya.
"Kok bisa?" Tanya Dina yang memelankan suaranya.
Nia hanya menggeleng pelan. Dina semakin geram dengan Alwi.
"Tapi harusnya aku gak suudzon dulu. Mungkin nama kami yang sama." Pikirnya yang berusaha tidak memperkeruh keadaan.
"Iya bener juga. Kita gak boleh berpikiran negatif dulu, tapi kita juga jangan diem aja gini. Harus menyelidiki." Ujar Dina memberikan saran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Seharusnya
SpiritualCinta itu fitrah dan di dalam Islam diperbolehkan perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengo...