Entah Bagaimana Nanti

42 5 0
                                    


Plak!!!
Dia menamparku dengan keras

"Puas Lo? Dasar tukang ngadu lo!." Ucapnya yang tampak penuh emosi

Seketika pipi kiriku memerah dan rasanya panas sekali aku tutupi dengan tanganku

"Heh apa maksud lo nampar Nia? Udah gila emang lo ya."

Maya tersenyum kecut "Hhh emang adik kelas gak punya sopan santun."

Dina mulai tampak emosi dan langsung mendekat kearah kak Maya, kini jarak mereka hanya 10 cm. Terlihat mata Dina seperti singa yang ingin mengamuk.

"Lo mau gue sopan sama Lo hah? Lo gak sadar kalau lo gak ada sedikitpun menghargai adik kelas lo sendiri!" Ucap Dina dengan penuh emosi.

"Lo nantangin gue?!"

"Dina!! Stop Din stop!." Teriakku karena aku takut terjadi perkelahian.

"Diem Nia!" 2 detik kemudian
"Gue gak takut." Membalas pertanyaan kak maya.

Karena terlalu marah kak Maya mencekik leher Dina hingga Dina tersungkur dan tak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa memangap-mangapkan mulutnya.

"Ya Allah kak Maya udah kak, disini yang salah Nia bukan Dina kak Nia mohon hentikan! Kakak boleh marah sama Nia tapi jangan sama sahabat Nia kak." Sembari aku terus menarik narik tangan kak Maya yang terus menerus mencekik Dina.

Kak Maya tak mendengarkan ucapanku, aku berusaha teriak meminta tolong tapi para siswa yang berlalu lalang hanya melihat saja kemudian pergi karena ketakutan. Mereka tidak mau berhadapan dengan kak Maya.

Hingga pak parto dan mahar tiba menjemputku, dan melihat kejadian ini.

"Maa syaa Allah neng ini kenapa?"

"Pak Nia mohon tolong pak."

Mahar yang tak tahu apa-apa hanya melongo.

"Heh heh heh Eneng gak boleh kaya gitu neng stop! Mau saya panggil pak polisi kesini?." Pak parto menarik tangan kak Maya dan alhamdulillah tangan kak Maya berhasil terlepas dari leher Dina. Aku langsung memeluk Dina yang tengah terbatuk-batuk dan sedari tadi sudah mulai nampak air mata yang keluar karena menahan sakit.

Sembari ngos-ngosan dan menahan emosinya, kak Maya menatap tajam ke arahku.

"Eneng ini gimana sih, bagaimana kalau si Eneng itu kehabisan nafas. Eneng mau bertanggung jawab?"

"Biar sekalian dia mati!" Selang beberapa detik "INGET YA LO BERDUA, URUSAN KITA BELUM SELESAI" kemudian ia pergi meninggalkan kami.

"Ck ck ck Anak muda sekarang susah dibilangin."

"Dina, seharusnya kamu gak ngelawan dia biar aku aja Din. Kamu gak salah."

"Selama dia menjadi masalah buat kamu dia juga menjadi masalahku." Kemudian Dina batuk-batuk lagi.

"Mahar tolong ambilkan air di mobil ya."

"I-iya kak."

"Aduh neng, mau sekalian aja atuh dibawa kerumah sakit."

"Gak usah pak saya gak papa kok." Tolak halus Dina.

"Bener kata pak parto kamu ke rs atau klinik ya."

"Nggak usah Nia aku baik-baik aja liat aku sehat kan."

"Hmm susah emang kamu."

"Nih kak minumnya."

"Makasih ya dek." Dibalas dengan senyum manis dari mahar.
"Nih kamu minum dulu ya." Aku meminumkan air pada Dina

Setelah minum Dina berpamitan ingin pulang.
"Aku anterin kamu sampai rumah ya, mau ya."

Cinta Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang