Senjaku hampir tenggelam
Hampir menyisakan banyak kenangan,
Sama seperti dirimu yang menghilang, dan hanya menyisakan sebuah pertanyaan
Mungkinkah nanti Tuhan menakdirkan sebuah pertemuan?-Cinta yang Tak Seharusnya-
•••Terdengar pintu kamar gadis itu diketuk, buru-buru gadis itu meraih jilbab instan miliknya dan segera ia kenakan. Nia mendapati sosok wanita yang berbalut gamis merah maroon panjang lebar, jilbab panjang dan cadar yang menutupi wajahnya lengkap dengan barang bawaannya.
"Hilya? Maa syaa Allah." Lalu Nia mememeluk sahabatnya itu yang sudah lama tidak bertemu.
"Aku kangen banget sama kamu." Detik selanjutnya Nia melepas pelukannya.
"Hai, assalamualaikum cantik." Sapa hilya yang dibarengi senyum dari paras matanya.
"Waalaikumussalam, ayo masuk." Nia mempersilahkan sahabatnya itu untuk masuk dan duduk di sofa kamarnya.
"Nih aku bawain oleh-oleh dari ibu aku buat kamu." Hilya menyodorkan beberapa paper bag yang berisi beberapa benda.
"Apa ini?"
"Minggu lalu ibu aku ke Bali, jadinya dia beliin itu buat kamu. Kamu Kan suka pakaian syar'i yang warna-warna muda gitu kan. Nah si ibu aku keinget deh sama kamu, dibeliin deh."
"Alhamdulillah, makasih banyak ya. Sampein salam aku buat ibu. Repot-repot, ntar pasti aku pake Deh."
"Syukur deh kalo kamu suka." Hilya memperhatikan wajah Nia dia mengetahui jika sahabatnya itu sedang mempunyai masalah.
"Nia? Ikut aku yuk." Hilya beranjak dan menarik tangan kanan Nia.
"Kemana? Kamu Kan baru nyampe." Tanyanya heran.
"Ah pokonya ikut aja dulu, ntar juga pasti kamu tahu."
"Yaudah aku mau ganti baju dulu." Nia beranjak.
"Eh jangan, sebentar ko. Ayo." Mereka menuruni anak tangga lalu berpamitan pada ummi dan ayahnya Nia.
"Mau kemana sih kita hil?" Tanya nia lagi. Detik selanjutnya, "ini Kan udah sore."
"Karena sore makanya aku ajak kamu. Pokonya kamu tenang aja." Kata hilya yang tengah pokus mengendarai motor biru matic.
Nia hanya mengangguk saja.
Setelah beberapa belas menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang terdapat beberapa orang yang menaruh banyak harapan."Ini kemana sih?" Tanya Nia sembari memegang erat tangan hilya, karena sedari tadi Mata Nia ditutupi sehelai Kain oleh hilya.
"Pokonya jangan dilepas dulu ya, beberapa langkah lagi." Lima langkah telah mereka lewati.
"Nah sekarang kamu buka." Kata hilya.
Nia pun membuka penutup matanya. Ia melihat hilya sudah memegang Dua buah lampion cantik untuk siap diterbangkan. ada beberapa orang sedang menerbangkan lampion terbang, mereka terlihat bahagia.
"Apa ini? Maksud kamu?"
"Semua orang disini menaruh harapannya, atau hanya sekedar melepas kekesalannya. Selain mereka berdoa, mereka juga menerbangkan harapan mereka melalui lampion ini. Kamu mau kan menerbangkan semua harapan kamu agar harapan itu tidak kamu pendam sendiri?."
Dengan haru Nia mengangguk pelan dan tersenyum.
"Nih kamu pegang." Hilya menyerahkan Satu lampion tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Seharusnya
SpiritualCinta itu fitrah dan di dalam Islam diperbolehkan perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengo...