Tanda Tanya?

41 4 4
                                    

ْبِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

•••

Nia mendengar suara tangisan di balik pintu mahar saat dirinya melewati kamar mahar. Gadis itu mengetuk pintu kamar mahar.

"De, kamu kenapa?"

Mahar menangis dengan keras, membuat Nia sangat panik kala itu.

Nia terus mengetuk pintunya dengan keras. "De! Buka pintunya!" Titah Nia yang masih tak di turut mahar.

"Jangan buat kakak khawatir. Kamu kenapa? Kenapa menangis? Ada yang menyakitimu?" Kata Nia seraya terus mengetuk pintunya.

Suara tangisan itupun akhirnya hilang, tidak ada suara apapun lagi di kamar adiknya.

Hal itu membuat Nia menjadi sangat panik, adiknya belum sepenuhnya sembuh, psikologinya masih terganggu. Nia sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

"De, kamu gak macem-macem kan?. Kamu bertahan ya, kakak cari dulu kunci cadangan." Nia bergegas mengambil kunci cadangan itu di laci khusus kunci.

"Neng cari kunci apa?" Tanya Bu Imas yang datang dengan situasi yang pas.

"Bi, ayo Carikan kunci kamar mahar bi."

Imas segera mencarikan kunci tersebut di tumpukan kunci-kunci yang lain.

"Ini neng." Imas menyerahkan kunci tersebut pada nia.

Nia meraih kunci tersebut dan langsung melangkah dengan cepat menuju kamar mahar. Imas mengernyitkan dahinya sekejap, ia bingung kenapa anak majikannya itu sangat panik. Saat Imas mendengar suara teriakan dari gadis itu, ia pun segera masuk kedalam kamar mahar.

"Ya Allah neng mahar kenapa?"

Nia menangis melihat keadaan adiknya yang terbaring tak berdaya dilantai.
Gadis itu segera mendekap adiknya ia mencoba membangunkan mahar.

"Neng ini apa?" Imas menemukan air berwarna biru dalam botol yang jaraknya tak jauh dari kepala mahar.

Gadis itu meraih botol tersebut dan mencium isinya. "Bi, ini cairan pembersih lantai. Astaghfirullah jangan-jangan Ade minum ini bi."

"Kalo gitu kita harus cepat bawa neng mahar ke rumah sakit neng."

***

Nia mondar mandir penuh khawatir di depan pintu ruang IGD. Berkali-kali ia menghubungi ayahnya tidak pernah diangkat. Uminya pun sama bahkan handphone Marissa tidak aktif.

"Neng yang sabar ya." Imas mengelus lembut punggung Nia, Nia memeluk asisten rumah tangganya itu.

"Nia takut Ade kenapa-kenapa bi." Air matapun ikut luluh seketika.

"In syaa Allah ade kuat neng."

Hampir setengah jam, tim medis masih belum memberikan keterangan apapun soal mahar.

Ya Allah maafkan hamba yang tidak bisa menjaga adik hamba. Sembuhkanlah ia ya Allah. Hamba Sangat menyayanginya.

Cinta Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang