Maya Zennaya Kalbadri

61 9 0
                                    

Saat ini aku sudah kembali ke Indonesia. Aku kira liburan di Jepang selama satu Minggu akan menyenangkan dan aku bisa menikmatinya tapi ternyata mimpi itu sirna. Aku tidak bisa menikmatinya dengan senang, bayangan dua laki-laki itu kerap kali menjadi bayang-bayang semu untukku. Bukan karena aku terlalu memikirkan mereka tetapi setiap hari aku bertemu dengan mereka. Terlebih ketika aku bertemu dengan kak abyan saat disekolah, semakin ada rasa banyak penyesalan. Seolah aku telah menyakitinya.

Aku melamun sembari menggesekkan ujung pensilku diatas meja dengan pelan. Pikiranku kosong entah apa yang sedang aku pikirkan, yang jelas ini sangat mengganguku.

"Mau gak?" Dina menawarkan makan yang ia bawa. Aku tak merespon sama sekali karena.

"Nia, ngelamunin apa sih?" Ia terus mengunyah makanannya. Masih tak ku jawab.

"Weyyy!, Kesambet ya Lo." Dia memukul meja.

"Ish apa sih." Jawabku bete.
Lalu Dina minum karena ia kepedesan.

"Gimana sih rasanya ditolak cinta?" Tanyaku.

"Apa Nia? Kamu di tolak cinta? Sama siapa? Coba bilang! Coba bilang! Mana ada sih yang nolak cinta kamu. Secara ya, kamu kan cantik, baik, lemah lembut, ahh pokonya idaman semua kaum Adam deh." Dina berbicara dengan hebohnya membuatku berdecih kesal.

"Lebay! Pelan Napa ngomongnya, kamu ngomong tuh gak pake spasi apa?! Lagian mana ada sih aku nembak cowok."

"Terus?"

"Ya menurut kamu ditolak cinta itu gimana rasanya."

"Ibaratkan ni yah, cinta kamu hanya bertepuk sebelah tangan terus orang yang kamu cinta terang-terangan mengatakan kalau dia gak cinta sama kamu di hadapan orang banyak. Nah gimana rasanya?"

"Sakit, terus ya malu lah."

"Nah dia juga sama Nia."

Aku terdiam sejenak. Emang sih rasanya pasti seperti itu. Ahh kak Alwi kenapa sih

"Emang ada apa?"

"Kak Alwi nembak aku waktu di Jepang kemarin."

"Apa!. Terus kamu?"

"Ya aku tolak lah. Masa iya aku harus pacaran. Dan aku malah mencintai adiknya. Berarti aku sama-sama menyakiti kak Abyan dan kak Alwi. Aku gak mau itu, aku hanya ingin berteman baik dengan mereka. Walaupun takdir nanti berkata lain."

"Kamu benar Nia. Terus kak Alwi sekarang gimana?"

"Aku gak tahu Din, setelah malam itu ketika aku bertemu dengan kak Alwi rasanya seperti orang yang sama-sama baru saling mengenal, terlalu canggung. Dan ketika aku bertemu kak Biyan rasanya aku ingin tidak mau lagi bertemu dengannya. Aku tahu Din kak Abyan juga mencintaiku, dan aku juga tahu rasa hatinya ketika melihat kak Alwi menyatakan perasaannya sama aku Din, karena malam itu dia juga melihatnya."

"Heran sih gue, ko kamu bisa terperangkap sama cinta sih. Banyak banget yang suka sama kamu."

"Ahh gak banyak, kamunya aja yang lebay."

"Yeeh bener kok. Cara kamu sih udah bener. kamu bisa menjaga kesucian cinta sampai nanti. Ya kita doakan aja supaya kak Alwi bisa hijrah, cara dia ngajak pacaran itu salah."

Aku mengangguk sembari di dalam hati ikut mendoakan. Semoga harapan sesuai keinginan.

Cinta itu butuh keberanian untuk mengungkapkan, tapi bukan hal nafsu yang akan membawa kita kepada hal 'Pacaran'. Bukan, cinta tidak butuh itu. Cinta butuhkan sang Pencipta hadir di dalamnya. Dengan apa? Dengan cara kamu temui ayahnya untuk berjabat tangan mengucapkan janji dihadapan Allah dan diakhiri dengan kata 'sah' dari semua yang ada dan terakhir berjanji untuk sehidup sesyurga dengan keindahan cinta yang Allah hadirkan di dalamnya.

Cinta Yang Tak SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang