MP-2: Jatuh

6.3K 462 15
                                    

SESOSOK lelaki tinggi itu kini mengulurkan tangannya, berniat untuk membantu Bella berdiri. Tetapi Bella lebih memilih untuk bangun sendiri. Ia sekarang berdesis karna mengetahui bahwa rok seragamnya telah dipenuhi oleh lumpur akibat jatuh tadi.

Pandangan Bella kembali mengarah ke sosok itu. Jujur saja Bella tidak bisa melihat wajahnya secara full, karna lelaki itu memakai masker hingga hanya memperlihatkan mata beserta alis tebalnya saja.

"Lihat kan, rok saya jadi kotor gini!" tukas Bella kesal. Jika begini, bagaimana bisa ia berangkat ke sekolah? Tidak mungkin dengan keadaan yang kotor seperti ini, kan? Bisa-bisa ia ditertawakan oleh teman sekelasnya.

Lelaki itu tersenyum kecil. Ia bergerak satu langkah untuk lebih dekat dengan Bella. "Mau ditukar sama celana saya?" tawarnya kemudian.

Refleks Bella melirik ke arah celana pendek yang tengah di pakai oleh lelaki tersebut. Setelah tersadar, Bella langsung menggeleng cepat.

"Mana bisa!"

Mendengarnya membuat lelaki itu tertawa, sementara Bella sendiri malah mendengkus.

Bella mendongakkan wajahnya ke arah langit dan menyadari bahwa hujan telah reda. Dan tanpa menunggu lagi, Bella memilih untuk melangkah pergi dari sana sebelum tangannya ditahan oleh seseorang.

"Tunggu."

Secara otomatis Bella menoleh ke arah belakang dan mendapatkan bahwa lengannya telah ditahan oleh lelaki tadi.

"Kamu mau pergi sebelum mengetahui namaku?" tanyanya, disambut dengan raut wajah bingung dari Bella.

Bella menepis tangannya lalu menjawab, "Saya gak kenal ya, sama anda. Dan saya juga gak mau kenalan sama anda. Anda tau, gara-gara anda rok saya jadi kotor kayak gini!"

Setelah mengucapkan hal itu, Bella melenggang pergi dari sana tanpa menunggu jawaban dari lelaki itu.

Sosok yang tengah melihat Bella berjalan menjauh ini hanya bisa tersenyum tipis. Ia menghela nafas pelan seraya memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Ketemu," desisnya kemudian.

***

Bella mengubah langkahnya menjadi lari ketika ia melihat bahwa gerbang sekolahnya sebentar lagi akan ditutup.

"Pak, tunggu!" teriaknya pada penjaga gerbang yang kini sudah berhasil menutup gerbang tersebut secara total.

"Pak, tadi hujan, jadi saya telat!" ujar Bella lagi, berusaha membujuk satpam sekolahnya itu.

"Maaf, Neng. Tapi kamu udah telat lima menit, jadi Bapak tutup gerbangnya," jawab satpam.

"Pak ..." Bella merengek di tempatnya. "Bapak gak tau ya, saya tadi udah jatuh sampai rok saya jadi penuh lumpur kayak gini. Bapak ga kasian sama saya?"

"Bapak ga peduli, Neng," jawab satpam tersebut tanpa beban.

Bella mengaga lalu berdecak. "Pak, buka gerbangnya buat kali iniiii aja."

"Ga bisa, Neng. Kalau pun Bapak buka gerbangnya, Neng pasti udah telat masuk ke kelas. Ujung-ujungnya di hukum juga sama guru," jelas satpam tersebut seraya duduk di sebuah kursi plastik yang tersedia di sana, lalu menyeruput kopi di tangannya.

"Tapi pak---eh!" Ucapan Bella terpotong ketika tangannya tiba-tiba di tarik ke belakang.

"Alex?" Bella terkejut ketika ia mengetahui siapa pelakunya.

Alex--cowok yang menyampirkan jaket di salah satu pundaknya, dengan gaya rambut yang bergaya 'brandalan' itu sekarang tersenyum menatap Bella. "Bolos aja," celetuknya kemudian.

Bella mendengkus. "Enak aja! Aku bukan kamu, ya!"

Saat Bella hendak kembali mendekati gerbang, Alex lebih dulu menahan tas gadis itu hingga langkahnya berhasil tertahan.

"Bolos aja, Bel. Gue juga sama telat kayak lo. Jadi entar kalo kita dihukum, bisa bareng-bareng."

Bella berdecak lalu melepaskan pegangan Alex di tasnya. "Aku udah bilang ya, kalo aku itu bukan kamu! Aku masih peduli sama nilai aku. Aku gak mau dapet alfa!" balasnya.

Alex bergumam. "Gue aja yang banyak bolos, kalo ulangan selalu dapat nilai gede," sindirnya, membuat Bella jadi memanas.

Inilah hal yang tidak di mengerti oleh Bella. Alex--teman sekelasnya ini, yang sudah di cap sebagai badboy di sekolahnya itu, selalu saja mendapat nilai yang tinggi-tinggi. Sementara Bella, yang notebennya tidak pernah absen di kelasnya, mentok-mentok dapat nilai tertinggi itu hanya 75. Untung saja masih berada di nilai kkm. Jika tidak, mungkin rapot Bella sudah banyak yang tercoret merah.

"Rahasianya apa sih? Kok kamu bisa pinter banget. Nyontek ya?"

Alex terkekeh kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Bella. "Nyontek bukan gaya gue. Yang ada, temen gue yang nyontek sama gue. Lo juga pernah kan, niron PR gue?"

Bella berdesis. "Soal itu jangan di ungkit-ungkit lagi! Kamu tau sendiri kalo waktu itu aku lupa kalo ada PR!"

Alex tertawa, lagi. "Iya, deh. Tapi kali ini absen sekali aja gapapa lah. Nanti gue ajarin lo sampai pinter, deh!"

Bella terdiam sesaat. Ia sedikit takut jika nanti ibunya tahu jika dirinya bolos, lalu memarahinya lagi. Tetapi kesempatan yang ditawarkan oleh Alex ... cukup menggiurkan. Di tambah Bella memang membutuhkan pendamping untuk membantunya menaikkan semua nilai-nilainya. "Beneran? Kamu mau
ngajarin aku? Sampe pinter?"

Alex mengangguk kecil seraya tersenyum. "Tapi lo harus nemenin gue dulu," jawabnya, seraya naik ke atas motor dan memakai helmnya kembali.

"Nemenin ke mana?"

Alex menyodorkan jaketnya kepada Bella dan berkata, "Pake dulu jaket gue buat nutupin rok lo yang kotor."

"E--gapapa nih?" tanya Bella ragu.

"Gapapa. Cepet naik!" Alex mulai menghidupkan motornya hingga membuat Bella dengan cepat melilitkan jaket yang diberikan oleh Alex di pinggangnya.

"Tapi mau ke mana dulu?" tanya Bella sambil naik ke jok belakang motor Alex.

"Anter gue ke toko buku. Lo butuh banyak buku buat berilmu."

__________________________________

Mermaid Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang