HARI sudah berganti menjadi malam. Walaupun begitu, keadaan di Aerist Kingdom masih terlihat cerah sama seperti saat di siang hari. Hal ini dikarenakan pantulan-pantulan cahaya yang berasal dari beberapa berlian yang terpajang di dinding-dinding istana, hingga membuat keadaan di dalam gedung kerajaan ini tidak gelap lagi karena malam.
Bella saat ini nampak duduk di ranjangnya. Tangan lentiknya mengusap lengannya yang sedikit memar akibat hentakan yang dilakukan oleh Alex kepadanya waktu itu. Dengan ini Bella jadi penasaran, apa yang membuat Alex menjadi semarah itu. Karena tidak mungkin Alex marah sebesar itu tanpa alasan yang jelas.
Sedang asyik melamun, pintu kamar terlihat terbuka secara perlahan, menampilkan Justin yang kini mulai berenang mendekatinya. Tanpa ekspresi, merman itu duduk di samping Bella kemudian meraih lengan gadis tersebut dengan lembut.
"Masih sakit?" tanyanya kemudian.
Sementara Bella hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. "Sedikit."
Justin lalu bangkit dari duduknya seraya berkata, "Aku akan memanggilkan tabib istana untuk mengobati lukamu. Sebentar."
Saat Justin hendak beranjak pergi dari sana, Bella dengan cepat menahan tangannya.
"Tidak perlu. Ini hanya luka memar saja, Jus. Aku baik-baik saja," jelas Bella.
"Tapi--"
"Aku ingin berbicara denganmu. Jadi ... tetaplah disini," sela Bella yang sukses membuat Justin kembali duduk di sampingnya.
"Kamu ingin mengatakan kepadaku tentang jawabanmu atas pertanyaanku siang tadi?"
Bella bergumam. Dengan sedikit ragu, ia menganggukkan kepalanya. "Aku memutuskan untuk tetap tinggal disini."
Ucapan Bella berhasil membuat mata Justin seketika melebar. "Kamu serius?"
Bella mengangguk. "Kembali ke daratan juga tidak akan membuatku menjadi lebih baik, Jus. Jadi aku memutuskan untuk tetap tinggal disini. Setidaknya disini aku bisa berguna."
Justin terdiam sesaat. Tidak tau harus memberikan reaksi apa untuk membalas pernyataan dari Bella. Tapi sungguh, Justin sangat bahagia ketika ia tahu bahwa Bella lebih memilih untuk tetap tinggal disini.
"Kamu yakin?"
Bella mengangguk yakin. Hal tersebut membuat senyuman Justin mengembang sempurna. "Benarkah?" tanyanya lagi, yang malah membuat Bella mengerlingkan matanya dengan malas.
"Iyaa, Justin," jawab Bella kemudian.
Dan di saat itulah, Justin menarik tubuh mungil Bella ke dalam dekapannya. Bella yang tiba-tiba diperlakukan seperti itu tentu saja kaget. Apalagi badan kekar milik Justin membuat Bella sekarang merasakan sesak.
'Terimakasih, terimakasih, Bella!" seru Justin yang nampak sangat bahagia. Pelukannya pada tubuh Bella bahkan semakin ia eratkan.
"J--jus, aku tidak bisa bernafas," cicit Bella, sukses membuat Justin secara refleks melepaskan pelukannya.
Justin tertawa kecil. "Maaf, Bella. Aku terlalu senang karna mengetahui bahwa kamu memilih untuk tetap tinggal di sini."
Senyuman Bella mengembang. Melihat Justin sekarang, membuat Bella jadi berpikir bahwa dirinya sudah mengambil keputusan yang tepat. Lagian, sejauh ini ternyata Justin bukanlah sesosok yang seburuk Bella pikirkan sebelumnya. Memikirkan hal tersebut, Bella jadi teringat sesuatu.
"Justin," panggil Bella.
Justin yang dipanggil seperti itu, sontak membalas, "Kenapa?"
"Apa ... aku bisa menemui dewa laut? Aku mempercayaimu, tapi ... aku ingin berhadapan langsung dengannya dan membuktikan kebenarannya secara langsung," balas Bella.
Justin yang mendengarnya sempat terdiam beberapa saat. Kemudian, lelaki tampan ini mengangguk kecil dan menjawab, "Kamu bisa menemuinya, Bella. Tapi tidak untuk sekarang."
"Kenapa?"
Justin bergumam. "Aku ingin menyelesaikan masalahku dulu bersama Alex. Selagi dia masih ada di sini." Justin menghela nafasnya sesaat kemudian melanjutkan kembali ucapannya. "Rasanya kami sudah lama berada di dalam situasi yang tidak nyaman ini. Aku ingin segera memperbaikinya," lanjut Justin.
Bella tertegun mendengarnya. Jujur, ia sedikit kagum ketika Justin berkata seperti itu. Pasalnya, bukan kah Alex sempat menyerang kerajaannya? Tapi kenapa Justin malah ingin menjalin hubungan yang baik dengannya?
"Aku jadi penasaran, kenapa kalian bisa bertengkar seperti sekarang. Bukankah waktu dulu--katamu, kalian berdua berteman?"
Justin mengangguk kecil. "Iya, saat kami kecil, aku dan Alex berteman cukup dekat."
"Lalu?" sahut Bella.
Justin memalingkan wajahnya ke arah lain. Merman ini nampak tengah mengingat-ingat sebuah kejadian di masa lalu. "Masing-masing dari kami di angkat menjadi pemimpin baru di kerajaan kami. Di saat itu ... dewa laut juga langsung menentukan siapa pasangan kami," ujar Justin.
Perlahan, Justin kembali membalas tatapan Bella. Namun kini dengan lebih intens. "Dan dewa laut memilihmu untuk menjadi pendampingku," lanjut Justin pelan, membuat Bella refleks bersemu.
"Bagaimana?"
Justin tersenyum kecil seraya sedikit memiringkan wajahnya. "Dia menggunakan sihirnya untuk memperlihatkanmu yang masih berada di daratan sana. Aku sangat ingat saat pertama kali melihatmu, kamu masih berusia tujuh tahun," balas Justin.
Mata Bella sontak membelalak. "Tujuh tahun? Berarti ... kamu sudah mengamatiku di sini dari sejak aku berumur tujuh tahun?"
"Iya." Justin mengangguk sebagai jawaban. "Waktu itu kamu sedang bermain boneka bersama Aurel dengan rambut yang diikat dua. Sangat lucu."
Bella semakin merasakan bahwa pipinya kini mulai memanas. Sementara Justin masih menatapnya dengan tatapan geli.
Dengan sedikit gugup, Bella berdehem. "Lalu bagaimana dengan Alex?" tanyanya kemudian, sukses mengubah raut wajah Justin seketika.
"Dewa laut juga menjodohkannya dengan seorang gadis. Gadis itu juga dari bangsa mermaid, jadi Alex bisa bertemu dengannya setiap saat," lanjut Justin.
"Waktu itu aku sangat iri kepadanya, karena Alex bisa bertemu dengan mate nya setiap hari. Sementara aku ..." Justin terdiam beberapa saat, membuat Bella menunggu ucapannya yang selanjutnya. "Aku yang dulu masih berusia sepuluh tahun, belum berani mengubah ekorku menjadi sepasang kaki untuk menemuimu," sambungnya.
Bella yang mendengarnya hanya bisa terdiam. Ia menunggu Justin melanjutkan ceritanya.
"Dulu aku sangat iri kepada Alex, karena dia benar-benar seakan memamerkan keberadaan mate nya itu. Mereka sering bermain bersama di hadapanku. Kamu tidak akan tau betapa panasnya aku saat melihat mereka waktu itu," gerutu Justin, menampilkan raut wajah kesal. Sementara Bella yang melihatnya hanya bisa menahan senyum.
"Hingga suatu hari, gadis itu terkena sebuah penyakit yang cukup parah. Orang tua Alex berjuang dengan segala cara untuk menyembuhkan gadis itu. Tapi sayang, nyawanya tidak tertolong. Gadis itu meninggal di usia yang ke sepuluh tahun," jelas Justin lagi.
Mendengar hal tersebut, Bella terdiam di tempatnya. Ia cukup shock dengan akhir dari kisah yang diceritakan oleh Justin. Pasalnya, Bella sama sekali tidak tahu asal-usul kehidupan Alex di masa lalu.
"Kejadian tersebut membuat Alex yang masih berusia tiga belas tahun itu menjadi marah. Ia memberontak. Dirinya menjadi sering mengurung dirinya sendiri di kamarnya. Dan dari sana lah, pertemanan aku dengannya menjadi sedikit renggang."
Justin membenarkan posisi duduknya agar bisa lebih menghadap ke arah Bella. "Tidak lama setelah itu, aku mendengar bahwa Alex kabur dari kerajaannya dan pergi ke daratan. Dan di saat itu juga, aku tahu bahwa tujuan Alex untuk pergi ke daratan adalah ..."
Tatapan Justin meneduh. Ia mengangkat salah satu tangannya untuk menyentuh pipi Bella dengan lembut.
"... untuk merebutmu dariku, Bella," lanjut Justin kemudian.
_______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid Princess [END]
Fantasy[Fantasy-Romance] Kedatangan sesosok Pria tampan di kehidupannya, membuat semua pertanyaan yang selama ini terpendam di benak Bella, akhirnya satu demi satu mulai terungkap. Dari kejadian-kejadian gila yang diluar naluri, hingga kebenaran-kebenaran...