BRAK
Justin menutup pintu kamar dengan cukup keras. Hal tersebut membuat Bella yang awalnya didorong masuk oleh Justin untuk masuk ke dalam ruangan tersebut, langsung saja berenang cepat mendekati kasur---meraih sebuah bantal kemudian memposisikannya tepat di depan dada.
Hal ini membuat Bella tersadar, bahwa yang diucapkan oleh Alex dulu benar adanya.
Justin itu berbahaya.
"Apa yang akan kamu lakukan!" teriak Bella yang sudah ketakutan.
Sementara Justin hanya tersenyum kecil. "Aku tidak menyangka bahwa dia akan semenggemaskan ini," desisnya kemudian.
Justin kini berbalik untuk menatap Bella yang terlihat sudah dengan posisi siap siaga. Dirinya berhasil membuat gadis itu benar-benar ketakutan.
"Kamu benar-benar takut dengan ucapanku tadi?" tanya Justin, menahan senyumannya.
Bella mengerlingkan matanya dengan kesal. Sungguh, detak jantungnya sudah tidak terkontrol lagi sejak tadi. Justin sukses membuat Bella memikirkan hal-hal buruk.
"JANGAN MENDEKAT!" teriak Bella cepat ketika ia melihat Justin hendak berenang mendekatinya.
Justin yang mendengarnya, refleks berhenti. "Kamu bilang, kamu ingin mendengar semua jawabanku tadi, kan?"
"Ya ..." Bella gelagapan. Pipinya mulai memerah. "Ya di situ aja! Jangan deket-deket!" lanjutnya kemudian.
"Kenapa?"
"Ya jangan aja!" balas Bella kesal.
Sekarang Justin bergumam. "Kalo jaraknya sejauh ini, kamu tidak akan mendengar ucapan saya."
Bella yang masih memasang ekspresi kesalnya ini, sekarang memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ya intinya jangan deket-deket!" gerutunya seraya tidak ingin bertatapan dengan Justin lagi. Terlihat jelas bahwa gadis itu masih canggung dengan kehadiran Justin.
Berbeda halnya dengan Justin yang kini menghela nafas panjang. Merman berparas tampan ini menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Baiklah. Sekarang harus kumulai dari mana?"
"M--mulai apa maksudnya?" balas Bella tergagap. Sialnya, pertanyaan Justi tadi malah terdengar ambigu di telinga Bella.
"Kemesumanku."
"HEH!" Bella sontak bangkit dari posisinya seraya melotot ke arah Justin. Hal tersebut sukses membuat lelaki itu tertawa di tempatnya.
"Maksudku, harus mulai dari mana aku menjawab semua pertanyaanmu, sweety," kekeh Justin di sela-sela tawanya. Entah kenapa melihat respon Bella tadi, terlihat sangat menggemaskan di matanya.
Pipi Bella sudah benar-benar memerah sekarang. Nampaknya, terlalu lama bersama dengan Justin itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Ng, kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Bella, memulai pertanyaannya.
"Aku yang membawamu," jawab Justin begitu saja. Tidak ada sedikit penyesalan yang telihat di wajah tampannya.
"Kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Bella lagi, mulai antusias dengan topik pembicaraannya.
Justin bergumam, seakan tengah menimang-nimang sesuatu. "Karna aku ingin kamu ada di sini," jawabnya.
"Kenapa? Kenapa harus aku?"
Kali ini Justin sedikit menyipitkan matanya. Ia melihat ke arah Bella dengan tatapan mendalam. "Karna takdir memang memilihmu."
Bella berdecak. Ia kembali memasang raut wajah kesal. "Jawaban itu tidak membantu. Tolong jelaskan yang sebenarnya, Jus!"
Justin tertawa kecil. Ia sedikit memiringkan wajahnya dan menatap Bella seraya menarik salah satu sudut bibirnya. "Aku akan menjelaskan semuanya, jika kamu membiarkanku untuk mendekatimu."
"Tidak!" balas Bella tanpa ragu.
"Baiklah." Justin menegakkan posisinya sambil mengangguk sekali. "Baiklah jika begitu. Aku tidak akan menceritakan kebenarannya sampai kapan pun," balasnya yang berhasil membuat mata Bella terbelalak.
"Mana bisa gitu!"
"Bisalah."
"Itu gak adil!" balas Bella tidak terima.
"Adil kalo buat saya," jawab Justin, membuat Bella semakin kesal.
Alhasil, Bella dengan terpaksa berenang mendekati Justin namun masih memberi jarak di antara keduanya.
"Sekarang jelaskan semuanya!" tukas Bella.
Setelah merasa cukup, Justin tersenyum puas lalu mengikis lagi jarak di antara dirinya dengan Bella.
"Sebelum itu ... akun ingin memberitahumu sebuah kebenaran."
"Kebenaran apa?" tanya Bella cepat.
Justin terdiam sesaat, membuat Bella dengan tidak sabarnya harus menunggu. Kemudian, Justin mengangkat salah satu tangannya seraya memperlihatkan kalung yang di ambilnya dari Bella.
Saat Bella hendak memprotes, Justin lebih dulu menyela.
"Aku sebenarnya adalah seorang raja," ujar Justin, membuat Bella terdiam.
"Dan kamu ...
adalah Ratuku."
__________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid Princess [END]
Fantasía[Fantasy-Romance] Kedatangan sesosok Pria tampan di kehidupannya, membuat semua pertanyaan yang selama ini terpendam di benak Bella, akhirnya satu demi satu mulai terungkap. Dari kejadian-kejadian gila yang diluar naluri, hingga kebenaran-kebenaran...