Ice Cream

7.6K 482 3
                                    

Misi menangkap buronan, sudah berjalan sejak satu jam  lalu. Waktu yang diperlukan mungkin cukup lama, karena mereka harus memasuki kawasan hotel tanpa membuat para pengunjung panik. Para anggota agen rahasia, telah menempati posisis mereka masing-masing, dengan earphone yang terpasang di telinga mereka untuk memudahkan komunikasi.

Jika ke enam member mendapat tugas di kawasan hotel, lain halnya dengan Jimin yang ditugaskan di kedai es cream. Bahkan pemuda itu tak habis-habisnya menghela napas saat antrian dipenuhi oleh anak-anak dengan balon di tangan meraka.

Jimin sesekali menatap para anak yang berlarian kesana kemari membawa ice cream coklat mereka, sungguh menyenangkan melihat hal itu ketika  masa kecilnya terlalui dengan begitu buruk.

Setidaknya dengan melihat anak-anak Jimin tak begitu keberatan mengantri di depan kasir, walaupun sesekali balon di tangan mereka harus mengenai wajahnya.

"Hyung!"  Panggilan yang begitu memekakan telinga Jimin. Spontan pemuda itu memenggang telinganya yang terasa berdenging. Sialan memang buntalan kelinci yang memanggilnya tanpa perasaan.

"Aish, tidak bisakah kau mengecilkan volume suaramu? Aku tidak tuli Jeon, dan earphoon ku masih berfungsi dengan baik." Jimin begitu merasa kesal, namun ia tetap berusaha untuk tetap berbisik. Ia tidak mau jika sampai anak-anak di sekitarnya merasa terganggu apalagi sampai ketakutan. Menggingat ia saat ini sedang berada di kedai ice krim dengan pelanggan mayoritas anak-anak. Bisa-bisa ia mendapat lemparas sepatu oleh para ibu yang tak terima.

"Hehehe...... mianhae hyung, kami semua telah menyelesaikan misi. Sekarang giliranmu menjalankan misi." Ucapan Jungkook yang begitu menyindir. Namun Jimin hanya pasrah, memang benar misinya hanya membeli ice cream untuk member lain. Secarik kertas kusam berisikan enam macam ice cream yang sedari tadi Jimin genggam, beruntung saja tinta kertas itu tidak pudar karena tangan Jimin yang mulai berkeringat.

Helaan napas panjang Jimin berikan saat berusaha mengingat pesanan para member yang kelewat unik. Setelah membayar Jimin beranjak meninggalkan kedai, untuk menuju lokasi yang telah disepakati bersama dalam rangka menikmati ice cream. Jangan sampai ice cream nya meleleh dan para member memintanya untuk kembali memesan yang baru. Dapat dipastikan jika member mendapat misi berturut-turut Jimin akan jatuh miskin.

***

Setelah beberapa kali menangani berbagai kasus, kini para member 007 dapat menikmati akhir pekan mereka dengan tenang. Berbagai rencana perjalanan mereka diskusikan, walaupu berakhir dengan perdebatan dan Seokji yang menengahi dengan ancaman akan membatalkan liburan berharga mereka. Mungkin itu tak berpengaruh pada Yoongi, namun bagi yang lain terasa begitu menyebalkan.

"Hyung cepatlah, aku sudah tidak sabar untuk berlibur!" Teriakan si bungsu membuat seisi rumah kalang kabut. Tuan Kim sebagai kepala keluarga hanya dapat menggelengkan kepala, melihat kelakuan ke 6 putranya. Mengapa hanya 6? Kerena seorang putra yang lain memilih untuk tidur, siapa lagi jika bukan Yoongi.

Liburan bagi Yoongi adalah dapat berbarisng sepanjang hari di kasur empuknya tanpa gangguan para iblis kecil itu.

"Kalian berangkatlah terlebih dahulu nanti hyung menyusul." Seokjin sebagai yang tertua berusaha memecah keributan. Karena sedari tadi Jungkook terus saja membuat keadaan semakin kacau. Apalagi Seokjin belum selesai membuat bekal untuk adik-adiknya. Jungkook yang berkeliling rumah dan menarik-narik ujung pakaian Seokjin.

"Seokjin hyung benar kalian berangkat saja terlebih dahulu, aku masih ingin mengambil barang di markas, sekalian menunggu Seokjin hyung" Namjoon menambahkan. Tanpa perintah lagi Jungkook, Taehyung dan Hoseok segera melesat pergi menuju pantai. Tinggalah Seokjin, Namjoon dan Jimin. Pemuda Park itu tengah membaringkan dirinya di sofa dengan tangan sibuk memegang ponselnya.

"Mengapa kau tidak berangkat bersama mereka Jim?" Tanya Namjoon pada adiknya yang masih duduk di sofa, Jimin yang merasa sang kakak menatapnya hanya melirik sekilas sembari menggidikkan bahu.

"Aku hanya ingin berangkat bersama kalian, aku sedang tidak ingin mendengar celotehan Jungkook." Jawaban yang begitu masuk akal, siapapun tak tahan dengan tingkah Jungkook yang terlebih energi.

Setengah jam dihabiskan untuk menyiapkan bekal, Namjoon juga sudah kembali dari markas untuk mengambil barangnya. Sekilas info walaupun mereka bertujuh tinggal dirumah yang sama, mereka juga memiliki markas rahasia untuk beristirahat dan senang-senang. Sebenarnya tempat itu digunakan menyimpat senjata api dan beberapa berkas kasus mereka, tetepi karena ulah tiga anak bungsu tempat itu seakan menjadi perkemahan musim panas.

Ketiga pemuda itu baru saja melangkahkan kaki keluar dari kediaman mereka. Sampai sebuah seruan menghentikan langkah mereka.

"Tunggu sebentar" Tuan Kim nampak berlari kecil dari dalam rumah sembari membawa ponselnya, nampaknya baru saja ada panggilan penting.

"Apakah ada masalah appa?" Jimin mebuka suara dan segera mendekati sang ayah, dengan tangan membenahi posisi ransel yang ia bawa.

"Ada misi penting, untuk kalian." Tuan Kim, menatap tiga putranya dengan rasa bersalah karena merenggut liburan mereka.

"Ah begitu, kalau begitu kami bertiga saja yang berangkat" usulan Namjoon dibalas dengan anggukan oleh Jimin dan Seokjin, bukan masalah bagi mereka untuk menjalankan misi, tiga member yang lain terlanjur pergi dan Namjoon merasa Jungkook pasti akan kecewa.

"Kalian yakin?" Tuan Kim berusaha meyakinkan, ia masih merasa tak enak hati jika rencana liburan ini akan berakhir sia-sia.

"Tentu." Jawab ketiga pemuda  tersebut serentak. Ketiganya juga tak ada niat untuk mengajak serta Yoongi, karena sudah pasti Pemuda Min itu sudah menjelajahi dunia mimpinya yang berharga.

***
Kini ketiga pemuda tersebut tengah sersembunyi di samping sebuah mansion, mereka berusaja menyusun rencana untuk masuk kedalam mansion tersebut. Sedikit sulit sebab jaringan mereka tak dapat menjelajah isi mansion itu.

Setelah perundingan dan rencana yang matang, Seokjin lah yang harus masuk dan menyergap buronan tersebut. Jimin sebagai Snapper berjaga di luar mansion, sementara Namjoon bersembunyi di balik pepohonan dengan terus memantau kedua member yang lain. Ia disibukkan dengan laptop di pangkuannya, ia masih berusaha mencari CCTV di daerah itu.

Pada awalnya misi berjalan sesuai rencana, sampai sebuah ledakan terdengar dari dalam mansion. Jimin dan Namjoon tentusaja terkejut. Terutama Namjoon bagaimana bisa, ia tidak mengetahui ada bom didalam. Ia begitu merutuki kecerobohanya.

Tak ada yang dapat mereka lakukan sampai Namjoon dapat memastikan jika tak ada potensi ledakan susulan. Setelah memastikan kondisi aman dan tidak ada ledakan untuk kedua kalinya Namjoon memerintahkan Jimin untuk masuk dan menolong Seokjin, tak ada yang tau bagaimana kondisi Pemuda Kim itu didalam

Tanpa menunggu pengulangan, Jimin segera melesat masuk.
"Hyung..., Seokjin hyung....! Apakah kau mendengarku!" Teriakan Jimin menggema di seluruh mansion. Jimin benar benar harus memekakan telinganya. Sampai sebuah suara ketukan membawa Jimin kearah titik terang, berharap itu adalah Seokjin.




"Astaga hyung!"

"Astaga hyung!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SuspiciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang