"Enyahlah kau Kim Taehyung!" Pekikan Jungkook membuat Taehyung menatap pemuda itu sinis.
"Yak.......jaga ucapanmu!" Taehyung berteriak kesal, Ia kesal dan bangkit mendekati Jungkook yang tak kalah sinisnya.
"Wae apakah kau tak suka?" Tantang Jungkook dengan mengacungkan tangannya, bahakan kini Taehyung menggulung lengan bajunya siap berkelahi dengan kelinci di hadapannya itu.
"Aish......jinja."
Jimin bangkit dari duduknya ia nampak gusar dengan kelakuan Jungkook dan Taehyung yang terus berdebat.
"Kalian berdua sama saja!" Jimin menatap kedua adiknya tajam dan berlalu meninggalkan mereka. Waktu bersantainya kacau begitu saja setelah kedatangan kedua pembuat onar itu, tidak bisakah Jimin meninkmati harinya dengan tenang sebentar saja, selalu ada saja yang menjadi perdebatan diantara keduanya.
"Jiminie....." Rengek Taehyung dengan memberikan wajah bersalahnya, tetapi kesalahan besar jika ia beranggapan Jimin akan luluh.
"Chimmy hyung........"Kini giliran Jungkook yang berusaha menahan Jimin, tetapi lagi-lagi Jimin menolaknya jangankan berhenti pemuda itu bahkan tak menoleh ke arah keduanya.
Jungkook dan Taehyung berusaha merayu Jimin. Namun hal itu tidak mempan sama sekali. Tidak dapat merayu Jimin mereka melanjutkannya dengan adu argumen. Mulai dari saling menyalahkan hingga melempar katahinaan satu sama lin sudah keduanya tempuh
Sampai........
"Argh........hyung." Taehyung mengusap kepalanya yang dihadiahi lemparan dari Yoongi, sebuah bantal mendarat di kepala pemuda itu dengan lancarnya
"Sekali lagi kalian berisik, kupastikan akan ada sesaji di foto kalian." Pekik Yoongi geram dari lantai atas, tak hanya Jimin bahkan Yoongi pun tak tahan dengan kelakuan keduanya.
"Tapi hyung........"
Belum sampai Jungkook menyelesaikan argumennya, Yoongi kembali menatap keduanya geram.
"Haruskah ku ambil pistolku?"
***
Disebuah ruangan sempit debu tebal mulai menumpuk, sungguh tak ada niat untuk membersihkan tempat itu agar lebih layak ditempati. Barang yang menumpuk di sudut ruangan menambah kesan kumuh disana.Meja kayu yang paling nampak bersih disana, menandakan tempat itulah yang paling sering digunakan.
Seorang pria paruh baya terdapat didalam ruangan itu dengan rokok yang mengepul di mulutnya. Beberapa botol minuman juga berserakan di dekat meja, entah kapan ia akan membereskan semuanya. Mungkin nanti atau tidak sama sekali.
"Tu...tuan." seorang pria yang baru saja masuk nampak memasang wajah cemas, pakaian rapi yang ia kenakan nampak tak cocok untuk berada di tempat seperti ini.
"Ada apa?" Pria paruh baya itu menatap anak buahnya yang baru saja tiba, ia meletakkan rokoknya dan membenahi posisi menghadap pria yang tengah membungkukkan badanya.
"Misi kita gagal. Orang yang kita minta untuk menculik anak-anak, ia telah tewas kerena jatuh kejurang. Saat mencoba melarikan diri kakinya ditembak oleh polisi." Suara yang bergetar penuh ketakutan, seperti ia yang baru saja melakukan kesalahan besar yang menyebabkan gagalnya misi ini.
"Hah.......berani sekali polisi itu. Aku harus memberi pelajaran pada mereka." Pria paruh baya itu berjalan mendekati jendela, tangannya membuka pengunci jendela dan membuat jendela itu terbuka membawa angin memasuki ruangan.
"Se.....sebenarnya bukan polisi yang menangkap mereka. Tetapi sebuah kelompok khusus yang diminta untuk menangkap. Dan mereka bukan dari kepolisian."Pernyataan itu membuat pria paruh baya itu berbalik dengan senyum tipis di bibirnya.
"Begitukah, lalu siapa mereka?"
"Setahuku mereka beranggotakan tujuh orang, selain itu saya tidak tau lagi. Kelompok mereka bekerja dengan sangat baik, itu yang saya dengar."
"Mereka tidak tau, siapa lawan mereka."
"Tuan apa rencana anda?" Pria ber pakaian rapi itu mendekat, ia berusaha mengetahui rencana selanjutnya.
"Cari informasi tentang mereka sebanyak-banyaknya."
"Ba......baik"
Setelah anak buahnya beranjak dari ruangan. Pria paruh baya itu kembali menghisap rokoknya. Namun tak lama ia berteriak dan melempar beberapa barang ditempatnya. Raut wajahnya mencerminkan amarah. Bagaimanapun rencananya menjadi hancur karena perbuatan para berandal itu.
"Kalian akan menyesali hal ini. Bermain dengan Jun Pyo, buakan pilihan yang tepat." Pria paruh baya itu menunjukkan senyum liciknya. Dengan bermain belati yang ada ditangannya.
***
Hari ini terjadi perdebatan panjang antara Jungkook dan Taehyung, guna memutuskan siapa yang akan mengantar Jimin ke rumah sakit. Karena, hari ini Jimin akan melakukan kontrol terakhirnya. BUkan kali ini saja, mereka bahkan selalu berdebat mengenai hal-hal kecil yang sebenarnya tak layak untuk digunakan beradu mulut."Aku yang akan mengantar Jimin hyung."Jungkook dengan kunci mobilnya sudah siap membawa Jimin hari ini.
"Hei kelinci, kau sudah mengantar Jimin pekan lalu sekarang giliranku." Taehyung yang sedari tadi tak mau mengalah merebut kunci dari tangan Jungkook.
"Tidak bisa, aku sudah mendapat persetujuan Jimin hyung kemarin." Jungkook tetap bersikeras, hingga terjadi perebutan kunci mobil di antara keduanya, tak ada seorang pun yang mau mengelah.
"Aku akan berangkat sendiri saja." Jimin bangkit dari atas sofa dan berniat untuk pergi, ini tak akan selesai dengan mudah dengan perdebatan.
"Andwae." Teriakan melengking dari Jungkook dan Taehyung. Membuat Jimin mengurungkan niatnya, Jimin kembali duduk dan hayna menatap keduanya dalam diam.
"Lihatlah karenamu Jimin ingin berangkat sendiri." Taehyung menyalahkan Jungkook dengan menatapnya kesal. Tentu saja Jungkook tak mau kalah, mereka kembali saling dorong dan membuat seisi rumah gaduh.
"Hei......kau hanya bisa menyalahkan. Bercerminlah sana!"
"Yak.....aku lebih tua darimu."
"Kau memang tua lalu mau apa?!"
Perdebatan yang mungkin tak akan berujung. Namun dengan sekali bentakan Yoongi, mereka langsung diam seketika.
"Jimin akan pergi kerumah sakit denganku. Sebaiknya kalian diam sebelum aku membuat kalian tak bisa lagi berbicara." Yoongi berlalu dengan Jimin dibelakangnya. Sama halnya dengan Jungkook dan Taehyung, Jimin juga begitu patuh pada Yoongi. Itupun juga karena mereka masih cinta nyawa.
"Dasar gunung es."
"Beruang kutub menyebalkan."
"Albino."
"Mayat hidup."
Jungkook dan Taehyung yang terus menggerutu tidak jelas. Berharap saja semoga Yoongi tidak mendengarnya.
Namun.......
"Kurasa kalian benar-benar ingin mati hari ini!" Suara Yoongi, membuat kedua namja itu lari terbirit menuju kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suspicious
FanfictionMisi yang rumit untuk tujuh orang pemuda. Berbagai masalah datang secara bergantian. Cast : All member BTS